Selasa, 01 Mei 2012

3 Alasan Memelihara Hewan Bikin Sehat

Kompas.com - Pemilik hewan peliharaan ternyata punya kemampuan jantung yang lebih baik dalam menghadapi berbagai situasi serius. Ini artinya risiko mereka untuk meninggal karena penyakit jantung lebih kecil dibanding bukan pemilik hewan. Beberapa penelitian telah menegaskan manfaat menyehatkan dari memelihara binatang. Salah satunya menyebutkan mereka yang memelihara hewan memiliki angka survival lebih tinggi setahun pasca operasi gagal jantung. Berikut adalah tiga alasan mengapa bersahabat dengan hewan bisa menyehatkan. - Jika Anda pekerja yang stres Berinteraksi dengan hewan kesayangan merupakan cara yang efektif untuk menurunkan level stres. Tim peneliti dari University at Buffalo memberikan kucing atau anjing kepada para pialang saham yang seperti diketahui memiliki stres tinggi. Setelah 6 bulan ternyata tekanan darah dan detak jantung para pialang saham itu lebih stabil. - Jika Anda tak suka anjing atau kucing Anjing dan kucing adalah hewan peliharaan yang populer dan banyak menjadi subyek penelitian mengenai relasi antara majikan dengan peliharaannya. Padahal, efek menyehatkan juga didapatkan pada berbagai jenis hewan peliharaan, termasuk ular atau iguana. "Bukan cuma jenis hewannya, tapi efek menyehatkan itu didapat dari pertemanan dengan hewan-hewan itu yang berdampak positif bagi kita," kata Allen McConnel, profesor dari Miami University. - Jika Anda lajang Tidak punya pasangan? Jangan khawatir. Penelitian menunjukkan hewan kesayangan memberikan dukungan sosial yang bisa dibandingkan dengan yang kita dapatkan dari manusia lain. Berteman dengan mereka juga mengurangi hormon-hormon stres. Para pemilik hewan peliharaan juga punya tingkat aktivitas fisik lebih tinggi karena mereka punya rutinitas untuk mengajak "sahabatnya" berjalan-jalan. Aktivitas ini juga menjadi cara untuk berteman dengan para pemilik hewan lainnya.

Penyebab Kambuhnya Pasien Gangguan Jiwa

MAGELANG, KOMPAS.com - Gangguan jiwa termasuk dalam penyakit yang statusnya sama dengan penyakit lain yang bisa diobati dan disembuhkan. Pada banyak kasus, pasien gangguan jiwa secara medis dinyatakan sembuh dan dikembalikan kepada keluarganya. Namun, dalam beberapa bulan mengalami kekambuhan. Kekambuhan kembali mantan penderita gangguan jiwa sebagian besar disebabkan oleh kurangnya perhatian dari lingkungan dan bahkan keluarga sendiri sehingga berakibat pada lambatnya proses penyembuhan. Hal itu diungkapkan dr. Eniarti M.Sc. Sp.Kj, Direktur Medik dan Keperawatan RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, Jateng. "Belakangan ini pandangan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa selalu diidentikkan dengan sebutan orang gila yang dianggap sebagai suatu masalah yang negatif dan mengancam. Itu mindset yang salah," terangnya, Selasa (20/3/21012). Akibat pola pikir yang keliru di masyarakat, banyak keluarga pasien penyakit jiwa yang tidak mau menerima anggota keluarganya setelah sembuh secara medis. Akhirnya, penyakit pasien kambuh dan terpaksa dirawat kembali ke rumah sakit. "Jadi, perhatian positif dari keluarga dan lingkungan sangat dibutuhnkan para mantan penderita gangguan jiwa, bagaimana mereka menerima kembali dengan baik mantan penderita gangguan jiwa, keluarga dan masyarakat sekitar harus memperlakukan mereka secara manusiawi, kasih sayang, diajak melakukan aktivitas sehari-hari dan lain-lain," tegasnya. Oleh sebab itu, pihaknya berupaya memberikan pendidikan bagi keluarga dan masyarakat terkait hal tersebut, antara lain dengan mengunjungi keluarga pasien sebelum pasien dipulangkan. Dalam home visist tersebut, tim khusus dari RSJ akan memberikan penjelasan pasca kesembuhan penderitan gangguan jiwa. Pihaknya juga terus bekerjasama dengan puskesmas-puskesmas maupun balai pengobatan yang ada untuk melakukan pengawasan.

Makin Sedikit, Waktu Orangtua Bermain dengan Anak

KOMPAS.com — Masa kanak-kanak adalah masa untuk bermain. Kesempatan berinteraksi dan bermain bersama orangtua di luar ruangan atau di alam bebas adalah momen yang sangat berharga sekaligus bermanfaat bagi proses tumbuh kembang anak. Sayangnya, tidak semua anak kini mendapatkan kesempatan tersebut. Survei terbaru di Amerika Serikat menunjukkan, setengah dari anak-anak prasekolah tidak menghabiskan waktu bermain di luar rumah dengan orangtua mereka setiap hari. Dalam wawancara dengan orangtua yang melibatkan hampir 9.000 anak-anak, kurang dari 50 persen dari para ibu dan hanya 25 persen dari ayah yang mengaku pernah mengajak anak-anak mereka untuk berjalan-jalan atau bermain dengan mereka di halaman atau taman setidaknya sekali sehari. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine. "Hal ini mungkin tidak masuk akal bagi kebanyakan orangtua, terutama bagi orangtua yang bekerja di luar rumah, karena tidak mudah untuk memiliki waktu bermain di luar rumah dengan anak setiap hari," kata Dr Pooja Tandon, spesialis anak dari University of Washington, Seattle, yang ikut menggarap studi ini. Menurutnya, bermain di luar ruangan sebenarnya dapat memberikan berbagai macam manfaat untuk anak-anak. Panduan dari National Association for Sport and Physical Education menunjukkan, anak-anak harus mendapatkan setidaknya satu jam untuk beraktivitas fisik setiap hari guna memperoleh manfaat kesehatan dalam jangka panjang, seperti menangkal obesitas. Anak-anak prasekolah juga harus mendapatkan beberapa jam bermain tidak terstruktur setiap hari, sesuai dengan rekomendasi. Dalam risetnya, Tandon dan rekan-rekannya menggunakan data anak-anak asal Amerika yang lahir pada tahun 2001. Dalam kajiannya, peneliti bertanya kepada para orangtua tentang seberapa sering mereka mengajak anak-anak (yang memasuki usia prasekolah) bermain di luar rumah dalam kurun satu bulan terakhir. Empat puluh empat persen dari ibu dan 24 persen ayah mengatakan, selalu mengajak bermain anak mereka di luar ruangan setiap hari. Menurut hasil wawancara, setengah dari anak-anak harus pergi ke luar untuk bermain setidaknya sekali sehari apakah itu dengan ibu atau ayah mereka. Keamanan lingkungan tampaknya juga tak menjadi penghalang penting untuk mereka bermain di luar rumah. Pasalnya, lebih dari sembilan dari sepuluh orangtua mengatakan bahwa lingkungan rumah mereka selalu dalam kondisi aman. Tandon dan rekan menemukan bahwa anak-anak lebih sering bermain di luar ruangan dengan teman mereka setiap hari. Tandon menyarankan agar orangtua melakukan komunikasi dengan orang dewasa lain yang merawat anak-anak mereka, seperti misalnya guru prasekolah, untuk menekankan pentingnya aktivitas dan bermain di luar ruangan. Peneliti lain dari University of Wyoming, Tami Benham Deal, mengatakan, orangtua juga perlu mempertimbangkan dan memilih jenis aktivitas atau olahraga yang bermanfaat bagi anak-anak saat bermain di luar ruangan. "Ketika di luar, anak-anak mungkin duduk di bak pasir menghabiskan 20-30 menit membangun istana pasir dan terowongan. Dalam permainan tersebut, intensitas aktivitas fisik tentu sangat rendah," kata Benham Deal, yang tidak terlibat penelitian. "Orangtua harus mendorong anak-anak mereka aktif secara fisik dan orangtua sudah tahu betapa pentingnya hal itu. Aktivitas memegang peranan penting dalam mempengaruhi fisik anak-anak," tutur Benham. Sumber :Reuters

