Rabu, 31 Maret 2010
Psikotes Bagi Anak Autis
•IQ Verbal
•IQ Non Verbal
Tes yang secara komprehensif mengukur IQ anak dan umumnya digunakan di Indonesia adalah :
•Wechsler Inteligence Scale for Childern (WISC) atau
•Wechsler Preschool & Primary Scales of Inteligence (WPPSI)
Bagi anak autis yang umumnya mengalami gangguan dalam perkembangan bahasa, sudah pasti hasil IQ verbalnya rendah. Sangatlah tidak adil bila mereka secara dini kemudian divonis keterbelakangan mental / mentally reterded.
Kendala lainnya, psikotes pada umumnya menuntut anak mengerjakan soal dalam waktu yang terbatas (time limit). Padahal seperti kita ketahui bersama, anak autis sangat sulit untuk memusatkan konsentrasi, sehingga perlu waktu lebih untuk mengarahkan perhatiannya.
Jadi bila inteligensi anak autis diukur dengan menggunakan tes ini, hasilnya sudah dapat dipastikan tidak mencerminkan potensi anak yang sesungguhnya. Lalu bagaimana cara pemecahannya? Pilihlah tes yang mengukur aspek-aspek kecerdasan secara terpisah, dimana salah satu tes yang tepat adalah pengukuran inteligensi non Verbal.
Pengertian Inteligensi Non Verbal : Sesuai dengan kata ‘non verbal’ berarti tidak dipengaruhi ‘bahasa’
Adapun definisi Inteligensi non verbal adalah sebagai berikut :
Kemampuan yang tidak berhubungan dengan bahasa, yang meningkatkan kapasitas seseorang untuk berfungsi secara terencana, efektif dan rasional.
Individu dengan Inteligensi Non Verbal tinggi biasanya berhasil di bidang matematika, geometri, engineering, mekanika, seni dan musik.
Inteligensi non verbal dibedakan atas 2 strata kemampuan, yaitu :
• LOW ORDER SKILLS
Keterampilan yang berhubungan dengan proses menginterpretasi, mengorganisir dan memanipulasi ciri-ciri non simbolik dan konkrit dari stimulus (seperti misalnya ukuran, warna, bentuk, tekstur).
• HIGH ORDER SKILLS
Lebih bersifat pemecahan masalah, penalaran, bersifat abstrak.
Untuk mengukur Inteligensi non verbal digunakan psikotes khusus non verbal. Untuk meminimalkan peran dari bahasa, tes ini dirancang sedemikian rupa sehingga soal dibuat tanpa menggunakan ‘kata’, melainkan dalam bentuk ‘presentasi visual/gambar’. Instruksi test maupun respon yang diminta juga non verbal (isyarat, manipulasi benda, menggambar, menunjuk jawaban).
Kemampuan yang dapat diukur dengan Test Inteligensi Non Verbal, antara lain :
•Discrimination
Diukur dengan meminta anak menetapkan gambar / kata yang berbeda, misalnya mana yang berbeda gajah – kuda – monyet – truk.
•Generalisasi
Menemukan kata yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tertentu dengan stimulus, misalnya : mana yang serupa dengan pohon : mobil – manusia – berjalan.
•Motor behavior
Berkaitan dengan gerakan, baik motorik halus atau motorik kasar, misalnya : manipulasi blok, copy design.
•Berfikir induksi
Menemukan aturan / pola pada stimulus, misalnya mengapa benda tertentu dapat ditarik magnet?
•Comprehension
Pemahaman yang melibatkan kaidah umum.
•Sequencing
Kemampuan melihat hubungan yang progresif dari serangkaian stimulus.
•Detail recognition
Kemampuan melihat detail stimulus, biasanya dengan melihat atau membuat gambar.
•Analogi
Berkaitan dengan diskriminasi, generalisasi, pengetahuan umum dan kosakata.
•Abstract Reasoning
Kemampuan memecahkan masalah yang menuntut kemampuan induksi dan abstraksi.
•Memory
Kemampuan mengingat / daya ingat.
•Pattern Completing
Mengidentifikasi bagian yang hilang dari gambar, pola, matriks.
•General Information
Kemampuan dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual.
•Vocabulary
Arti dari kata.
CTONI (Comprehensive Test of Nonverbal Intelligence)
Tes ini terdiri dari 6 subtest yang berbeda tetapi saling berhubungan dalam mengukur kemampuan inteligensi non verbal. Secara empiris test ini telah teruji reabilitas maupun validitasnya (sampel yang digunakan 2901 orang dari 30 negara bagian) dan dirancang untuk anak usia 6 tahun sampai dewasa.
CTONI merupakan tes non verbal yang mengukur High Order Cognitive Ability :
•Problem solving
•Reasoning
•Abstract thinking
Kemampuan yang diukur adalah :
•Penalaran logis
•Klasifikasi kategori dan
•Panalaran urutan
Adapun presentasi soal berupa :
•Gambar benda yang familiar dalam kehidupan sehari-hari
•Gambar desain geometris
Hasil akhir dari tes ini berupa indeks
•Inteligensi non verbal (keseluruhan)
•Inteligensi non verbal gambar
•Inteligensi non verbal geometris
Hasil akhir dari NIQ digolongkan sebagai berikut :
•131 – 165 Sangat superior
•121 – 130 Superior
•111 – 120 Di atas rata-rata
•90 – 110 Rata-rata
•80 – 89 Di bawah rata-rata
•70 – 79 Rendah
•35 – 69 Sangat rendah
NIQ tinggi berarti individu memiliki kemampuan yang baik dalam :
•Melihat hubungan perceptual, logis dan abstrak
•Penalaran tanpa kata-kata
•Memecahkan teka-teki mental yang melibatkan elemen progresif
•Membentuk asosiasi yang berarti antar obyek dan antar disain geometris.
NIQ rendah berarti kesulitan dalam :
•Menangani informasi non verbal
•Menerima data visual
•Mengorganisir materi-materi yang melibatkan ruang / spasial.
•Memahami aspek abstrak dari simbol-simbol visual.
PNIQ (pictorial NIQ) adalah indeks dari pemecahan masalah dan penalaran dimana gambar-gambar obyek yang dikenal digunakan dalam tes. Karena gambar-gambar tersebut memiliki naka, maka kemungkinan individu akan menggunakan kata-kata (berbicara/berpikir dalam bentuk kata-kata) ketika melaksanakan tes. Jadi ada pengaruh dari kemampuan verbal individu.
GNIQ (Geometric NIQ) adalah indeks dari pemecahan masalah dan penalaran dimana desain-desain yang tidak dikenal digunakan dalam tes. Karena itu merupakan kemampuan non verbal yang murni. Pada umumnya PNIQ dan GNIQ berada di taraf yang sama, kemungkinan disebabkan oleh aspek kemampuan bahasa (PNIQ > GNIQ).
10 Jenis Terapi Autisme
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
Terapi Lumba-lumba Untuk Anak Autis
Autisme mempunyai penyebab yang luar biasa rumit dan multifaktorial, sehingga rasanya tidak mungkin disembuhkan hanya dengan berenang dengan dolphin.
Para dokter saat ini mencoba memakai dolphin untuk terapi bagi anak dengan kebutuhan khusus. Anak-anak ini suka berada dalam air yang hangat, menyentuh tubuh dolphin dan mendengar suara-suara yang dikeluarkan oleh dolphin-dolphin tersebut.
Dalam 2 dekade terakhir ini beberapa terapis dan psikolog berpendapat bahwa berenang dengan dolphin mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan. Beberapa orang bahkan percaya bahwa getaran dolphin dapat menyembuhkan sel manusia.
Apakah dolphin therapy itu ?
Para dokter di Dolphin-Human Therapy Center percaya bahwa mahluk yang sangat cerdas ini dapat membantu anak-anak dengan berbagai gangguan saraf, bahkan anak dengan Sindroma Down dan autisme.
Anak-anak ini demikian menyukai berenang dengan dolphin, sehingga hal tersebut dipakai sebagai "reward" untuk anak yang memberi respons yang baik pada terapi perilaku, misalnya pada terapi metoda ABA.
Bagaimana cara kerjanya ?
Salah satu teori mengemukakan bahwa getaran sonar dolphin yang unik dapat mengindentifikasi gangguan saraf pada manusia, lalu menenangkannya sehingga lebih mudah bisa menerima pelajaran dan penyembuhan.
Namun banyak pula para ilmuwan yang berpendapat bahwa anak-anak hanya menyukai bersentuhan dengan dolphin, dan berenang dengan dolphin hanya merupakan suatu rekreasi saja.
Suatu penelitian dilakukan di Dolphin-Human Therapy Center di Key Largo, Florida.
David Cole, seorang ilmuwan dalam bidang neurology menciptakan alat khusus untuk mengukur effek dari dolphin pada otak manusia.
Cole mendapatkan bahwa ada suatu perubahan faali bila manusia berinteraksi dengan dolphin. Setelah berinteraksi dengan dolphin didapatkan bahwa anak-anak tersebut menjadi lebih tenang. Banyak peneliti berpendapat bahwa relaksasi inilah yang merupakan penyebab keberhasilan dolphin therapy.
Menurut beberapa peneliti, relaksasi merangsang system kekebalan tubuh.
Cole mempunyai teori yang lain. Menurutnya enerji dari dolphin bisa menimbulkan suatu phenomena "cavitasi" (pembuatan lubang). Enerji tersebut dapat membuat robekan, bahkan lubang pada struktur molekuler dan tissue yang lembut. Cole percaya bahwa hal ini bisa merubah metabolisme selular, dan terjadi pelepasan hormone atau endorphin yang merangsang pembentukan sel-T (system kekebalan).
Banyak yang percaya pada teori cavitasi ini, namun banyak pula ilmuwan yang bersikap skeptis.
Autisme Tidak Terikat IQ
Autisme adalah gangguan pada otak, otak sulit menangkap sinyal atau informasi dari luar. Sinyal atau informasi dari luar masuk melalui indera kita seperti mata dan telinga. Seorang autist menangkap atau mencerna sinyal-sinyal dari luar, secara terpisah-pisah. Dia tidak bisa mengaitkan satu dengan lainnya, ia juga tidak mengerti sebab akibat. Ini membuatnya sulit berfungsi dengan baik dalam kelompok atau masyarakat.
Seorang murid autis harus belajar, untuk belajar. Guru harus membimbingnya untuk bisa belajar. Berarti sekolah yang menerima murid-murid autis harus menyediakan bimbingan tambahan. Seorang murid autist akan membutuhkan banyak waktu, banyak tenaga dan banyak perhatian si guru. Berhasil atau gagalnya murid autist di sekolah biasa, sangat tergantung dari guru.