Game "Focus Pocus" Perbaiki Konsentrasi Anak

KOMPAS.com - Ini adalah kabar baik bagi orang tua yang memiliki anak dengan gangguan konsentrasi. Para peneliti dari Universitas Wollongong bekerja sama dengan sebuah perusahaan software Inggris belum lama ini berhasil mengembangkan game komputer yang dapat membantu memperbaiki perilaku anak. Seperti yang disiarkan dalam jurnal ilmiah ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorders), para ahli menemukan terapi alternatif bagi anak penyandang ADHD yang bebas obat-obatan karena menggunakan basis pengembangan game komputer yang dirancang untuk anak-anak. ADHD, atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan psikologis yang paling sering ditemui pada anak usia sekolah. Gejala utama ADHD adalah hiperaktivitas, kesulitan mempertahankan konsentrasi, serta impulsivitas. Menurut penulis utama yang juga Profesor Asosiasi Psikologi, Stuart Johnstone, penelitian tersebut dilakukan setelah para orang tua khawatir akan konsumsi obat yang terlalu banyak untuk anak-anak mereka. "Para orang tua cemas dengan jenis pengobatan yang diberikan kepada anak-anak mereka, oleh sebab itu mereka meminta perawatan yang bebas obat berdasarkan dengan penelitian kami," kata Johnstone. Johnstone juga mengatakan bahwa target utama dari terapi tersebut adalah meminimalisir gangguan karena distraksi dan meningkatkan konsentrasi serta ketenangan perilaku. Perkembangan perilaku yang lebih baik, kata Johnstone, baru akan terlihat setelah anak tersebut menyelesaikan pelatihan pada game komputer selama enam minggu. Para peneliti bekerja sama dengan perusahaan mandiri perangkat lunak, NeuroCog Solutions untuk merancang dan mengembangkan game komputer bernama Focus Pocus itu. Permainan yang dimaksudkan untuk anak berusia 7-13 tahun itu, akan melatih aspek kognitif anak dan membantu gelombang otak untuk melatih anak agar lebih santai dan perhatian. "Permainan ini sangat unik, karena bertujuan pada proses fundamental anak seperti ingatan, kontrol impulse, dan kemampuan untuk berkonsentrasi," kata Johnstone. Dalam game tersebut, setiap pemain akan berperan sebagai penyihir dalam sekitar 12 permainan. Permainan tersebut dikendalikan sepenuhnya oleh pikiran dan dapat dipantau melalui alat electroencephalography bernama EEG NeuroSky Mindwave. Orang tua dapat memantau kemajuan anak-anak mereka melalui laporan yang disampaikan secara online dengan sistem feedback yang disebut FocusIn. Sistem ini akan memberi laporan bagian mana yang mengalami kemajuan.

Sekolah Inklusi Belum Siap Menampung ABK

JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan sekolah inklusi ternyata belum sepenuhnya membantu anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti misalnya autis. Pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang di didik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi anak. Dr. Adriana S. Ginanjar, M.S, psikolog dan Koordinator Klinik Terpadu, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menyambut baik kebijakan pemerintah yang meminta sekolah-sekolah baik negeri atau swasta untuk menjadi sekolah inklusi. Tetapi sayangnya, masih banyak sekolah yang belum siap menjalankannya. "Sampai saat ini masih banyak sekolah inklusi yang belum siap," ucap Adriana, saat ditemui dalam acara Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations, dengan tema Autism Awareness Festival, Sabtu, (14/4/2012). Adriana mencontohkan, seperti misalnya jumlah siswa di dalam satu kelas yang masih terlalu banyak (40 orang). Padahal, untuk sekolah inklusi yang di dalamnya ada anak dengan berkebutuhan khusus, minimal hanya boleh 20 orang dalam satu kelas. Ketidaksiapan lainnya bisa dilihat dari tenaga pengajar yang belum memenuhi persyaratan. Menurut Adriana, guru seharusnya mengetahui soal gangguan autis atau kalau perlu mengikuti pelatihan yang mengajarkan metode-metode penanganan anak autis. "Artinya persyaratan-persyaratan itu belum semuanya di ikuti sekolah," katanya. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kesiapan dari teman-teman sebaya mereka. Karena masih banyak anak dengan autis yang mendapatkan bullying (intimidasi) dari teman-teman mereka yang lain (normal). Adriana menyampaikan, sebelum memutuskan anak untuk sekolah ada baiknya orangtua terlebih dahulu melakukan persiapan. Misalnya, bertanya kepada teman (sesama orangtua yang memiliki anak autis) yang sudah terlebih dahulu memiliki pengalaman saat memasukkan anak mereka ke sekolah umum. Dengan begitu, Anda akan mendapat rekomendasi, mana sekolah yang bagus dan tidak. Anda (orangtua) juga bisa bertanya kepada pihak sekolah tentang kebijakan sekolah terhadap anak berkebutuhan khusus. Karena pada beberapa kasus ada sekolah yang secara sepihak tiba-tiba mengeluarkan anak berkebutuhan khusus dengan beragam alasan. Meski begitu, Adriana mengungkapkan, ada beberapa sekolah yang masih mau membantu anak berkebutuhan khusus misalnya dengan menyediakan guru bantu atau shadow teacher. Adriana menambahkan, menentukan apakah anak bisa masuk sekolah umum atau tidak sebenarnya tergantung dari anaknya. "Kalau anak tidak memiliki masalah tingkah laku dan kemampuan kognitif baik, maka harus masuk sekolah inklusi. Tapi kalau tingkahlaku, bicara, dan pemahaman bermasalah jangan dimasukin sekolah inklusi," jelasnya.