Kebanyakan autist adalah laki-laki. Pada saat anak didiagnose autistis, maka sering kali orang tuanya mengenali sesuatu pada diri mereka. Keganjilan pada anak yang ditemukan itu menjelaskan berbagai hal pada orang tuannya. Tidak jarang pasangan mulai menyadari penyebab hubungan suami istri tidak harmonis, ternyata karena si suami itu seorang autist.
Jumlah Anak Autis Meningkat
beberapa gejala autisme, seperti gangguan berkomunikasi, bahasa, dan kemampuan kognitif, mulai dari yang ringan sampai berat.
Data ini juga menguatkan temuan berbagai studi yang menyebutkan gejala autis lebih sering terlihat pada anak laki-laki dibanding perempuan. Menurut data CDC ini, pada anak laki-laki prevelansinya naik 60 persen dibanding dengan data tahun 2002. Sementara pada anak perempuan hanya 48 persen.
perubahan genetik merupakan penyebab gangguan autis.
gejala autis didiagnosa sebelum anak berusia dua tahun, kebanyakan pakar percaya bahwa faktor pencetusnya terjadi pada masa kehamilan atau pada bulan-bulan awal kehidupan bayi. Usia ibu yang terlalu tua saat hamil, selain juga paparan lingkungan yang dialami bayi, misalnya pola makan atau terjadinya infeksi pada bayi, diduga berpengaruh besar pada timbulnya autis.
Tidurkan Anak Autis dengan Melatonin
sekitar 70% anak-anak autisme mengalami gangguan tidur dan studi yang menunjukkan kalau kekurangan melatonin (hormon tidur alami tubuh) merupakan penyebab gangguan tidur. Melatonin, merupakan hormon yang disekresikan pada malam hari oleh kelenjar pineal di otak. Melatonin diyakini mengontrol siklus tidur, yang seringkali terganggu pada lansia dan anak-anak autisme.
Terapi Musik Dorong Perubahan Positif Autisme
Manfaat terapi
1.Meningkatkan perkembangan emosi sosial anak.
Anak-anak autisme, berdasarkan hasil studi, melihat alat musik sebagai sesuatu yang
menyenangkan. Anak-anak ini biasanya sangat menyukai bentuk, menyentuh dan juga
bunyi yang dihasilkan. Karena itu, peralatan musik ini bisa menjadi perantara untuk
membangun hubungan antara anak autisme dengan individu lain.
2.Membantu komunikasi verbal dan nonverbal.
Anak autisme biasanya lebih mudah mengenali dan lebih terbuka terhadap bunyi
dibandingkan pendekatan verbal. Kesadaran musik ini dan hubungan antara tindakan
anak dengan musik, berpotensi mendorong terjadinya komunikasi.
3.Mendorong pemenuhan emosi.
terapi musik juga membantu anak autisme dengan:
•Mengajarkan keahlian sosial
•Meningkatkan pemahaman bahasa
•Mendorong hasrat berkomunikasi
•Mengajarkan anak mengekpresikan diri secara kreatif
•Mengurangi pembicaraan yang tidak komunikatif
•Mengurangi pengulangan kata yang diucapkan orang lain secara instan dan tidak
terkontrol.
Hormon Oxytocin Bantu Tangani Autisme
High-functioning autism merupakan istilah informal yang merujuk pada orang-orang autis yang dianggap memiliki fungsi yang lebih tinggi di bidang tertentu dibandingkan penderita autisme pada umumnya.
Oxytocin dinamakan hormon cinta karena dikenal menguatkan hubungan antara ibu dan bayi. Hormon ini juga diyakini terlibat dalam pengaturan emosi dan perilaku sosial lainnya. Penelitian lain telah menemukan bahwa anak-anak autis memiliki kadar oxytocin yang lebih rendah dibandingkan anak-anak tanpa autisme.
"Di bawah pengaruh oxytocin, pasien merespon lebih kuat terhadap orang lain dan menunjukkan perilaku sosial yang lebih tepat.
Minggu, 07 Maret 2010
Dewasa perhatian defisit disorder
Klasifikasi ADHD
ADHD dapat dilihat sebagai satu atau lebih ciri-ciri yang ditemukan biasanya terus-menerus di seluruh populasi umum. ADHD merupakan gangguan perkembangan yang ciri-ciri tertentu seperti kontrol impuls tertinggal dalam pembangunan. Menggunakan Magnetic Resonance Imaging dari korteks prefrontal, ini perkembangan lag telah diperkirakan berkisar antara 3 sampai 5 tahun. penundaan ini dianggap menyebabkan kerusakan. ADHD juga telah diklasifikasikan sebagai gangguan perilaku. Diagnosis ADHD tidak, bagaimanapun, menyiratkan adanya penyakit saraf. [klarifikasi diperlukan]
ADHD diklasifikasikan sebagai gangguan perilaku mengganggu oposisi pemberontak bersama dengan gangguan, melakukan kekacauan dan gangguan antisosial. Subtipe
ADHD memiliki tiga subtipe:
* Terutama hiperaktif-impulsif
o Kebanyakan gejala (enam atau lebih) berada di kategori hiperaktif-impulsif.
o Kurang dari enam gejala kekurangan perhatian yang hadir, walaupun kekurangan perhatian mungkin masih hadir untuk beberapa derajat.
* Terutama pelengah
o Sebagian besar gejala (enam atau lebih) berada di kategori kekurangan perhatian dan kurang dari enam gejala hiperaktif-impulsif yang hadir, meskipun hiperaktif-impulsif masih dapat hadir untuk beberapa derajat.
o Anak-anak dengan subtipe ini lebih kecil kemungkinannya untuk bertindak keluar atau mengalami kesulitan bergaul dengan anak-anak lain. Mereka mungkin duduk diam, tetapi mereka tidak memperhatikan apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu, anak mungkin akan diabaikan, dan orang tua dan guru mungkin tidak menyadari gejala ADHD.
* Gabungan hiperaktif-impulsif dan lalai
o Enam atau lebih gejala kurangnya perhatian dan enam atau lebih gejala hiperaktif-impulsif yang hadir.
o Sebagian besar anak dengan ADHD memiliki tipe gabungan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Pada gangguan ADHD, anak memperlihatkan impulsivitas , tidak adanya perhatian, dan hiperaktivitas yang dianggap tidak sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.
Gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah gangguan perilaku yang ditandai oleh aktivitas motorik berlebihan dan ketidakmampuan untuk memfokuskan perhatian.
Hiperaktivitas adalah pola perilaku abnormal yang ditandai oleh kesulitan mempertahankan perhatian dan kegelisahan yang ekstrem.
ADHD dibagi menjadi 3 subtipe :
1. Tipe predominan tidak adanya perhatian.
2. Tipe predominan hiperaktif / impulsive
3. Tipe kombinasi yang ditandai oleh tidak adanya perhatian dan hipraktivitas sangat tinggi.
Gangguan ini biasanya didiagnosis pertama kali ketika anak berada di sekolah dasar, ketika masalah dengan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas menyulitkan anak untuk menyesuaikan diri.
ADHD merupakan masalah psikologis yang paling banyak terjadi akhir-akhir ini. Gangguan ini diperkirakan mempengaruhi 3-7% anak-anak usia sekolah atau sekitar 2 juta anak amerika.
ADHD didiagnosis 2-9 kali lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Walaupun kurangnya perhatian menjadi masalah dasar, masalah lain yang terkait mencakup ketidakmampuan untuk duduk tenang lebih dari beberapa menit, mengganggu, temper tramtum , keras kepala, dan tidak berespon terhadap hukuman.
Aktivitas dan kegelisahan pada anak ADHD menghambat kemampuan mereka untuk berfungsi di sekolah. Mereka tampak tidak duduk dengan tenang, mereka gelisah dan bergerak-gerik di kursi, menggangu kegiatan anak lain, mudah marah dan dapat melakukan perilaku berbahaya sperti berlari ke jalan tanpa melihat.
Penilaian tentang derajat perilaku hiperaktivitas adalah penting, karena banyak anak normal yang disebut “hyper” dari waktu ke waktu. Sebagian besar anak, khususnya laki-laki sangatlah aktif pada usia awal sekolah. Anak-anak yang overaktif yang normal biasanya diarahkan oleh suatu tujuan dan dapat mengontrol perilaku mereka. Namun anak dengan ADHD tampak hiperaktif tanpa alas an dan terlihat tidak bisa menyesuaikan perilaku mereka terhadap tuntutan guru dan orang tua. Kebanyakan anak dapat duduk tenang dan berkonsentrasi sejenak bila mereka menginginkannya, sedangkan ank-anak yang hiperaktif tidak bisa.
Walaupun anak-anak ADHD cenderung memiliki intelegensi rata-rata atau diatas rata-rata, mereka sering kali berprestasi dibawah potensi di sekolahnya. Mereka sering membuat keributan dikelas dan cenderung berkelahi (terutama anak laki-laki). Mereka kesulitan belajar dan ditempatkan pada kelas khusus. Mereka juga sering mengalami luka fisik dan masuk rumah sakit dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Mereke lebih beresiko mengalami gangguan mood, kecemasn dan masalah dalam hubungan dengan anggota keluarga.
Pendidikan Sekolah Untuk Anak ADHD Sekolah & anak dengan ADHD
Sekolah dapat bekerja sama dengan keluarga dan para dokter untuk membantu anak ADHD di sekolah. Komunikasi terbuka antara orangtua dan staf sekolah dapat merupakan kunci keberhasilan anak. Para guru seringkali merupakan pihak yang pertama dalam mengenali perilaku seperti ADHD serta dapat memberikan informasi yang berguna kepada orangtua, penanggung-jawab, dan dokter yang dapat membantu diagnosa dan pengobatan.
Para guru dan orangtua juga dapat bekerja-sama untuk pemecahan masalah dan merencanakan cara-cara untuk membantu pelajaran anak baik di rumah maupun di sekolah.
“Menemukan bahwa anak kami menderita ADHD menjawab banyak pertanyaan mengapa ia tidak menunjukkan kinerja yang lebih baik disekolah” - orangtua dengan anak ADHD
____________________________________________________________________________________________
Bagaimana ADHD mempengaruhi kemampuan anak untuk menjalin persahabatan ?
Anak-anak dengan ADHD sering mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, yang dapat mengakibatkan konflik dengan anggota keluarga atau penolakan oleh anak-anak lain seusianya. Kekurangan dalam kemampuan sosial dikombinasi dengan tingkah laku hiperaktif, impulsif, dan kurang perhatian dapat menyebabkan anak dengan ADHD bertindak dengan cara yang dianggap tidak ramah, suka memerintah, kasar, tidak berpikir, atau aneh. Tambahan pula, anak dengan ADHD, seperti anak cacad lain, lebih sering menjadi sasaran untuk diperolokkan.
Obat-obatan untuk ADHD dapat memberikan efek positif terhadap tingkah laku sosial dan memperbaiki cara anak berhubungan dengan sesama.