Nonton Film Sedih Justru Bikin Bahagia

KOMPAS.com - Menonton film sedih ternyata dapat memberikan efek sebaliknya bagi mereka yang menonton. Sebuah riset terbaru mengindikasikan, menonton film sedih justru membuat orang lebih bahagia karena menyebabkan mereka untuk berpikir tentang orang yang mereka cintai. "Kisah tragis sering fokus pada tema percintaan yang kekal, dan ini menyebabkan penonton untuk berpikir tentang orang yang mereka cintai dan mengingat betapa beruntungnya mereka karena tidak mengalami hal itu," kata pemimpin studi, Silvia Knobloch-Westerwick, seorang profesor komunikasi dari Ohio State University, Columbus. Penelitian ini melibatkan 361 mahasiswa yang menonton versi singkat dari film berjudul Atonement, di mana mengisahkan dua pasang kekasih yang terpisah dan mati saat Perang Dunia II. Sebelum dan setelah film, para peserta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengukur seberapa bahagia mereka dengan kehidupan mereka. Hasil kajian menunjukkan, semakin sering mereka menonton film itu, membuat peserta berpikir tentang orang yang mereka cintai dan semakin besar tingkat kebahagiaan mereka. Tapi untuk beberapa peserta yang egois, hal ini tidak terlalu berpengaruh karena mereka berpikir, "Hidup saya tidak seburuk seperti karakter dalam film" - sehingga tidak mengalami peningkatan kebahagiaan. "Orang-orang tampaknya menggunakan cerita atau film tragis sebagai cara untuk mencerminkan betapa pentingnya sebuah hubungan dalam kehidupan mereka sendiri dan berpikir berapa banyak keuntungan yang telah mereka dapat," kata Knobloch-Westerwick. "Temuan ini bisa membantu menjelaskan mengapa film tragedi begitu populer dikalangan masyarakat, meskipun menyebabkan kesedihan bagi mereka," tutupnya Penelitian ini dipublikasikan secara online dan cetak dalam journal Communication Research. Sumber :healthdaynews

Kecemasan Terkait dengan IQ Tinggi

KOMPAS.com - Sebuah riset terbaru menemukan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dan tingkat IQ. Hasil penelitian menunjukkan, mereka yang didiagnosa mengalami gangguan kecemasan cenderung memiliki tingkat IQ yang lebih tinggi. Bahkan jika dibandingkan orang sehat, mereka yang memiliki gangguan kecemasan cenderung memiliki skor IQ lebih tinggi serta tingkat aktivitas yang lebih tinggi di daerah otak, yang membantu dalam komunikasi antara bagian otak. "Wilayah ini diperkirakan telah memberikan kontribusi bagi keberhasilan evolusi manusia," kata peneliti yang mempublikasikan risetnya pada 1 Februari 2012 dalam jurnal Frontiers di Evolusionary Neuroscience. Dr Jeremy Coplan, pemimpin studi dan profesor psikiatri dari State University of New York Downstate Medical Center mengatakan, meskipun kita cenderung untuk melihat kecemasan sebagai suatu yang tidak baik, tapi hal ini sangat terkait dengan kecerdasan - suatu sifat yang sangat adaptif. Dalam kajiannya, peneliti melibatkan 26 pasien dengan gangguan kecemasan dan 18 orang sehat untuk menyelesaikan ujian tes IQ. Peserta juga diminta mengisi kuisioner untuk menilai tingkat kecemasan mereka. Di antara peserta dengan gangguan kecemasan, mereka yang memiliki tingkat kekhawatiran lebih tinggi, memiliki tingkat IQ yang lebih tinggi pula. Menariknya, hasil berbeda justru ditunjukkan pada pasien sehat. Mereka yang memiliki skor IQ lebih tinggi cenderung memiliki tingkat kekhawatiran yang lebih rendah, dan mereka yang memiliki skor IQ rendah cenderung memiliki tingkat kekhawatiran yang lebih tinggi. Coplan mengungkapkan, seseorang yang memiliki sedikit rasa cemas dapat menimbulkan masalah bagi individu dan masyarakat. Karena orang-orang ini tidak mampu melihat bahaya apapun, bahkan ketika bahaya sudah dekat. "Jika orang-orang ini berada dalam posisi sebagai pemimpin, mereka akan menunjukkan kepada masyarakat umum bahwa tidak perlu khawatir," kata Coplan. Sumber :www.myhealthnewsdaily.com

Pasien Bipolar Punya Kreativitas Tinggi

JAKARTA, KOMPAS.com - Orang dengan gangguan bipolar atau gangguan kejiwaan, ternyata lebih banyak diderita oleh mereka yang berasal dari kelompok berpendidikan tinggi dan memiliki kreativitas tinggi. "Orang bipolar bisa menghasilkan ide-ide fantastis dan aneh yang orang lain tidak pernah pikirkan. Bahkan banyak diantara mereka yang jadi orang sukses," kata Ketua Seksi Bipolar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) dr. Handoko Daeng, SpKJ (K) saat acara seminar media 'Gangguan Bipolar: Dapatkah Dikendalikan?', Rabu, (25/4/2012), di Jakarta. Handoko menyebutkan, banyak orang-orang terkenal dan jenius yang justru memiliki penyakit kejiwaan. Sebut saja seperti Vincent van Gogh, pelukis ternama ini diketahui mengidap bipolar dan karena tidak bisa mengatasi gangguan mental yang dideritanya, dia akhirnya meninggal karena bunuh diri. Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan jiwa yang bersifat episodik (berulang dalam rentang waktu tertentu) dan ditandai oleh gejala-gejala perubahan mood biasanya rekuren dan berlangsung seumur hidup. Handoko mengatakan, sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab munculnya gangguan bipolar. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Keterlambatan dan misdiagnosis dapat memberikan dampak meningkatnya risiko bunuh diri, perilaku merugikan. "Kenapa lebih sering dialami oleh orang berpendidikan tinggi dan sosial ekonomi tinggi? Sebetulnya itu merupakan suatu seleksi alam," cetusnya. Sementara itu, dr. Agung Kusumawardhani, SpKJ (K), Kepala Departemen Psikiatri RSCM menyampaikan, dari penelitian epidemiologi memang ditemukan bahwa kasus bipolar banyak ditemukan pada mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, tapi bukan berarti mereka yang berpendidikan rendah tidak ada yang terkena. "Di RSCM cukup banyak pasien bipolar yang mendapatkan layanan Gakin dan SKTM. Jadi mereka ada juga dari kalangan ini," terangnya. Lebih lanjut Handoko memaparkan, bipolar bukanlah sebuah sifat yang ada pada diri seseorang, tetapi lebih kepada sebuah disorder atau gangguan yang dapat diatasi. Penundaan dalam diagnosis akan mengakibatkan penderita mengalami depresi berat sehingga dapat menunjukkan perilaku yang dapat membahayakan tidak hanya untuk si penderita tetapi juga orang disekitarnya. Sebagai contoh, kasus kekerasan dalam rumah tangga. Banyak orang menduga bahwa kekerasan yang dilakukan suami kepada isri dikarenakan sifat pribadi bawaan seseorang. "Padahal ini bukanlah sifat kepribadian, melainkan gangguan yang dapat diatasi," katanya.