Sebagai contoh, mereka mungkin lebih mampu untuk menunggu gilirannya dalam suatu permainan atau pembicaraan atau mengurangi komentar yang tidak dipikirkan terlebih dahulu.
Apakah anak saya perlu obat selama di luar sekolah ?
Gejala ADHD biasanya menetap pada anak anda – di sekolah, dan selama bermain, juga di rumah. Kebanyakan dokter menyarankan agar anak tetap menggunakan obat selama anak sadar/bangun, terutama apabila gejala ADHD menyebabkan ketegangan pada situasi diluar sekolah. Tidak makan obat ADHD dapat menimbulkan risiko bagi anak anda. Anak berusia muda berisiko untuk terluka dan mendapatkan masalah sosial bila tidak makan obat ADHD, sedangkan remaja lebih berisiko untuk kecelakaan kendaraan bermotor dan kelakuan berisiko lainnya.
Ada kemungkinan dokter anak anda menyarankan untuk memberikan istirahat makan obat pada waktu tertentu, seperti saat keluar sekolah, untuk mengurangi efek samping. Penting bagi anda dan anak anda untuk waspada bahwa gejala-gejala ADHD dapat timbul kembali bila obat dihentikan.
Strategi Untuk Anak di Rumah dan Sekolah
- Mempunyai rutinitas yang sama tiap hari
- Mengatur kegiatan harian
- Gunakan jadwal untuk pekerjaan rumah
- Pertahankan aturan secara konsisten dan berimbang.
____________________________________________________________________________________________
Bagaimana masa depan anak dengan ADHD ?
Dahulu dianggap bahwa kebanyakan anak-anak akan bertumbuh dan mengatasi ADHD setelah masa remajanya. Sekarang kita mengerti bahwa hal ini tidak benar. Meskipun sejumlah gejala ADHD dapat menghilang dengan berjalannya waktu11, dan sejumlah anak dapat tumbuh mengatasi penyakitnya, kebanyakan anak dengan ADHD akan tetap mengalami beberapa gejala ADHD selama tahun-tahun kemudian kehidupannya5.
Untuk sejumlah orang, ADHD merupakan kondisi seumur hidup. Hampir 50 persen anak-anak dengan ADHD tetap mempunyai gejala-gejala yang perlu diobati setelah dewasa5. Diagnosa dini dapat membantu individu ini untuk belajar bagaimana mengelola gejala-gejalanya dan berhasil dalam kehidupan.
____________________________________________________________________________________________
“Sejak saya mulai dengan pengobatan ADHD, saya mendapatkan perspektif untuk menengok kembali hidup saya dan melihat mengapa beberapa hal yang saya lakukan telah gagal” - dewasa dengan ADHD.
____________________________________________________________________________________________
Untuk informasi lebih lanjut tentang petunjuk pengobatan FDA, dapat dilihat di http://www.fda.gov/cder/drug/infopage/ADHD/default.htm.
ADHD masa remaja dan ketergantungan NARKOBA
Besarnya kecenderungan anak atau remaja dengan ADHD yang menjadi penyalahguna narkoba adalah salah satu sifat dari penderita ADHD adalah rasa ingin tahunya yang besar tetapi impulsif (tidak berpikir panjang tentang konsekuensi terhadap sesuatu hal) sehingga lebih besar kemungkinan bagi mereka mencoba-coba narkoba sampai \\\'kebablasan\\\' menjadi ketergantungan.
Dilain pihak, sebelum menggunakan narkoba-pun, anak ADHD sudah banyak mengalami masalah emosional dan perilaku sehingga ketika tidak diberi bimbingan yang tepat maka pelarian dari rasa frustasinya bisa salah jalan menggunakan narkoba.
ATTENTION DEFICITS AND HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
DEFINISI
v kondisi neurologis yang menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas, dimana tidak sejalan dengan perkembangan usia anak.
v lebih kepada kegagalan perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja dalam menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi selama ini.
2 kategori utama perilaku ADHD
v kurangnya kemampuan memusatkan perhatian
v hiperaktivitas-impulsivitas.
Manifestasi Perilaku
1. Kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dapat muncul dalam perilaku:
a. Ketidakmampuan memperhatikan detil atau ceroboh
b. Kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain
c. tidak perhatian saat bicara dengan orang lain
d. Tidak mengikuti perintah dan gagal menyelesaikan tugas
e. sulit mengorganisasikan tugas dan aktivitas
2. hiperaktivitas-impulsivitas sering muncul dalam perilaku:
a. gelisah /tidak tenang di tempat duduk
b. sering meninggalkan tempat duduk di kelas / situasi lain dimana
seharusnya duduk tenang
c. berlari atau memanjat berlebihan, selalu terburu-buru atau bergerak
terus seperti mesin
d. kesulitan bermain/terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan
e. sering menjawab pertanyaan sebelum selesai. (Impulsivitas), berbicara
terlalu banyak
f. sulit menunggu giliran (Impl) menyela atau memaksakan pendapat kepada
orang lain (Imp)
Diagnosa menurut DSM-IV
A. (1) atau (2)
(1) memenuhi 6 atau lebih gejala kurangnya pemusatan perhatian paling
tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan;
(2) memenuhi 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas paling tidak
selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan
B. Gejala kurangnya pemusatan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas
muncul sebelum usia 7 tahun.
C. Gejala-gejala tsb muncul dalam 2 seting atau lebih (di sekolah, rumah, atau
pekerjaan)¨C.Harus ada bukti secara klinis adanya gangguan dalam fungsi
sosial, akademik, atau pekerjaan.
D. Gejala tidak terjadi mengikuti gangguan perkembangan pervasive, skizofrenia,
atau gangguan psikotik lainnya dan tidak dilihat bersama dengan gangguan
mental lain (gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, atau gangguan
kepribadian).
Mengapa dia ADHD? (FAKTOR PENYEBAB)
v aspek genetik atau biologis.
v kelahiran prematur, penggunaan alkohol dan tembakau pada ibu hamil, dan
kerusakan otak selama kehamilan.
v zat aditif pada makanan, gula, ragi, atau metode pengasuhan anak yang kering
tapi semua belum yakin.
TRITMEN BAGI ANAK ADHD
v belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD
v Tapi ada harapan
Dengan terapi: farmasi, perilaku, dan metode multimodal.
Cara terbaik: kombinasi pengobatan farmasi dan terapi perilaku
Filed under: Lusi Nuryanti
BOLA TERAPI LATIHAN KOORDINASI OTAK DENGAN METODE BRAIN GYM BAGI ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT HIPERACTIVITY DISORDER)
Oleh : AFINI DWINASTARY (NIM 17503021), Central Library Institute Technology Bandung
ADHD
Gejala ADHD harus terlihat di berbagai tempat yang berbeda, misalnya di rumah, di sekolah, di tempat rekreasi, dan lainnya. Gejala ADHD biasanya sedemikian beratnya sehingga tidak dapat ditoleransi oleh orang tua, guru, dan temannya. Akibat perilakunya yang agresif, impulsif, dan tidak mengikuti peraturan, sering kali mereka dijauhi oleh teman-temannya. Kondisi ini membuat mereka kehilangan rasa percaya diri, menarik diri, dan depresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30-80% kasus ADHD menetap pada masa remaja, bahkan sampai dewasa. Bila menetap sampai remaja, dapat memunculkan masalah lain seperti kenakalan remaja, gangguan kepribadian anti-sosial, dan cenderung terlibat penyalahgunaan NAPZA. Orang dewasa dengan ADHD sering bertengkar dengan pimpinannya, sering pindah pekerjaan, dan dalam melaksanakan tugasnya seringkali terlihat tidak tekun.
Diagnosis ADHD tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium atau alat kedokteran, sekalipun wawancara terhadap orang tua merupakan hal penting. Selain itu, diperlukan laporan dari sekolah mengenai gangguan tingkah laku, kesulitan belajar, dan kurangnya prestasi akademis oleh gurunya.
Penanganan ADHD perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam suatu tim kerja yang terdiri dari dokter spesialis anak, psikiater, dokter spesialis saraf, psikolog, pendidik, dan pekerja sosial. Penanganan ADHD memerlukan evaluasi jangka panjang dan berulang untuk dapat menilai keberhasilan terapi. Pe- nanganan ADHD biasanya berupa terapi obat, terapi perilaku, dan perbaikan lingkungan.
Akhirnya, yang sering juga menjadi pertanyaan adalah bagaimana gizi untuk anak ADHD? Apakah gula, minuman ringan, dan roti yang mengandung gandum dapat menyebabkan hiperaktifitas, sehingga perlu dihindari? Semua ini akan dibahas secara komprehensif dan holistik pada seminar ini. Karenanya, jangan lewatkan kesempatan ini.
Penyelenggara: Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa dan Perilaku, Fakultas Kedokteran, Unika Atma Jaya bekerjasama dan Janssen-Cilag Indonesia
Cara Cepat Membedakan ADHD dan Autisme?
Kepanjangan ADHD
Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Pengertian
Gangguan perkembangan mental (developmental disorder) yang ditandai dengan adanya gangguan pemusatan perhatian dan tingkah laku yang hiperaktif.
Etiologi (Penyebab)
1. Faktor lingkungan/psikososial, seperti:
a. Konflik keluarga.
b. Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
c. Jumlah keluarga yang terlalu besar.
d. Orang tua terkena kasus kriminal.
e. Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).
f. Anak yang diasuh di penitipan anak.
g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil, dan alkohol.
2. Faktor genetik
Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin (D2 dan D4) pada kromosom 11p.
3. Gangguan otak dan metabolisme
a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus frontalis di otak.
b. Pengurangan volume serebrum.
c. Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat serta gangguan fungsi oligodendrosit.
Gambaran Klinis
1. Gangguan pemusatan perhatian (inattention)
a. Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
b. Mainan, dll sering tertinggal.
c. Sering membuat kesalahan.
d. Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).
e. Sulit menyelesaikan tugas atau pekerjaan sekolah.
2. Hiperaktivitas
a. Banyak bicara.
b. Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
c. Sering membuat gaduh suasana.
d. Selalu memegang apa yang dilihat.
e. Sulit untuk duduk diam.
f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.
3. Impulsivity
a. Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
b. Tidak sabaran.
c. Reaktif.
d. Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.
4. Sikap menentang
a. Sering melanggar peraturan.
b. Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas.
c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).
5. Cemas
a. Banyak mengalami rasa khawatir dan takut.
b. Cenderung emosional.
c. Sangat sensitif terhadap kritikan.
d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
e. Terlihat sangat pemalu dan menarik diri.
6. Problem sosial
a. Hanya memiliki sedikit teman.
b. Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.
Gambaran klinis di atas senada dengan rekomendasi dari AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRICS (2000) tentang ADHD adalah sbb:
* Pada anak berusia 6-12 tahun dengan:
1. inattention,
2. hyperactivity,
3. impulsivity,
4. academic underachievement,
5. behavior problems,
Maka dokter sebaiknya menyiapkan evaluasi untuk ADHD.
Sekadar tambahan, pada sebagian anak yang mengalami gangguan perilaku, terdapat komorbid atau tumpang tindih dengan gangguan lainnya (Desvi Yanti, 2005)
Komorbiditas biasanya juga terjadi dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders). Szatmari, Offord, dan Boyle (dalam Grainger 2003) menyebutkan sebanyak 20-40% anak penderita ADHD juga didiagnosis mengalami gangguan perilaku. Sejalan hal ini, Stewart, Cummings, Singer, dan DeBlois (dalam Grainger, 2003) menemukan bahwa 3 dari 4 anak dengan gangguan perilaku agresif ternyata juga hiperaktif, dan 2 dari 3 anak hiperaktif juga mengalami gangguan perilaku.
Secara akademis, anak yang mengalami masalah dengan perilaku biasanya mengalami kesulitan untuk dididik di lingkungan kelas yang “tradisional” sehingga prestasi akademiknya rendah dan mereka seringkali didiagnosis mengalami kesulitan belajar. Riset juga menunjukkan gangguan perilaku berhubungan dengan tingkat membolos dan drop out (DO) dari sekolah (Jimerson, et.al., 2002).
Riwayat yang Diduga ADHD:
1. Masa baby – infant
- Anak serba sulit
- Menjengkelkan
- Serakah
- Sulit tenang
- Sulit tidur
- Tidak ada nafsu makan
2. Masa prasekolah
- Terlalu aktif
- Keras kepala
- Tidak pernah merasa puas
- Suka menjengkelkan
- Tidak bisa diam
- Sulit beradaptasi dengan lingkungan
3. Usia sekolah
- Sulit berkonsentrasi
- Sulit memfokuskan perhatian
- Impulsif
4. Adolescent
- Tidak dapat tenang
- Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
- Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan
Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
a. Methylphenidate
b. Amphetamine
c. Atomoxetine
d. Pemoline
e. Nortriptyline
2. Terapi behaviour
Terapi cognitive behaviour untruk membantu anak dengan ADHD untuk beradaptasi skill dan memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.
3. Kombinasi 1 dan 2
4. Rutin komunitas care
Sekarang mari kita lanjutkan pembahasan tentang autisme.
Menurut Adriana S. Ginanjar (2008) di dalam presentasi “Penanganan Terpadu Bagi Anak Autis”:
* Autisme pertama kali diteliti oleh Leo Kanner (1943) yang mengamati 11 anak dengan ciri-ciri khusus. Disimpulkan bahwa terdapat 2 ciri penting anak autis adalah:
1. Extreme aloness
2. Keinginan untuk mempertahankan kesamaan.
* Berdasarkan DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) autis merupakan salah satu Pervasive Developmental Disorder.
* Tiga ciri utama autisme:
1. Gangguan interaksi sosial,
2. Gangguan komunikasi,
3. Pola tingkah laku/minat yang repetitif dan stereotip.
Gejala di atas telah muncul sebelum anak berusia 3 tahun.
Berikut ini penjelasannya:
1. Gangguan Interaksi Sosial
• Gangguan yang jelas pada perilaku non-verbal (kontak mata terbatas, ekspresi wajah datar, tidak menoleh jika dipanggil).
• Tidak mau bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai (wajar).
• Tidak mau (enggan) berbagi minat dengan orang lain.
• Kurang mampu melakukan interaksi sosial timbal-balik.
2. Gangguan Komunikasi
• Terlambat bicara atau tidak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan gesture (isyarat, gerak-bahasa tubuh).
• Mereka yang bisa bicara biasanya tidak dapat memulai dan mempertahankan percakapan.
• Penggunaan bahasa yang berulang, stereotipik atau tidak dapat dimengerti
3. Perilaku dan Minat yang Terbatas
•Minat yang terbatas dan abnormal dalam intensitas dan fokus.
• Terikat secara kaku pada ritual yang kelihatannya tidak memiliki fungsi khusus.
• Gerakan yang stereotipik dan berulang (flapping, gerakan jari-jari, bertepuk tangan, menyentuh benda-benda, rocking)
• Preokupasi pada bagian dari benda
Dr. Dito Anurogo Penemu Hematopsikiatri
Konsultan Kesehatan di www.netsains.com
foto:hinduonnet.com.
Pengobatan Sindrom Down dengan Ekstrak Gingko
Craig Garner (Stanford University, California, US) melakukan percobaan dengan memberikan ekstrak gingko yang disebut bilobalide atau obat lain yang disebut pentylenetetazole (PTZ). Kedua zat ini dapat menghambat kerja GABA pada otak.
Tikus yang meminum PTZ dalam susu coklat, atau disuntik dengan bilobalide, sekali sehari selama 17 hari menunjukkan peningkatan signifikan dalam tes mengingat, seperti mengenali dua jenis obyek yang dilihat sebelumnya. Peningkatan ini bertahan sampai tiga bulan setelah tikus diberi perlakuan dengan obat tersebut, diduga bahwa kedua zat ini dapat mengakibatkan perubahan jangka panjang pada otak. Garner juga mengatakan bahwa PTZ telah diuji dengan teliti pada manusia dan juga dapat diberikan secara oral.
Journal reference: Nature Neuroscience
Sindrom down
Pada penderita Sindrom Down jumlah kromosom 21 tidak sepasang, tetapi 3 buah sehingga jumlah total kromosom menjadi 47. Bila bayi itu beranjak besar, maka perlu pemeriksaan IQ untuk menentukan jenis latihan sekolah yang dipilih. Pemeriksaan lain yang mungkin dibutuhkan adalah pemeriksaan jantung karena pada penderita ini sering mengalami kelainan jantung. 4
A. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Kelainan ditemukan diseluruh dunia pada semua suku bangsa. Diperkirakan angka kejadian 1,5 : 1000 kelahiran dan terdapat 10 % diantara penderita retardasi mental. 3
Menurut Biran, sejauh ini diketahui faktor usia ibu hamil mempengaruhi tingkat risiko janin mengidap SD. Usia yang berisiko adalah ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun. Kehamilan pada usia lebih dari 40 tahun, risikonya meningkat 10 kali lipat dibanding pada usia 35 tahun. Sel telur (ovum) semakin menua seiring pertambahan usia perempuan. 3
B. ETIOLOGI
Sindrom Down banyak dilahirkan oleh ibu berumur tua (resiko tinggi), ibu-ibu di atas 35 tahun harus waspada akan kemungkinan ini. Angka kejadian Sindrom Down meningkat jelas pada wanita yang melahirkan anak setelah berusia 35 tahun ke atas. Sel telur wanita telah dibentuk pada saat wanita tersebut masih dalam kandungan yang akan dimatangkan satu per satu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil balik. 2
Pada saat wanita menjadi tua, kondisi sel telur tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik dan pada waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel benih ini mengalami pembelahan yang kurang sempurna. Penyebab timbulnya kelebihan kromosom 21 bisa pula karena bawaan lahir dari ibu atau bapak yang mempunyai dua buah kromosom 21, tetapi terletak tidak pada tempat yang sebenarnya, misalnya salah satu kromosom 21 tersebut menempel pada kromosom lain sehingga pada waktu pembelahan sel kromosom 21 tersebut tidak membelah dengan sempurna. 4
Faktor yang memegang peranan dalam terjadinya kelainan kromosom adalah:
1. Umur ibu : biasanya pada ibu berumur lebih dari 30 tahun, mungkin karena suatu ketidak seimbangan hormonal. Umur ayah tidak berpengaruh
2. Kelainan kehamilan
3. kelainan endokrin pada ibu : pada usia tua daopat terjadi infertilitas relative, kelainan tiroid. 2
C. PATOFISIOLOGI
Semua individu dengan sindrom down memiliki tiga salinan kromosom 21. sekitar 95% memiliki salinan kromosom 21 saja. Sekitar 1 % individu bersifat mosaic dengan beberapa sel normal. Sekitar 4 % penderita sindrom dowm mengalami translokasi pada kromosom 21. Kebanyakan translokasi yang mengakibatkan sindrom down merupakan gabungan pada sentromer antara kromosom 13, 14, 15. jika suatu translokasi berhasil diidentifikasi, pemeriksaan pada orang tua harus dilakukan untuk mengidentifikasi individu normal dengan resiko tinggi mendapatkan anak abnormal. 1
D. GEJALA KLINIS
Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama dari orang tua adalah retardasi mental atau keterbelakangan mental (disebut juga tunagrahita), dengan IQ antara 50-70, tetapi kadang-kadang IQ bias sampai 90 terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan. Pada bayi baru ahir, dokter akan menduga adanya Sindrom Down karena gambaran wajah yang khas, tubuhnya yang sangat lentur, biasanya otot-ototnya sangat lemas, sehingga menghambat perkembangan gerak bayi. Pada saat masih bayi tersebut sulit bagi seorang dokter untuk menentukan diagnosisnya, apalagi orang tuanya juga mempunyai mata yang sipit atau kecil. Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan kromosom dari sel darah putih.4
Anak dengan sindrom down sangat mirip satu dengan satu dengan yang lainnya,seakan akan kakak beradik. Retardasi mental sangat menonjol disamping juga terdapat retardasi jasmani. Kemampuan berfikir dapat digolongkan pada idiot dan imbesil, serta tidak akan mampu melebihi seorang anak yang berumur tujuh tahun. Mereka berbicara dengan kalimat-kalimat yang sederhana, biasanya sangat tertarik pada musik dan kelihatan sangat gembira. Wajah anak sangat khas. Kepala agak kecil dengan daerah oksipital yang mendatar. Mukanya lebar, tulang pipi tinggi, hidung pesek, mata letaknya berjauhan, serta sipit miring ke atas dan samping (seperti mongol). Iris mata menunjukkan bercak-bercak ( bronsfield spots ). Lipatan epikantus jelas sekali. Telinga agak aneh, bibir tebal, dan lidah besar, kasar dan bercelah-celah (scrotal tongue). Pertumbuhan gigi geligi sangat terganggu. 2
Kulit halus dan longgar tetapi warnanya normal. Dileher terdapat lipatan-lipatan yang berlebihan. 2
Pada jari tangan terdapat kelingking yang pendek dan membengkok ke dalam. Pada pemeriksaan radiologis sering ditemukan falang tengah dan distal rudimenter. Jarak antara jari satu dan dua, baik tangan maupun kaki agak besar. Gambaran telapak tangan tampak tidak normal, yaitu terdapat satu garis besar melintang (siniam crease ). 2
Alat kelamin biasanya kecil, otot hipotonik dan pergerakan sendi berlebihan. Kelainan jantung bawaan, seperti defek septum ventrikel sering ditemukan. 7
Penyakit infeksi terutama saluran pernafasan sering mengenai anak dengan kelainan ini. Angka kejadian leukemia tinggi. Pertumbuhan pada masa bayi kadang-kadang baik, tetapi kemudian menjadi lambat. 2
E. DIAGNOSIS
Pada bayi baru lahir, dokter akan menduga adanya Sindrom Down karena gambaran wajah yang khas, tubuhnya yang sangat lentur, biasanya otot-ototnya sangat lemas, sehingga menghambat perkembangan gerak bayi. 4
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
1. gejala klinis
2. pemeriksaan tambahan:
a. dermatoglifik
b. pemeriksaan kromosom
3. patologi anatomi.