Waspadai Gangguan Bipolar pada Anak

JAKARTA, KOMPAS.com - Gangguan Bipolar (GB) ternyata tidak hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak bahkan sejak anak dilahirkan. Faktor keturunan atau genetik memiliki andil besar dalam menyebabkan gangguan ini. "Karena faktor gen berperan cukup besar yakni sekitar 79 persen. Jadi, waspadai jika anak sudah kelihatan seperti susah diam, gampang marah dan sulit diatur," kata dr. Handoko Daeng, SpKJ (K), Ketua Seksi Bipolar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) saat acara seminar media Gangguan Bipolar: Dapatkah Dikendalikan?, Rabu, (25/4/2012), di Jakarta. Menurut Handoko, gangguan bipolar adalah suatu gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran. Untuk menegakkan diagnosa bipolar pada anak tidak semudah seperti pada orang dewasa. Karena seringkali gejalanya mirip dengan ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder). ADHD adalah gangguan psikologis yang paling sering ditemui pada anak usia sekolah. Gejala utama ADHD adalah hiperaktivitas dan kesulitan mempertahankan konsentrasi. "Tapi, kalau anak itu sudah besar dan bisa menceritakan perasaan yang dialami, diagnosa akan menjadi mudah," ungkapnya. Kepala Departemen Psikiatri dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr. AAA Agung Kusumawardani SpKJ (K) menjelaskan, gejala bipolar pada anak berbeda seperti pada orang dewasa. Kalau pada anak, gejala depresi biasanya akan ditunjukkan dengan perilaku penentangan atau penolakan, seperti misalnya tidak mau sekolah (school phobia). "Tapi episodiknya tetap sama. Jadi tetap ada periode waktu dimana dia menentang kemudian setelah diatasi menjadi reda. Kemudian ada periode kambuh lagi," jelasnya. Agung mengungkapkan, pada anak bipolar yang memasuki episode mood mania, anak akan cenderung hiperaktif sehingga seringkali orangtua menganggap anak mereka nakal. Padahal kalau jeli melihat pola tingkah lakunya, orangtua bisa mengetahui bahwa anak mereka sesungguhnya memiliki masalah dengan kejiwaannya. Menurut Agung, gejala bipolar pada anak memang sering berkembang secara lambat sehingga sulit membedakan apakah hal itu memang pertanda kelainan bipolar atau sebagai karakter normal si anak. Dalam tatalaksana dan menegakkan diagnosis bipolar pada anak, psikiater biasanya akan selalu menayakan tentang riwayat keluarga. Karena kalau ada riwayat keluarga, berarti prognosisnya kurang baik karena ada kondisi genetik yang berperan. Anak-anak dengan orangtua atau saudara kandung yang mempunyai penyakit bipolar berisiko empat sampai enam kali lebih mungkin mengembangkan penyakit dibandingkan anak yang tidak mempunyai riwayat gangguan bipolar di keluarga. "Gangguan bipolar pada anak cukup banyak. Di RSCM kita punya poliklinik jiwa anak yang khusus menangani gangguan bipolar anak," tutupnya.

Kurang Relasi Sosial Perburuk Kesehatan

KOMPAS.com - Hubungan sosial memengaruhi kondisi fisik orang terkait. Menurut editor Scientific American Mind, Ingrid Wickelgren, Selasa (24/4), rasa sakit hati yang muncul dalam relasi sosial ataupun rasa sakit fisik terkait dengan bagian otak yang disebut korteks singulat anterior. Artinya, rasa sakit hati memengaruhi kondisi fisik. Studi yang dipublikasi awal tahun ini menunjukkan, ikatan sosial yang dibangun dengan keluarga dan teman menurunkan risiko kematian pada perempuan muda penderita kanker payudara dan meningkatkan daya hidup pasien pascaoperasi jantung. Sebaliknya, kurangnya hubungan sosial bisa memperburuk kondisi kesehatan. Hal ini diperoleh dari analisis data 148 studi yang melibatkan 4.775 warga Alameda County, San Francisco, Amerika Serikat, tahun 2010. Responden ditanyai hubungan sosial mereka, seperti status pernikahan, hubungan dengan keluarga besar dan teman, ataupun afiliasi dengan kelompok tertentu. Tim peneliti menelusuri riwayat kesehatan responden selama 9 tahun kemudian. Hasilnya, mereka yang memiliki indeks jejaring sosial rendah berisiko meninggal dua kali lebih tinggi dibandingkan yang memiliki indeks jejaring sosial tinggi. (SCIENTIFICAMERICAN/MZW) Sumber :Kompas Cetak

Anak Berperilaku Buruk? Salahkan Pola Asuh

Kompas.com - Perilaku agresif terkadang lazim ditemui pada balita, namun jika perilaku tersebut masih bertahan sampai ia bersekolah TK atau SD bisa jadi ada yang salah dengan pola asuh ibunya. Para peneliti dari Universitas of Minnesota, Amerika Serikat, menyebutkan pada umumnya pembawaan bayi adalah tenang. Tetapi pada satu masa di awal usia balita, anak bisa punya kebiasaan suka memukul. Sifat agresif itu mencapai puncaknya saat balita berusia 2,5 tahun, kemudian mereda. Menurut teori, balita berusia 4 tahun lebih bisa dikendalikan dibanding balita usia 2 tahun, dan anak berusia 6 tahun berperilaku lebih baik dibanding rata-rata anak usia 4 tahun. Namun pada kenyataannya ada anak-anak yang berperilaku sulit diatur. Menurut Michael Lorber, peneliti yang melakukan riset ini, ada sebagian anak yang tetap berperilaku agresif sampai ia berusia 6 tahun. "Anak yang masih bersikap agresif di usia TK atau kelas 1 sekolah dasar berpotensi besar membawa sikap itu sampai besar," kata Lorber. Padahal, literatur menyatakan anak yang agresif, seperti suka memukul atau melempar benda saat tantrum, cenderung bermasalah di sekolah, beresiko tinggi depresi, bahkan suka melakukan kekerasan pada pasangannya kelak. Dalam penelitian yang dilakukan Lorber terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bayi usia 3 bulan pun sudah bisa meniru. Jika sejak bayi si ibu bersikap kurang sabar atau suka mengomel, besar kemungkinan bayinya akan tumbuh menjadi anak berperilaku buruk. Sikap agresif anak juga bisa timbul dari pengaruh sekelilingnya, seperti tayangan televisi atau video games. Namun, Lorber menjelaskan bahwa pola asuh bukan faktor tunggal dalam pembentukan perilaku anak karena ada juga pengaruh faktor genetik. Walau begitu, ia menyarankan agar orangtua memberi contoh perilaku yang baik pada anaknya. "Mulailah sedini mungkin. Menjadi orangtua yang sensitif dan merespon kebutuhan sosial dan emosional anak sangatlah penting," katanya. Sumber :The Times