Otak anak dengan kelainan ini biasanya lebih kecil dari normal dan makin besar anak, pertumbuhan otak makin ketinggalan. 2.6
F. DIAGNOSIS BANDING 2,5
1. Hipotiroidisme
Kadang-kadang sulit dibedakan. Secara kasar dapat dilihat dari aktifitasnya, karena anak-anak denganhipotiroidisme sangat lambat dan malas, sedangkan anak dengan sindrom down sangat aktif
2. akondroplasia
3. rakitis
4. sindrom turner
5. Penyakit trisomi
Penyakit angka kejadian kelainan Keterangan Prognosis
trisomi 21
(sindroma down 1 dari 700 bayi baru lahir kelebihan kromosom 21 perkembangan fisik & mental terganggu, ditemukan berbagai kelainan fisik biasanya bertahan sampai usia 30-40 tahun
trisomi 18
(sindroma edwards) 1 dari 3.000 bayi baru lahir kelebihan kromosom 18 kepala kecil, telinga terletak lebih rendah, celah bibir/celah langit-langit, tidak memiliki ibu jari tangan, clubfeet, diantara jari tangan terdapat selaput, kelainan jantung & kelainan saluran kemih-kelamin jarang bertahan sampai lebih dari beberapa bulan; keterbelakangan mental yg terjadi sangat berat
trisomi 13
(sindroma patau) 1 dari 5.000 bayi baru lahir kelebihan kromosom 13 kelainan otak & mata yg berat, celah bibir/celah langit-langit, kelainan jantung, kelainan saluran kemih-kelamin & kelainan bentuk telinga yg bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun, kurang dari 20%; keterbelakangan mental yg terjadi sangat berat
G. PENANGANAN
Cara medik tidak ada pengobatan pada penderita ini karena cacatnya pada sel benih yang dibawa dari dalam kandungan. Pada saat bayi baru lahir, bila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa. 4
H. PROGNOSIS
Biasanya bertahan sampai usia 30-40 tahun. Perkembangan fisik & mental terganggu, ditemukan berbagai kelainan fisik. 5
Kemampuan berfikir dapat digolongkan pada idiot dan biasanya ditemukan kelainan jantung bawaan, seperti defek septum ventrikel yang memperburuk prognosis. 7
I. KOMPLIKASI
Kelainan bisa menyebabkan penderitanya mengalami kelainan fisik seperti kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia), dan retardasi mental akibat hambatan perkembangan kecerdasan dan psikomotor. 7
J. PENCEGAHAN
Deteksi dini sindrom Down dilakukan pada usia janin mulai 11 minggu (2,5 bulan) sampai 14 minggu. Dengan demikian, orangtua akan diberi kesempatan memutuskan segala hal terhadap janinnya. Jika memang kehamilan ingin diteruskan, orangtua setidaknya sudah siap secara mental. 3
Para ibu dianjurkan untuk tidak hamil setelah usia 35 tahun. Memang ini merupakan suatu problem tersendiri dengan majunya zaman yang wanita cenderung mengutamakan karier sehingga menunda perkawinan dan atau kehamilan. Sangatlah bijaksana bila informasi ini disampaikan bersama-sama oleh petugas keluarga berencana.4
Berkonsultasilah ke dokter bila seorang pernah mengalami keguguran atau melahirkan anak yang cacat karena mungkin wanita tersebut memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan tertentu untuk mencari penyebabnya. Bila sudah terjadi kehamilan pencegahan bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah dan atau kromosom dari cairan ketuban atau ari-ari seperti telah disebutkan.4
Jumat, 05 Maret 2010
ADHD keterlambatan tumbuh-kembang anak Mengenal Anak Hiperaktiv (Gangguan Hiperkinetik) Penulis : Sumber: http://id.novartis.com/kenal_hiper.shtml
Apa Itu Anak Hiperaktiv?
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
Apa Itu Gangguan Hiperkinetik atau GPPH/ADHD ?
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktiv dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
ADHD, Kenali Gejalanya sejak Dini
ADHD merupakan suatu gangguan perilaku yang ditandai dengan kurangnya perhatian(inattentiveness), aktivitas berlebihan (overactivity) dan perilaku impulsif (impulsivity) yang tidak sesuai dengan umumnya.
Dr dr Dwidjo Saputro SpKJ (K) mengatakan, ADHD merupakan kelainan psikiatrik dan perilaku yang paling sering ditemukan pada anak. ADHD dapat berlanjut sampai masa remaja, bahkan dewasa. Pada anak usia sekolah, ADHD berupa gangguan akademik dan interaksi sosial dengan teman. Sementara pada anak dan remaja dan dewasa juga menimbulkan masalah yang serius.
Kurangnya perhatian adalah salah satu gejala ADHD. Biasanya anak selalu gagal memberi perhatian yang cukup terhadap detail. Atau anak selalu membuat kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan pekerjaan sekolah, bekerja atau aktivitas lain. Sering sulit mempertahankan pemusatan perhatian saat bermain atau bekerja. Sering seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara. Dan atau pelupa dalam aktivitas sehari-hari.
Gejala kedua yang harus diwaspadai adalah hiperaktivitas yang menetap selama 6 bulan atau lebih dengan derajat berat dan tidak sesuai dengan umur perkembangan. Gejala hiperaktivitas itu di antaranya anak sering bermain jari atau tidak dapat duduk diam. Ia sering kali meninggalkan kursi di sekolah atau situasi lain yang memerlukan duduk di kursi. Anak juga sering lari dan memanjat berlebihan di situasi yang tidak tepat, selalu bergerak seperti didorong motor.
Sedangkan pada gejala implusivitas, misalnya sering menjawab sebelum pertanyaan selesai ditanyakan, sering sulit menunggu giliran, dan sering menginterupsi atau mengganggu anak lain, misalnya menyela suatu percakapan.
"Anak ADHD sering dianggap anak nakal, malas, ceroboh, dan lain-lain. Padahal terapi yang tepat akan menghilangkan gejala pada anak ADH," kata ahli kejiwaan yang juga pendiri dari Smart Kids Clinic-klinik Perkembangan Anak dan Kesulitan Belajar ini. Biasanya gejala hiperaktif-impulsif mulai terlihat sebelum umur 7 tahun. Gejala terjadi di dua situasi berbeda atau lebih, misal di sekolah dan di rumah.
Selain itu gejala bukan merupakan bagian gangguan perkembangan pervasif (autisme), schizophrenia, atau gangguan jiwa berat lain, dan bukan disebabkan gangguan mood, kecemasan atau ansietas, gangguan disosiasi atau gangguan kepribadian. "Orang tua harus hati-hati dalam menentukan apakah anak ADHD atau tidak," ucap dokter yang kemudian mengambil spesialisasi di FKUI itu.
Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan kombinasi keterangan mengenai riwayat penyakit, pemeriksaan medis, dan observasi terhadap perilaku anak. Keterangan ini sebaiknya diperoleh dari orang tua, guru, dan anak sendiri.
Observasi bisa dilakukan pada saat anak melakukan pekerjaan terstruktur di kelas, atau saat anak sedang bermain bebas bersama anak lain. Walaupun ADHD seharusnya muncul di setiap situasi, gejala mungkin tidak jelas bila penderita sedang melakukan aktivitas yang disukainya, sedang mendapat perhatian khusus atau berada dalam situasi yang memberi penghargaan pada tingkah laku yang normal. Dengan demikian, pengawasan selintas di kamar praktik sering gagal untuk menentukan ADHD.
Sementara dokter yang juga merupakan pakar autis, Dr Hardiono Pusponegoro SpA (K) menuturkan bahwa sebenarnya jumlah penderita penyakit ini tidak meningkat. "Penyakit yang sering disertai dengan gangguan psikiatri lain ini bukan meningkat, tetapi semakin banyak orang yang tahu tentang penyakit ini," ucap dokter dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.
Bila dikelola dengan baik, ADHD bisa dicegah. Namun, bila tidak ditangani secara dini, kasus ADHD dapat menjadi pemicu pengguna awal minuman beralkohol, rokok, dan narkoba pada usia muda.(Koran SI/Koran SI/tty)
Peran Orangtua pada anak ADHD
Dalam menerapkan pendekatan-pendekatan di atas, peran orangtua di rumah sangatlah penting. Tak boleh dianggap remeh. Selain itu, harus ada kerjasama yang baik antara orangtua dan pihak sekolah di mana anaknya belajar.
- Sebaiknya ada kerjasama untuk bisa menentukan kesepakatan-kesepakatan mengenai hal-hal yang diharapkan dan harus dilakukan anak. Buatlaj jadual kegiatan sehari-hari. “Hari ini kita akan ke sekolah, pulang sekolah ke tempat terapi, setelah itu pulang ke rumah.” Biasakan anak untuk menempatkan barang-barang miliknya di suatu tempat yang telah ditentukan. Minimalisasikan pilihan; “Kamu mau belajar matematika atau bahasa Indonesia?” dari pada “Kamu belajar apa?”
- Mengarahkan anak dalam menyelesaikan tugas yang kompleks. Misalnya, untuk mengajari menulis, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah cara memegang pensil dengan benar. Bila tangannya belum kuat, sebaiknya dilakukan latihan penguatan otot tangan (misalnya dengan play doh busa sabun dan lain-lain).
- Pada modifikasi perilaku, orangtua harus menentukan prioritas perilaku spesifik yang akan diubah. Misalnya, membereskan buku setelah belajar. Kemudian buatlah kesepakatan bila anak telah melaksanakan (membereskan buku-bukunya) dengan baik, akan memperoleh reward. Bila sebaliknya juga harus menerima punishment. Agar berhasil, sebaiknya orangtua membantu mengarahkan anak secara terstruktur tentang bagaimana mencapai perilaku yang diharapkan. Misalnya, dalam membereskan buku sebaiknya satu persatu, baru kemudian dimasukkan ke dalam tas dan lain sebagainya.
ANAK ADHD BERSEKOLAH
Bukan hanya teman-teman di kelasnya,
ibu-ibu yang sedang mengantar anaknya pun cenderung menghindar bila Andro berada di dekatnya.
Belum genap tiga bulan, Andro telah “ngetop” di lingkungan sekolahnya.
Tak bisa duduk manis di kelas, sulit diatur, tak mau menunggu giliran, mengganggu teman-temannya, lebih senang mengobrol dari pada mendengarkan pelajaran.
Yang bikin repot lagi, alat-alat sekolah miliknya tak pernah dipedulikan, berceceran di mana-mana.
SEKILAS, Andro bisa dikatakan sebagai anak hiperaktif atau mengalami attention deficit hyperactivity disorder, atau sering disebut sebagaI ADHD. Yaitu, ketidakmampuan memusatkan perhatian pada kejadian utama yang terjadi di lingkungannya. Anak-anak semacam Andro mudah sekali terganggu oleh rangsangan – bahkan yang sangat sederhana seperti pintu terbuka, kertas yang terjatuh dan lain sebagainya – yang ada di sekitarnya. Selain itu, sering melakukan gerakan yang berlebihan, tidak terarah sehingga sulit mengorganisasikan dirinya. Mereka cenderung impulsif, tidak pernah memikirkan akibat dari ulahnya. Mereka terlihat kurang matang dalam mengenali aturan-aturan sosial yang berlaku.
Apa pun kondisinya anak-anak semacam Andro harus memasuki gerbang sekolah untuk belajar. Sekali lagi harus belajar. Tak ada pilihan lain!
Belajar, merupakan suatu proses yang ditentukan oleh beberapa hal, di antaranya adalah perhatian dan konsentrasi. Bagi anak semacam Andro (ADHD) belajar merupakan proses yang sulit karena mereka tidak memahami bagaimana cara belajar. Kurangnya kemampuan berkonsentrasi membuat segala instruksi dari guru di kelas yang sifatnya kompleks dan terdiri dari beberapa langkah merupakan kesulitan tersendiri untuk dilaksanakan. Barangkali, hal ini terjadi karena mereka hanya mampu menangkap sebagian instruksi tersebut (tidak lengkap).
Untuk membantu mereka, “ bagaimana cara belajar” menjadi hal yang sangat penting. Dari mana sebaiknya harus memulai untuk menyelesaikan tugas, bagaimana mengarahkan perhatiannnya agar tidak mudah terpecah dan bagaiamana bila keduanya dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Dalam membantu anak ADHD belajar, ada beberapa pendekatan yang bias dilakukan. Masing-masing dapat saling berkaitan untuk mendorong perilaku yang positif.
- Memberikan Struktur
Yaitu, memberikan batasan-batasan yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan saat akan memulai berikut segala konsekuensinya.
- Analisis Tugas
Yaitu, memecah tugas besar menjadi komponen-komponen yang memisahkan langkah-langkah yang diperlukan. Misalnya, menyusun dari yang paling kompleks dalam urutan yang masuk akal (logis).
- Modifikasi Perilaku
Yaitu, membentuk perilaku yang diinginkan dengan memberikan reward maupun punishmentTeori-teori Penyebab ADHD
- Cedera otak. ADHD bisa terjadi akibat dari infeksi, luka berat, atau komplikasi yang tejadi semasa hamil atau persalinan.
- Merokok. Orangtua terutama ibunya semasa hamil suka merokok, dan perilaku merokok dianggap sebagai pelarian karena sedang mengalami gangguan perhatian, depresi, atau stres, dapat mempengaruhi janin. Sampai saat ini belum ada hubungan ADHD dengan ibu perokok , tapi dari hasil riset telah terbukti dengan jelas bahwa ibu yang merokok selama masa kehamilan adalah satu penyebab gangguan perhatian pada anak-anak.
- Cedera kelahiran. Hasil riset mencurigai penyebab utama ADHD adalah berkaitan dengan neurologis masa kanak-kanak akibat cedera, atau sakit waktu kelahiran.
- Kematangan otak yang tertunda. Hasil riset mengatakan belum ada bukti neurologis yang mendukung teori ini, dan sifatnya masih hipotesis, meski pun perilaku anak-anak ADHD tampak ada gejala-gejala defisit sosial; kurang perhatian, impulsif, dan susah diatur.
- Keracunan timah hitam. Timah hitam sangat berbahaya bagi saraf. Timah hitam bisa ditemukan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, misalnya: cat dinding rumah dan sudah mengelupas, solder yang digunakan untuk mengelas pipa air, polusi dari bensin yang mengandung timah hitam menimbulkan tingginya kadar timah hitam yang mencemari udara : knalpot dari kendaraan bermotor, polusi pabrik limbah yang mengandung timbal.
- Bahan tambahan pada makanan. Dr. Benjamin Feingold (tahun 1974), spesialis alergi anak, menyatakan bahwa separuh lebih dari hiperaktivitas anak-anak disebabkan oleh pewarna, pengawet, dan perasa buatan (pemanis buatan : aspartam yang terdapat dari merk dagang ‘Equal’ dan ‘Nutrasweet’, penelitian Dr. Grant Martin, Penerbit BIP 2008).
- Makanan tidak sehat. Sebaiknya orangtua memilihkan makanan yang tidak menggunakan zat pewarna dan perasa buatan, begitu juga dengan cokelat, MSG, zat pengawet, kafein. Disarankan mengonsumsi yang rendah gula dan bahkan bebas susu, jika di keluarga ada yang mempunyai masalah mengonsumsi susu sapi. Riset Dr. Conners menyimpulkan bahwa gula dan karbohidrat yang dimakan sendirian saat sarapan bisa menimbulkan masalah perilaku, hal ini bisa dicegah jika digabung dengan protein.
- Gula halus. Gula sebagai salah satu penyebab hiperaktif sudah ditengarai sejak tahun 1929, tapi sampai sekarang bahkan cenderung orang mengonsumsi gula secara berlebihan, dan inilah salah satu penyebab makin banyaknya anak-anak pengidap ADHD. Cara menetralisirnya Dr. Conners menyarankan dan menganjurkan agar imbangi makanan dengan asupan protein yang cukup. Ahli gizi dapat membantu andamemilih makanan yang sehat bergizi dan seimbang.
- Penyakit medis. Penyakit ini bisa menjadikan hal buruk yang spesifik. Penyakit-penyakit ini bisa dihubungkan dengan gejala-gejala ADHD termasuk kekurangan zat besi (anemia) karena cacing kremi. Jangan anggap enteng dengan anemia karena cacing, segera periksakan anak anda kalau tampak sering lemas, bisa saja anak mengidap cacingan.
- Obat-obatan. Hasil penelitian mengatakan bahwa obat-obatan seperti obat penenang akan memicu munculnya ADHD terhadap anak-anak. Obat-obat penenang itu bisa ditemukan pada obat flu, obat asma, obat alergi. Orangtua harus waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan yang akhirnya bisa memperburuk kondisi anak. Diteliti bahwa obat anti alergi dapat mengakibatkan ketiadaan perhatian.
- Faktor keturunan. Penelitian yang mengejutkan para orangtua adalah bahwa faktor keturunan merupakan faktor tunggal yang dipercaya sebagai denominator umum pada anak-anak ADHD. Anak-anak ADHD empat kali lebih mungkin memiliki saudara kandung dan orangtua yang juga mengidap ADHD ketimbang anak-anak normal. Juga, anak-anak yang mengidap ADHD dibesarkan oleh sebuah keluarga adopsi empat kali lebih mungkin memiliki orangtua biologis ADHD dari pada anak-anak tanpa ADHD yang diadopsi.
Kurang Perhatian (ADHD)?
Anakku paling senang hatinya ketika sudah hari Jum’at, artinya dia ada libur 2 hari yang akan digunakan untuk bermain, dan itu bisa seharian penuh asyik bersama-sama dengan teman-teman sekomplek. Kadang-kadang mereka bergantian menginap di salah satu rumah temannya. Meski pun aku kurang setuju tapi susah sekali aku melarangnya, mereka punya alasan kalau orangtuanya mengizinkan perbuatan itu.
Aku perhatikan diantara teman-temannya itu ada salah satu yang lebih menonjol kelihatan dari tingkah lakunya yang lebih agresif dan kalau bicara tidak bisa dipotong, sedang yang satunya lagi lebih tampak sedikit bijaksana, tapi kalau bicara banyak menentang dan kalau bicara sering kebalikannya dari kenyataan, yang satunya lagi betul-betul pendiam tapi penurut, apa kata teman-temannya … hayuu saja, tidak ada ide atau usul. Yang satunya lagi, aku perhatikan kalau masuk ke rumahku, pertama kali yang dia lakukan adalah membuka kulkas.. lalu mengambil apel, dan selalu apel terus yang diambilnya padahal ada buah-buahan lain.
Selama ini aku tidak pernah khawatir dengan tingkah laku anakku, rasanya normal-normal saja…. toh teman-temanku pun selalu bilang… “biasa kok… itu normal… malah anakmu itu kayaknya cuek dan mandiri?…” tapi akhir-akhir ini aku sering menjadi merenung, benarkah begitu?
Aku mencoba menganalisa sendiri dan sering berkonsultasi dengan teman-teman yang berprofesi sebagai psikolog atau dengan teman-teman yang mempunyai anak dengan perilaku ADHD, selain itu aku memang tertarik untuk mendalami lebih jauh lagi masalah yang berkaitan dengan perilaku anak-anak dengan mengikuti berbagai lokakarya, seminar, atau pun “short course’ berbagai penelitian terhadap anak-anak. Hasilnya aku rangkum dalam tulisan, dan mungkin ini bisa menjawab pertanyaan beberapa teman mau pun untukku yang sama merasa khawatir mengenai perilaku anak-anaknya.
Mungkinkah penyebab anak-anak ADHD adalah dampak dari perbuatan orangtuanya?
Hasil riset pakar psikolog mengenai perilaku ADHD belum tahu jawaban yang pasti, tapi penyebabnya dari berbagai faktor, misalnya faktor keturunan, karena kondisi lingkungan, pengaruh dari makanan, atau gangguan ketidak-harmonisan di dalam keluarganya; perceraian, penyalahgunaan zat adiktif dll. Jadi bagi para orangtua sebaiknya mengikuti perkembangan anak-anaknya sejak awal, sehingga hal ini bisa diminimalisir dan dicegah sedini mungkin.