Seks di Usia Dini Memicu Depresi

KOMPAS.com — Penelitian mengindikasikan, melakukan hubungan seks di usia dini berpotensi menimbulkan dampak negatif pada tubuh dan suasana hati (mood) di kemudian hari. Menurut analisis para ahli, hal ini mungkin disebabkan karena di usia belia, sistem saraf pada tubuh masih dalam tahap perkembangan. Meskipun riset ini didasarkan pada uji coba menggunakan hewan pengerat di laboratorium, tetapi para peneliti yakin bahwa temuan ini penting dan mungkin dapat diaplikasikan dalam memahami perkembangan seksualitas manusia. Dalam penelitiannya, para ahli melakukan pengujian terhadap sepasang hamster dewasa. Usia hamster betina dan jantan ini setara dengan usia seorang manusia ketika saat remaja. Hasil penelitian menunjukkan, hamster jantan yang melakukan hubungan seks pada usia muda cenderung menunjukkan perilaku atau tanda-tanda seperti depresi, penurunan berat badan, jaringan reproduksi yang lebih kecil, dan perubahan sel di otak ketimbang hamster yang tidak melakukan hubungan seks sama sekali. Hewan yang melakukan hubungan seks pada usia muda juga berisiko mengalami peradangan pada jaringan otak dan memiliki struktur kompleks selular yang lebih rendah di bagian sinyal otak. "Melakukan hubungan seksual di usia dini, bukan tanpa konsekuensi," kata John Morris, peneliti studi, sekaligus seorang mahasiswa doktor di bidang psikologi di Ohio State University. "Hal ini bisa memengaruhi kerentanan pria terkait gejala depresi, dan juga dapat meningkatkan risiko mereka mengalami peradangan di masa dewasa," katanya. Penelitian ini di publikasikan pada pertemuan tahunan Society for Neuroscience di Washington DC, Amerika Serikat. Sumber :zeenews

Inilah 10 Pekerjaan yang Memicu Depresi

KOMPAS.com — Stres atau depresi merupakan masalah umum yang hampir dialami semua pekerja, baik yang di ada kantor maupun di lapangan. Deborah Legge, PhD, konselor kesehatan mental di Buffalo, New York, Amerika Serikat, mengungkapkan, ada beberapa aspek yang berkontribusi atau memperburuk stres terhadap pekerjaan. Salah satunya adalah jam kerja yang tidak menentu. Dari sekian banyak jenis pekerjaan, ada beberapa pekerjaan tertentu yang sangat rentan terhadap stres dan tekanan. Pekerjaan apa saja itu? Berikut ini adalah penjabarannya: 1. Perawat khusus orang-orang jompo dan anak kecil Orang yang bekerja sebagai penyedia layanan perawatan pribadi berada pada urutan teratas sebagai kelompok yang berisiko mengalami depresi, yakni hampir mencapai 11 persen. Christopher Willard, ahli psikolog klinis dari Tufts University, mengatakan, "perawat akan stres karena lebih sering bertemu orang-orang sakit dan tidak cukup mendapatkan dukungan positif dari pasien yang dirawat," katanya. 2. Pelayan restoran "Pelayan restoran termasuk kelompok pekerja yang sering tidak dihargai. Bahkan, mereka cenderung mendapat perlakuan kasar dari pembeli," kata Legge. Menurut Legge, ketika seseorang mengalami depresi, maka akan sulit bagi mereka untuk mempunyai energi dan motivasi. 3. Pekerja sosial Bukan hal yang aneh jika pekerja sosial berada pada kelompok yang berisiko mengalami depresi. Jenis pekerjaan mereka yang selalu berurusan dengan orang yang butuh pertolongan, misalnya, kasus pelecehan terhadap anak-anak atau kegiatan sosial lain, dapat memicu tingkat stres yang tinggi. "Mereka bekerja untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan sehingga akan banyak menyita waktu. Saya melihat bahwa banyak pekerja sosial dan profesi peduli lainnya yang cenderung mudah terbakar emosi," kata peneliti. 4. Pekerja sektor kesehatan Dokter, perawat, terapis, dan profesi kesehatan lain berada pada kategori jenis pekerjaan yang berisiko depresi karena cenderung memiliki jam kerja yang tidak teratur dan mempunyai tanggung jawab besar terkait keselamatan nyawa orang lain. "Setiap hari mereka melihat penyakit, trauma, dan kematian, serta berurusan dengan anggota keluarga pasien," kata Willard. 5. Seniman, "entertainer", dan penulis Pekerja di bidang ini cenderung mempunyai pendapatan yang tidak teratur dan jam kerja yang tidak pasti. Orang-orang kreatif mungkin juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan mood (sekitar 9 persen). "Satu hal yang banyak saya lihat pada pekerja hiburan dan seni adalah penyakit bipolar (perubahan mood secara mendadak)," kata Legge. 6. Guru Tuntutan terhadap tenaga pengajar atau guru tampaknya akan terus berkembang. "Ada tekanan berbeda yang mereka terima, dari anak-anak, orangtua, dan sekolah terkait pemenuhan standar nilai. Semua kelompok memiliki tuntutan yang berbeda," kata Willard. 7. Staf administrasi "Pekerja dalam kelompok ini umumnya berada di garis depan dan banyak menerima perintah dari segala arah. Akan tetapi, mereka juga berada di bagian bawah dalam hal kontrol," ungkap Legge. Bahkan, mereka juga lebih mungkin mengalami hari tak terduga dan tidak mendapatkan pengakuan terkait semua pekerjaan yang mereka lakukan. 8. "Maintenance" Mereka harus bekerja dengan jam kerja yang aneh, jadwal bervariasi, dan sering bekerja shift malam. Bahkan pekerja kelompok ini sering mendapat sedikit upah meskipun pekerjaan yang mereka lakukan tergolong sulit, seperti membersihkan kotoran orang lain. 9. Penasihat keuangan dan akuntan Para akuntan memiliki tanggung jawab yang begitu banyak terkait pengaturan keuangan orang lain. Mereka juga akan lebih merasa bersalah apabila klien mereka kehilangan uang. 10. "Sales" Banyak tenaga penjual (sales) yang bekerja pada komisi, yang berarti mereka tidak pernah tahu persis kapan gaji berikutnya akan datang. Pekerja sales juga cenderung melakukan perjalanan jauh, dan harus menghabiskan waktu jauh dari rumah, keluarga, dan teman-teman. "Mereka berada pada kondisi ketika mengalami ketidakpastian pendapatan, tekanan yang luar biasa, dan jam kerja yang panjang. Kondisi ini dapat membuat mereka mengalami stres tinggi," kata Legge. Sumber :health.com