“Cara mengendalikan perilaku anak ADHD”
Menurut Ross & Ross (1982) terapi modivikasi perilaku dapat membantu
mengatasi problem ADHD pada anak. Beberapa hasil penting dalam fungsi seharihari
pada anak-anak ADHD yang dapat dicapai dalam modivikasi perilaku adalah :
kepatuhan mengikuti perintah, pengendalian perilaku hiperkatifitas, peningkatan
disiplin, kemandirian dan tanggung jawab, perbaikan prestasi akademik, perbaikan
hubungan dengan anggota keluarga dan relasi sosial. Salah satu bentuk modivikasi
perilaku yang umumnya dilakukan oleh terapis anak ADHD adalah time out
Time out merupakan suatu cara menghilangkan situasi negatif pada anak
dengan memberikan waktu kepadanya agar bisa berfikir lebih tenang mengenai apa
yang telah dilakukannya. Pendekatan ini merupakan alat yang tepat untuk anak-anak
berusia 18 bulan sampai 10 tahun. Cara ini bisa digunakan untuk mengendalikan
perilaku-perilaku seperti marah yang meledak-ledak, menggigit, memukul atau
melempar barang-barang (Martin, 2008)
Suatu penelitian time out telah dilakukan oleh Powers (1983) untuk
menangani kebiasaan menggigit pada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
time out yang diterapkan di tempat penitipan anak menunjukkan penurunan frekuensi
menggigit yaitu menjadi 6 kali minggu pertama, 4 kali minggu kedua, dan 0 kali pada
minggu ketujuh. Selanjutnya saat time out diberlakukan di rumah, frekuensi
menggigit mengalami penurunan secara drastis didukung dengan terlibatnya ibu
dalam pelaksanaan metode tersebut. Setelah di follow up, kebiasaan menggigit hilang
pada minggu ke 9 dan 10.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa time out merupakan salah satu
alternatif efektif untuk mengurangi intensitas perilaku anak yang tidak diharapkan
(dalam kasus ini menggigit). Hal ini berarti time out dapat pula digunakan pada
penanganan anak ADHD untuk meningkatkan perilaku yang positif dalam
keseharian. Fabiano (2003) melakukan sebuah penelitian time out pada anak ADHD
dengan 2 setting, yaitu time out dengan durasi waktu singkat (5 menit) dan lama (15
menit), serta tidak menggunakan time out pada 71 anak ADHD. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa time out lebih unggul untuk mengurangi intensitas perilaku
agresif, merusak barang-barang, serta perilaku melawan dibandingkan dengan yang
tidak menggunakan time out.
PENERAPAN TERAPI BERMAIN BAGI PENYANDANG AUTISMES
Sebagian besar teknik terapi bermain yang dilaporkan dalam literatur menggunakan basis pendekatan psikodinamika atau sudut pandang analitis. Hal ini sangat menarik karena pendekatan ini secara tradisional dianggap membutuhkan komunikasi verbal yang tinggi, sementara populasi autistik tidak dapat berkomunikasi secara verbal.
Namun terdapat juga beberapa hasil penelitian yang menunjukkan penggunaan terapi bermain pada penyandang autisme dengan berdasar pada pendekatan perilakuan (Landreth, 2001). Salah satu contoh penerapan terapi bermain yang menggunakan pendekatan perilakuan adalah The ETHOS Play Session dari Bryna Siegel (Schaefer, Gitlin, & Sandgrund, 1991).
Terdapat beberapa contoh penerapan terapi bermain bagi anak-anak autistik, diantaranya adalah (Landreth, 2001):
1. Terapi yang dilakukan Bromfield terhadap seorang penyandang autisme yang dapat berfungsi secara baik. Fokus terapinya untuk dapat masuk ke dunia anak agar dapat memahami pembicaraan dan perilaku anak yang membingungkan dan kadang tidak diketahui maknanya. Bromfield mencoba menirukan perilaku obsessif anak untuk mencium/membaui semua objek yang ditemui menggunakan suatu boneka yang juga mencium-cium benda. Apa yang dilakukan Bromfield dan yang dikatakannya ternyata dapat menarik perhatian anak tersebut. Bromfield berhasil menjalin komunikasi lanjutan dengan anak tersebut menggunakan alat-alat bermain lain seperti boneka, catatan-catatan kecil, dan telepon mainan. Setelah proses terapi yang berjalan 3 tahun, si anak dapat berkomunikasi secara lebih sering dan langsung.
2. Lower & Lanyado juga menerapkan terapi bermain yang menggunakan pemaknaan sebagai teknik utama. Mereka berusaha masuk ke dunia anak dengan memaknai bahasa tubuh dan tanda-tanda dari anak, seperti gerakan menunjuk. Tidak ada penjelasan detil tentang teknik mereka namun dikatakan bahwa mereka kurang berhasil dengan teknik ini.
3. Wolfberg & Schuler menyarankan penggunaan terapi bermain kelompok bagi anak-anak autistik dan menekankan pentingnya integrasi kelompok yang lebih banyak memasukkan anak-anak dengan kemampuan sosial yan tinggi. Jadi mereka memasangkan anak-anak autistik dengan anak-anak normal dan secara hati-hati memilih alat bermain dan jenis permainan yang dapat memfasilitasi proses bermain dan interaksi di antara mereka. Fasilitator dewasa hanya berperan sebagai pendukung dan mendorong terjadinya proses interaksi yang tepat.
4. Mundschenk & Sasso juga menggunakan terapi bermain kelompok ini. Mereka melatih anak-anak non-autistik untuk berinteraksi dengan anak-anak autistik dalam kelompok.
5. Voyat mendeskripsikan pendekatan multi disiplin dalam penggunaan terapi bermain bagi anak autisme, yaitu dengan menggabungkan terapi bermain dengan pendidikan khusus dan melatih ketrampilan mengurus diri sendiri.
EFEKTIVITAS TERAPI BERMAIN BAGI PENYANDANG AUTISME
Efektivitas penggunaan terapi bermain masih cukup sulit diketahui karena sampai saat ini kebanyakan literatur masih memaparkan hasil kasus per kasus. Namun Bromfield, Lanyado, & Lowery menyatakan bahwa klien mereka menunjukkan peningkatan dalam bidang perkembangan bahasa, interaksi sosial, dan berkurangnya perilaku stereotip, setelah proses terapi. Mereka dikatakan juga dapat mentransfer ketrampilan ini di luar seting bermain.
Wolfberg & Schuler menyatakan bahwa model terapi bermain yang terintegrasi dalam kelompok juga dapat berhasil, dimana program ini ditujukan untuk meningkatkan interaksi sosial dan melatih ketrampilan bermain simbolik. Mundschenk & Sasso juga melaporkan hal yang sama.
PRINSIP-PRINSIP PENERAPAN TERAPI BERMAIN BAGI ANAK AUTISTIK
Terdapat beberapa hal prinsip yang harus dipahami terapis sebelum menerapkan terapi bermain bagi anak-anak autistik, yaitu:
1. Terapis harus belajar “bahasa” yang diekspresikan kliennya agar dapat lebih membantu. Karena itu metode yang disarankan adalah terapi yang berpusat pada klien.
2. Harus disadari bahwa terapi pada populasi ini prosesnya lama dan sangat sulit sehingga membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Apa yang kita latihkan bagi anak normal dalam waktu beberapa jam mungkin akan memakan waktu bertahun-tahun pada anak autistik. Kondisi ini kadang membuat terapis bosan dan putus asa.
3. Terapis harus menghindari memandang isolasi diri anak sebagai penolakan diri dan tidak memaksa anak untuk menjalin hubungan sampai anak betul-betul siap.
4. Terapis juga harus betul-betul sadar bahwa meskipun anak autistik dapat mengalami kemajuan dalam terapi yang diberikan, ketrampilan sosial dan bermain mereka mungkin tidak akan bisa betul-betul normal. Jika tujuan umum terapi adalah untuk membantu anak dapat memaksimalkan potensi mereka dan memberi mereka kesempatan untuk berfungsi lebih baik dalam hidup mereka, maka keberhasilan sekecil apapun harus dianggap sebagai kemenangan dan harus disyukuri sepenuh hati.
Berdasarkan luasnya batasan terapi bermain maka penerapannya bagi penyandang autisme memerlukan batasan-batasan yang lebih spesifik, disesuaikan dengan karakteristik penyandang autisme sendiri. Pada anak penyandang autisme, terapi bermain dapat dilakukan untuk membantu mengembangkan ketrampilan sosial, menumbuhkan kesadaran akan keberadaan orang lain dan lingkungan sosialnya, mengembangkan ketrampilan bicara, mengurangi perilaku stereotip, dan mengendalikan agresivitas.
Berbeda dengan anak-anak non autistik yang secara mudah dapat mempelajari dunia sekitarnya dan meniru apa yang dilihatnya, maka anak-anak autistik memiliki hambatan dalam meniru dan ketrampilan bermainnya kurang variatif. Hal ini menjadikan penerapan terapi bermain bagi anak autisme perlu sedikit berbeda dengan pada kasus yang lain, misalnya:
1. Tujuan dan target setiap sesi terapi bermain harus spesifik berdasarkan kondisi dan ketrampilan anak, dilakukan dengan bertahap dan terstruktur . Misalnya pada penyandang autisme yang belum terbentuk kontak mata, maka mungkin tujuan terapi bermain dapat diarahkan untuk membentuk kontak mata. Permainan yang dapat dipilih misalnya ci luk ba, lempar tangkap dengan bantuan, ‘lihat ini’, dan lain-lain.
2. Jika secara umum terapi bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi dan eksplorasi, maka pada anak autisme hal ini akan memerlukan usaha yang lebih keras dari terapis terutama jika anak belum memiliki kesadaran akan dirinya dan dunia sekitarnya sehingga inisiatif belum muncul. Pada kasus seperti ini maka terapis perlu lebih aktif menarik anak untuk masuk dalam forum bermain dengan secara aktif menunjukkan contoh dan menarik anak terlibat. Misalnya dengan menunjuk masing-masing alat bermain yang ada sambil menyebutkan namanya, memberi contoh bagaimana alat bermain itu digunakan, terapis bermain pura-pura dengan tetap berusaha menarik anak terlibat.
3. Jika kesadaran diri dan dunia sekitarnya sudah muncul , maka anak dapat diberikan target yang lebih tinggi misalnya melatih ketrampilan verbal (berbicara) dan ketrampilan sosial. Pada tahap ini maka pelibatan anak dalam forum yang lebih besar, dengan melibatkan anak-anak sebaya lain mungkin lebih membantu. Misalnya anak diajak bernyanyi bersama, dibacakan cerita bersama anak-anak lain, diajak berbicara, dan permainan lainnya.
4. Terapi bermain bagi penyandang autisme dapat ditujukan untuk meminimalkan/menghilangkan perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan menghilangkan perilaku stereotip yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan melatihkan gerakan-gerakan tertentu kepada anak, misalnya tepuk tangan, merentangkan tangan, menyusun balok, bermain palu dan pasak, dan alat bermain yang lain. Dengan mengenalkan gerakan yang lain dan berbagai alat bermain yang dapat digunakan maka diharapkan dapat digunakan untuk mengalihkan agresivitas yang muncul, juga jika anak sering menyakiti diri sendiri. Mengenalkan anak pada permainan konstruktif seperti menyusun balok juga akan memberi kegiatan lain sehingga diharapkan perilaku stereotip yang tidak bermanfaat dapat diminimalkan.