Bedanya Cemas dan Depresi

TANYA : Dok apa bedanya cemas sama depresi? Apakah cemas dapat menjadi depresi atau sebaliknya ? Dan apakah cemas atau depresi dapat menjadikan sakit fisik? Apa saja gejalanya ? (Juned, 30, Cianjur) JAWAB : Mas Juned yang berbahagia, Cemas tentu berbeda dengan depresi, walau pada dasarnya gangguan yang terjadi di sistem otaknya sama yaitu di sistem monoamine (terkait dengan serotonin, dopamin dan norepinefrin). Gangguan cemas sering dikeluhkan pasien sebagai rasa takut, was-was, khawatir sedangkan depresi lebih sering dikeluhkan sebagai keluhan malas, tidak ada semangat, rasa hampa dan perasaan tidak berarti. Kondisi gangguan psikis seperti pada banyak tulisan yang pernah saya buat sangat berhubungan dengan kondisi fisik dan begitupun sebaliknya. Dalam praktek, kita kenal sebagai keluhan psikosomatik. Gejala-gejala gangguan fisik yang berasal dari kondisi psikis yang paling sering dikeluhkan adalah jantung berdebar, sesak napas, sakit atau tidak nyaman di perut, perasaan melayang, sendawa berlebihan, pegal-pegal, kesemutan, gemetaran, keluar keringat dingin, sulit tidur, sulit konsentrasi, kehilangan gairah seksual, kehilangan nafsu makan, malas atau rasa lelah berlebihan. Tentunya hal tersebut harus dikonfirmasi dulu dengan pemeriksaan fisik dan penunjang sebelum didiagnosis sebagai gangguan kejiwaan seperti gangguan psikosomatik. Banyak pasien yang akhirnya menghabiskan biaya besar untuk berbagai pemeriksaan sebelum menyadari bahwa gangguannya termasuk gangguan psikosomatik. Saya dalam praktik sangat sering mendapatkan pasien-pasien yang telah berkeliling dokter spesialis sebelum akhirnya memutuskan ke psikiater. itu pun kadang masih diliputi rasa segan. Saran saya, jika mengalami hal-hal tersebut segera berkonsultasi ke dokter jiwa atau psikiater. Semoga membantu. Salam Sehat Jiwa.

Kekerasan Impulsif oleh Anak-anak

KOMPAS.com - Membaca berita tentang penusukan seorang anak SD oleh teman baiknya sendiri membuat saya kembali prihatin. Kasus yang menimpa siswa SD Negeri Cinere 1, SM (12), yang ditemukan nyaris tewas di got Perumahan Bukit Cinere Indah, Cinere, Kota Depok, Jawa Barat dengan delapan luka tusuk di perut, tangan, dan betis. Anak pasangan tunanetra ini diduga ditusuk teman sekelasnya, Amn (13). Peristiwa itu dipicu oleh pencurian telepon seluler milik SM oleh Amn, Rabu lalu (Kompas.com 18 Feb 2012). Bayangkan seorang anak kecil yang belum juga mencapai masa remaja akhir sudah mampu melakukan perbuatan yang kita anggap keji itu. Lebih mengherankan lagi diketahui bahwa Amn dan SM ini sebenarnya adalah teman baik. Amn juga dikenal sebagai anak baik-baik oleh keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dia bukanlah anak yang terkenal nakal atau sering melakukan hal-hal yang meresahkan. Ada hal apa yang terjadi pada Amn (13) yang tega melakukan perbuatan melukai temannya sendiri ? Apalagi penusukan yang dilakukannya bukan hanya sesuatu yang hanya bermaksud melukai saja, tetapi seperti berniat untuk menghabisi nyawa karena dilakukan sampai 8 kali. Lebih menyesakan lagi karena setelah melakukan hal tersebut dia berinisiatif membuang temannya di got, mungkin dengan niat agar tidak diketahui orang. Kesetanankah dia ? Atau ada hal yang bisa menjelaskan hal ini ? Kekerasan impulsif Apa yang terjadi pada Amn (13) yang diketahui tidak memiliki riwayat perilaku kekerasan terhadap orang lain mungkin adalah sesuatu Kekerasan Impulsif. Kekerasan Impulsif adalah suatu reaksi yang tidak terkontrol, yang mempunyai potensi melukai orang lain yang terjadi setelah peristiwa yang dianggap membahayakan individu yang melakukan kekerasan. Pada kasus Amn (13) dan SM (12) ini, kejadian yang memicu adalah ketahuannya Amn oleh SM mencuri HP miliknya yang baru saja dibelikan oleh ayahnya SM sebagai hadiah khitanan. Ketakutan atau rasa malu membuat Amn berbuat nekat dan impulsif dengan melukai SM. Yang tidak masuk di akal adalah ada kesan memang hal yang dilakukan Amn adalah untuk menghabisi nyawa SM agar perbuatan tersebut tidak menyebar. Kalau ini yang benar terjadi sungguh sangat meyesakkan jika kekerasan seperti ini bisa terjadi pada diri anak yang masih sangat muda itu. Walaupun pada banyak kasus kekerasan impulsif oleh anak biasanya masalah pemicunya sepele, namun reaksi perilaku yang diberikan oleh anak yang mengalami masalah ini terkadang lebih dari yang dibayangkan. Menendang, memecahkan barang-barang, memukul dan melukai diri sendiri adalah sebagian reaksi perilaku yang dilakukan oleh anak yang melakukan kekerasan impulsif. Selain itu berteriak, memaki, bicara kasar dan kotor/vulgar adalah reaksi verbal yang juga sering dilakukan oleh anak yang mengalami hal ini. Pertanyaannya adalah di mana si anak belajar melakukan ini ? Dari contoh kasus Amn dan SM, kita bertanya darimana pisau yang dipakai untuk menusuk didapatkan? Apakah ini sesuatu yang direncanakan ? Bagaimana Amn bisa begitu tega menusuk SM berulang kali lalu membuangnya ke got ? Melihat contoh Anak adalah seorang peniru ulung. Segala gerak geriknya pada awal masa kehidupan didapatnya dari meniru orang di sekitarnya. Orang tua dan keluarga adalah tempat belajar pertama kali. Selanjutnya lingkungan akan berkontribusi lebih banyak lagi dalam membuat si anak belajar hal-hal baru termasuk dalam mengungkapkan perasaan dan berperilaku. Melihat kasus Amn dan berita yang pernah saya baca berkaitan dengan hal ini, Amn mengatakan kalau apa yang dilakukannya adalah dari hasil meniru adegan kekerasan di film yang ditontonnya di televisi. Kita bisa membayangkan betapa besarnya efek yang ditularkan lewat media televisi lewat film yang mungkin tidak pas ditonton oleh anak seumur Amn. Contoh-contoh kekerasan lewat penggambaran yang realistis di film-film akan membuat memori yang “abadi” di kepala si anak. Anak tanpa sadar telah “tercuci otaknya” dengan film-film tersebut. Fungsikan keluarga Keluarga dalam hal ini di dalamnya peran keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat sangat penting. Seperti yang disebutkan di atas, semuanya bermula dari keluarga. Keluarga yang pertama kali berhubungan erat dengan si anak sebelum akhirnya dia mengenal dunia luar. Ada baiknya jika sebelum mengenal dunia luar, orang tua telah membekalinya dengan pengetahuan yang cukup tentang perilaku, perasaan dan bagaimana menyikapi lingkungan yang kadang berbeda dengan yang selama ini dikenal. Orang tua harus bijak dan berperan sebagai “role model” dalam proses ini. Peran yang baik dari orang tua juga diaplikasikan dalam memberikan hal-hal yang bermutu kepada anaknya termasuk dalam membatasi tontonan yang belum sepantasnya ditonton oleh anak. Hal ini sedikit banyak akan melindungi anak dari hal-hal yang negatif dan dapat mempengaruhinya. Terakhir peran agama menjadi penting. Anak yang baik lahir dari keluarga yang baik. Salah satu ciri keluarga yang baik lahir adalah keluarga yang mendidik anaknya dari pemahaman agama yang baik dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Agama bukan hanya sekedar teori pembungkus dan hanya dihapalkan tanpa pernah mengamalkannya. Semoga kita bisa menjadi keluarga yang baik demi masa depan anak-anak kita. Semoga sehat fisik dan jiwanya Salam Sehat Jiwa * Psikiater dan Pengamat Kesehatan Jiwa dari FK UKRIDA

Ayah Depresi Berdampak Buruk pada Perilaku Anak

KOMPAS.com - Riset terbaru menunjukkan, anak-anak yang tinggal bersama orang tua yang mengalami depresi berisiko lebih besar memiliki masalah emosional atau perilaku. Penelitian ini berbeda dengan riset-riset sebelumnya yang mengamati depresi pada ibu atau perempuan serta dampak negatifnya terhadap peluang memiliki anak. Dalam riset terbaru ini, ilmuwan dari NYO School of Medicine mengkaji data lebih dari 7.200 keluarga di Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa 25 persen anak-anak yang memiliki ibu dan ayah dengan gejala depresi cenderung memiliki masalah emosional atau perilaku. Terungkap pula bahwa sekitar 15 persen anak dari ayah mengalami gejala depresi, dan 20 persen anak dari ibu yang depresi mengalami masalah emosional dan perilaku. Sementara itu, hanya sekitar 6 persen anak-anak yang orang tuanya tidak memiliki gejala depresi memiliki masalah emosional atau perilaku. "Temuan ini menunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak untuk mengenali peran ayah dalam kehidupan anak-anak dan keluarga," kata penulis utama studi, Dr Michael Weitzman, seorang profesor pediatri. Peneliti memperkirakan, ada sekitar 6 persen ayah dari anak-anak tersebut yang menunjukkan gejala depresi. Ada beberapa faktor memicu depresi pada ayah seperti kemiskinan, memiliki anak dengan kebutuhan khusus, hidup dengan istri atau pasangan yang depresi atau memiliki kondisi kesehatan yang buruk. Tetapi peneliti menduga faktor terbesar yang memicu depresi pada ayah adalah pengangguran. Ayah yang pengangguran 6,5 kali lebih berisiko mengalami depresi. "Ayah memainkan peran sangat penting dalam kehidupan anak-anak dan keluarga, dan hal ini sering terlupakan dalam upaya kita untuk menolong anak-anak," kata Weitzman. "Kami berharap, temuan ini berguna sebagai upaya untuk mengembangkan strategi dalam mengidentifikasi dan mengobati ayah dengan gejala depresi," tutupnya. Ayah memainkan peran sangat penting dalam kehidupan anak-anak dan keluarga, dan hal ini sering terlupakan dalam upaya kita untuk menolong anak-anak Hasil penelitian ini dipublikasikan secara online pada 23 Februari 2012 dalam Maternal and Child Health Journal. Sumber :healthdaynews

Kehamilan Sehat bagi Pencinta Binatang

KOMPAS.com - Setiap kehamilan mendatangkan kebahagiaan bagi para calon ibu. Namun, sebagian pencinta binatang seringkali merasa cemas memikirkan apakah dia bisa menjalani kehamilan yang sehat sementara di rumahnya terdapat banyak peliharaan. Yang paling sering khawatir mungkin adalah pemilik kucing. Apalagi jika pernah mendengar bahwa bumil berisiko untuk terkena parasit atau penyakit yang dibawa oleh kucing, yang kemudian akan berpengaruh terhadap keselamatan janin di dalam kandungan. Menurut Shawn Messonnier, seorang dokter hewan dan pendiri rumah sakit hewan Paws & Claws di Plano, Texas, sebenarnya Anda tidak perlu secemas itu. "Ketakutan bahwa kucing dapat berbahaya pada bayi di dalam kandungan itu memang berhubungan dengan parasit yang dibawa oleh mereka. Tapi, sebenarnya parasit ini tidak lantas ditularkan pada manusia dan menyebabkan infeksi seperti toksoplasma," jelas Messonnier. Jika Anda sudah lama memelihara kucing, kemungkinan Anda sudah pernah terinfeksi dulu dan tidak menyadarinya. Selain itu, infeksi toksoplasma juga biasanya bersifat ringan dan tanpa gejala, serta akan sembuh dengan sendirinya. Yang perlu dikhawatirkan adalah jika Anda bukanlah tipe carrier, lalu terkena infeksi toksoplasma. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan cacat pada janin dan berakibat fatal pada bayi. Agar Anda tidak lagi perlu khawatir soal keamanan dan kesehatan janin selama kehamilan, serta binatang peliharaan pun dapat berada dalam kondisi serupa, Messonnier menganjurkan untuk mengikuti panduan berikut ini: 1. Ketahui risiko Anda Lakukan tes darah untuk mengetahui apakah Anda sudah pernah terpapar toksoplasma sebelumnya. Jika ternyata pernah, risiko janin untuk terkena infeksi tersebut bisa dibilang hampir tidak ada, sebab Anda telah memiliki imunitas terhadap infeksi tersebut. Tapi jika hasil tes darah menunjukkan hasil negatif, Anda perlu lebih berhati-hati selama kehamilan. Sebab, jika sampai terkena infeksi ini selama kehamilan, janin akan terancam bahaya. 2. Lindungi diri sendiri Toksoplasma biasanya ditularkan dari kucing yang telah terinfeksi ke manusia, melalui kontak berupa kotoran hewan. Hal ini bisa terjadi jika Anda terbiasa membersihkan kotoran kucing, lalu tanpa sadar menyentuhkan tangan ke mulut. Untuk menghilangkan risiko seperti ini, mintalah suami atau orang lain di rumah untuk melakukan tugas ini selama kehamilan. "Atau, Anda bisa mengenakan sarung tangan dan mencuci tangan setelahnya. Parasit ini juga bisa berpindah melalui kegiatan seperti berkebun, makan sayuran yang belum dicuci, terutama bila peliharaan Anda sering buang kotoran di kebun," kata Messonnier lagi. Biasakan membersihkan semua sayuran untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. 3. Amankan juga kucing Anda Kucing bisa terkena toksoplasma akibat memakan daging mentah, burung, tikus, atau tanah. Jadi, pastikan kucing selalu berada di dalam rumah dan hindari membawa pulang kucing dari luar rumah selama kehamilan. Sumber: Whole Living