Demikian beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam terapi bermain bagi penyandang autisme. Namun, disamping beberapa hal tersebut terdapat beberapa hal prinsip yang juga harus diperhatikan, yaitu:
1. Terapi bagi anak penyandang autisme tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi tunggal. Mengingat bahwa spektrum hambatan yang dialami anak autism sangat luas dan kompleks, maka terapi bermain sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan terapi yang lain, misalnya terapi wicara, terapi medis, dan lain-lain. Rencana program terapi yang dijalankan pun harus disusun dengan terpadu dan terstruktur dengan baik, begitu juga proses evaluasinya.
2. Terapi bermain ini harus dilakukan oleh tenaga terapis yang sudah terlatih dan betul-betul mencintai dunia anak dan pekerjaannya. Hal ini terlebih pada penyandang autisme karena menangani anak autisme memerlukan kesabaran dan keteguhan hati yang tinggi. Jika pada anak non autistik target perubahan perilaku yang dibuat mungkin dapat dicapai dengan cepat dan lebih mudah, maka bagi penyandang autisme belajar perilaku baru memerlukan usaha dan perjuangan yang sangat keras dan belum tentu berhasil memuaskan.
3. Keberhasilan program terapi bermain sangat ditentukan oleh bagus tidaknya kerja sama terapis dengan orang tua dan orang-orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan proses transfer ketrampilan yang sudah diperoleh selama terapi yang harus terus dipelihara dan ditingkatkan dalam kehidupan di luar program terapi.
Demikianlah beberapa hal yang menurut saya penting diketahui tentang penerapan terapi bermain bagi anak penyandang autisme. Sekali lagi, harus dicatat bahwa terapi bermain adalah salah satu alternatif saja diantara sekian banyak program terapi yang sudah dikembangkan bagi anak autisme. Masukan dan kritik bagi makalah ini sangat diharapkan demi proses belajar saya dan perbaikan ke depan. Terima kasih.
ILUSTRASI : KASUS BONA
Bona adalah anak laki-laki berusia 5 tahun dan bersekolah di sebuah TK ternama di Yogya. Penampilan fisiknya gemuk dan tinggi, jauh lebih besar dibandingkan teman-teman seusianya. Ayah ibunya bekerja sebagai karyawan swasta yang bekerja sepanjang hari sehingga Bona lebih banyak diasuh pembantunya. Bona dibawa ke sebuah biro konsultasi psikologi oleh ibunya karena adanya keluhan yang disampaikan pembantu, para tetangga, dan terutama guru-guru di sekolahnya. Pembantu rumah tangga di keluarga tersebut sering sekali berganti karena kebanyakan dari mereka tidak tahan dengan perilaku Bona yang selalu berlarian tanpa henti, membuat berantakan seluruh mainan tanpa menggunakannya untuk bermain (hanya dilempar-lempar kemana saja), sering memukul dan menendang tanpa alasan bahkan terkadang saat memegang benda juga digunakan untuk melempar atau memukul, makan sambil berlarian dan berantakan seluruh makanannya, tidak memperhatikan jika diberitahu sesuatu, suka berteriak-teriak kasar, dan membanting benda-benda terutama jika permintaannya tidak segera dipenuhi.
Orang tua Bona sering merasa tidak nyaman dan serba salah dengan tetangga karena hampir setiap hari ada saja tetangga yang mengadu tentang perilaku Bona kepada anak-anak mereka. Perilaku Bona yang merebut mainan temannya hingga rusak, Bona yang memukul temannya hingga benjol, Bona yang melempar-lempar batu mengenai kaca tetangga, sampai Bona yang memanjat pagar tetangga dan merusakkan tanaman hias mereka, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sementara itu guru di sekolah juga sering sekali menyampaikan keluhan tentang perilaku Bona di sekolah, bahkan Bona beberapa kali diantarkan pulang guru sebelum waktunya. Di sekolah, Bona terlihat kesulitan mengikuti proses belajar karena dia selalu saja berlari dan sulit sekali diminta duduk di kursinya. Guru dan teman-teman lain merasa terganggu karena setiap kali Bona diminta duduk, beberapa detik kemudian sudah berlari-lari lagi keliling ruang kelas sambil mengganggu temannya atau sampai keluar kelas. Ketika teman-temannya belajar mewarnai atau menggambar maka Bona akan meninggalkan kertas gambarnya dalam keadaan kosong atau dengan sedikit coretan yang terlihat asal-asalan. Bona juga sulit sekali diminta melakukan sesuatu oleh gurunya karena setiap kali gurunya berbicara, Bona tidak tahan mendengarkannya sampai selesai. Juga ketika guru mengajukan pertanyaan, terkadang Bona berteriak menjawab meski pertanyaan belum selesai, dan akhirnya jawabannya pun tidak tepat. Beberapa waktu terakhir bahkan gurunya secara implisit menyatakan bahwa Bona sebaiknya di pindah ke sekolah lain yang dapat menanganinya dengan lebih baik karena guru-guru di sekolahnya yang sekarang sudah kewalahan. Orang tuanya bingung sekali dengan kondisi ini sehingga merasa perlu minta bantuan tenaga terapis anak untuk membantu. Mengingat bahwa Bona adalah anak tunggal dan efek dari perilakunya sudah dipandang meresahkan maka ibunya berniat cuti selama beberapa bulan dari pekerjaannya untuk mengatasi masalah anaknya ini.
PROSES TATA LAKSANA PERILAKU BAGI BONA
A. TARGET PERILAKU
Mengingat usia Bona yang 5 tahun dimana kebutuhan sosialisasinya dengan teman sebaya sudah cukup tinggi dan hampir memasuki usia sekolah, sementara Bona masih memiliki masalah dalam memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas, maka beberapa perilaku yang menjadi target dalam perubahan perilaku ini adalah:
1. Mampu membereskan mainan dan barang-barang milik Bona sendiri.
2. Mendengarkan orang lain bicara sampai selesai.
3. Mengerjakan aktivitas sampai selesai.
Karena program ini berbasis pada sistem aturan maka perilaku yang menjadi target dapat beberapa (tidak hanya satu) dengan catatan setiap target perilaku akan dibuatkan aturan yang detil dan jelas tentang perilaku yang diharapkan dan tidak diharapkan (dalam program yang direncanakan).
B. RENCANA WAKTU
Waktu yang direncanakan adalah 6 bulan, mengingat bahwa selama waktu itu ibunya akan cuti dari kantor dan dapat secara penuh terlibat dalam program ini untuk terus berada di samping Bona. Waktu 6 bulan ini akan dibagi dalam beberapa tahap untuk memudahkan proses monitoring dan evaluasi.
Tahap pertama adalah training yang dilaksanakan oleh terapis bagi orang tua Bona untuk melatih mereka agar dapat menciptakan aturan dan mengelola program di rumah. Training ini dilakukan selama 1 minggu dilanjutkan dengan membuat program.
Minggu kedua orang tua Bona mulai membuat aturan-aturan yang harus dipatuhi Bona di rumah dengan kontrol dari seluruh warga rumah termasuk pembantu. Jadi seluruh aturan ini secara detil dan jelas disosialisasikan kepada semua orang di rumah. Untuk memudahkan sosialisasi, orang tua Bona menempelkan aturan-aturan tersebut di beberapa tempat di dinding rumah.
Sejalan dengan sosialisasi maka aturan mulai dijalankan dengan monitoring setiap saat oleh ibunya Bona dibantu siapa saja yang di rumah. Evaluasi dilakukan oleh orang tua bersama pembantu setiap hari dan oleh orang tua bersama terapis setiap akhir minggu.
C. PELAKSANA PROGRAM
Program ini dilaksanakan oleh Ibu Bona sebagai manajer program dibantu oleh seluruh anggota keluarga dengan didampingi terapis anak sebagai pemandu program dan nara sumber proses.
D. PROGRAM YANG DIRENCANAKAN
Berdasarkan target perilaku tersebut di bagian A maka dibuatlah aturan-aturan yang detil tentang perilaku yang diharapkan dan tidak diharapkan dari Bona, yaitu:
1. Membereskan mainan dan barang milik Bona sendiri.
Aturan:
a. Memasukkan pensil, penghapus, dan buku ke tas setelah digunakan. (Tidak meninggalkan pensil, penghapus, dan buku di meja belajar, meja tamu, atau di ruang lain)
b. Mengembalikan mainan ke wadahnya setelah digunakan. (Tidak melempar-lempar mainan jika tidak digunakan. Jika melempar-lempar maka harus mengambil kembali dan dikembalikan ke wadahnya.)
2. Mendengarkan orang lain bicara sampai selesai.
Aturan:
a. Menunggu Bapak, Ibu, pembantu, atau teman selesai ketika sedang berbicara tanpa memotong.
b. Tidak pergi ketika Bapak, Ibu, teman, atau pembantu sedang berbicara kepada Bona.
c. Menjawab pertanyaan Bapak, Ibu, teman, atau pembantu jika sudah selesai diucapkan. (Tidak menjawab pertanyaan sebelum selesai.)
d. Menatap wajah Bapak, Ibu, teman, atau pembantu yang sedang berbicara kepada Bona. (Tidak memalingkan muka ketika diajak berbicara.)
3. Mengerjakan aktivitas sampai selesai.
Aturan:
a. Memasang-masang mainan lego sampai berbentuk sesuatu baru dilepas kembali. (Tidak berganti mainan sebelum selesai dimainkan.)
b. Menggambar sampai selesai. (Tidak berganti kertas gambar atau meninggalkannya sebelum gambar selesai dibuat.)
c. Mewarnai bentuk sampai selesai baru berganti kertas.
d. Makan sambil duduk sampai selesai. (Tidak makan sambil berlari-lari keluar rumah.)
Keseluruhan aturan ini disampaikan kepada Bona dengan jelas dan harus yakin bahwa Bona mengerti dengan jelas yang dimaksud dengan aturan ini. Aturan ini kemudian ditulis besar-besar dan ditempel di beberapa bagian rumah, seperti di kamar Bona, ruang bermain, dan dapur untuk selalu mengingatkan orang tua dan pembantu agar terus mendorong pelaksanaan aturan tersebut secara konsisten.
E. EVALUASI PROGRAM
Program bagi Bona ini akan selalu dievaluasi dan dimonitor menggunakan lembar evaluasi dan lembar monitoring yang dibuat saat perencanaan program (contoh lembar evaluasi dan lembar monitoring terlampir). Evaluasi dan monitoring dilakukan ibu Bona sebagai manajer program dan secara berkala akan didiskusikan bersama terapis untuk melihat efektivitas dan kemajuan program.