8 Langkah Kalau Rapor Kerja Merah

KOMPAS.com - Merasa sudah melakukan pekerjaan dengan baik, tapi justru di luar dugaan hasil review kerja tahunan justru menunjukkan sebaliknya. Daripada panik atau marah-marah, segera ambil langkah-langkah ini. 1. Atur pertemuan dengan atasan. Hubungi atasan Anda dan mintalah waktu untuk bicara secara personal dengannya mengenai review kerja Anda. Sebelum bertemu dengannya, siapkan diri dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin. Anda bisa meluangkan waktu terlebih dahulu menganalisa kembali apa yang membuat penilaian kerja buruk. Bersikaplah objektif pada diri sendiri, poin-poin mana yang membuat Anda dinilai merah. Jangan segan bertanya langsung pada pihak HR (Human Resources) mengenai tip merespons penilaian yang buruk, seperti bagaimana membicarakannya pada atasan, apa saja yang sebaiknya dilakukan. Anda juga perlu membandingkan hasil review kerja dengan hasil yang telah dicapai dalam setahun. Bila perlu tunjukkan setiap bukti hasil kerja Anda pada atasan. Dengan mempersiapkan segalanya akan membuat pertemuan dengan atasan menjadi fokus dan ada hasilnya. 2. Siapkan aksi. Sebagai karyawan profesional mintalah waktu dan kesempatan untuk memikirkan kembali segalanya. Jelaskan pada atasan, Anda membutuhkan beberapa hari untuk membangun rencana baru untuk memaksimalkan kinerja. Jika Anda membuktikan diri kembali dalam waktu beberapa hari dengan sejumlah solusi dan rencana, percayalah atasan akan mendukung sepenuhnya. 3. Bicarakan setiap progres. Minta waktu pada atasan untuk pertemuan berikutnya. Lanjutkan diskusi sampai masalah dalam pekerjaan Anda berhasil diselesaikan. Jika perlu mintalah review pekerjaan tengah tahun secara formal, yaitu penilaian enam bulanan yang akan masuk dalam file personal Anda. Tanyakan pada pihak HR perusahaan, apakah hak ini memungkinkan atau tidak. 4. Ajukan pertanyaan untuk memperjelas. Kita memang tak bisa mengubah pendapat atasan kecuali kita mengerti dengan pasti apa yang membuatnya merasa tidak puas dengan hasil kerja kita. Karena itu, jangan ragu untuk meminta penjelasan sedetil mungkin mengenai review kerja Anda. Gunakan bahasa yang baik dan positif saat bertanya, misalnya "Di mana ya letak kesalahan saya, mungkin bapak atau ibu bisa membantu saya secara detil? Apa yang harus saya lakukan untuk mencegah hal seperti ini selanjutnya?" Hindari pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan, karena biar bagaimana pun dia adalah atasan Anda yang memiliki otoritas tinggi untuk menilai Anda. 5. Terima perbedaan pendapat. Anda tak perlu menerima setiap kritik yang ditujukan atasan, apalagi jika Anda merasa tak pantas mendapatkannya. Namun Anda tetap harus mengungkapkan pendapat Anda dengan tenang dan bijaksana, dan sesuai fakta. Misalnya, "Ada beberapa hal dari sudut pandang berbeda yang saya miliki, dan inilah yang sebenarnya terjadi." Dengan melakukannya, Anda akan mendapatkan kendali untuk mengarahkan pembicaraan kembali ke poin-poin yang dimiliki. Ini lebih terlihat bijaksana dibanding menyerang evaluasi atasan atas kualitas Anda. Kemarahan dan emosi hanya akan semakin membuat pandangan negatif atasan terhadap Anda. 6. Pahami alasannnya. Meskipun Anda tidak setuju dan tidak bisa menerima alasannya, Anda tetap harus mengerti apa yang membuat penilaian kerja Anda negatif. Dengan mengerti sudut pandang atasan, setidaknya Anda punya kesempatan untuk tahu cara kerja bagaimana yang sesuai dengan persepsi atasan. Hal ini tentunya akan berdampak pada review kerja Anda selanjutnya. 7. Minta tanggapan positif. Sebagian atasan merasa lebih baik memberikan kritik ketimbang menunjukkan apresiasinya kepada karyawan. Nah, jika atasan Anda termasuk seperti ini, tak perlu segan memintanya dengan sopan untuk memberikan positive feedback. Tanyakan pada atasan, hal positif apa yang telah Anda lakukan untuk pekerjaan selama setahun. Hal ini akan kembali membangkitkan semangat Anda. 8. Realistis. Jika penilaian kerja tak sesuai dan segala usaha Anda tak menunjukkan efek baik, bisa jadi inilah saatnya Anda mempertimbangkan untuk melepas pekerjaan ini. Memutuskan untuk pindah atau mengambil kesempatan lain memang bisa menjadi jalan keluar. Namun perlu diingat, jangan memutuskan untuk pindah atauu menetap hanya karena merasa takut. Anda membutuhkan semangat dan percaya diri yang tinggi untuk pindah ke tempat kerja baru. Jika takut, Anda tak akan mampu membuat keputusan terbaik di mana pun Anda bekerja.

Mengasah Kata Hati untuk Mengambil Keputusan

KOMPAS.com - Dalam sebuah meeting untuk mengambil keputusan tentang promosi, terasa sekali betapa manajemen puncak bimbang dalam mengambil keputusan. Ada pimpinan yang bersikap super tegas dengan mengandalkan pengukuran kinerja yang objektif dan terukur. Ada juga pimpinan yang memberi pertimbangan berdasarkan hal lain, seperti loyalitas karyawan lama, perasaan karyawan yang sudah berusaha mati-matian, namun tidak mendapatkan hasil cemerlang karena situasi pasar maupun talenta yang memang tidak seberbakat temannya. Salah seorang manajemen puncak mengatakan, ”Keputusan harus mempertimbangkan yang obyektif dan faktual dengan faktor politis”. Ya, meskipun kita kerap menekankan pentingnya objektivitas dan keterukuran, namun apa jadinya bila “kata hati” tidak didengarkan? Bila individu tidak menggunakan kata hatinya, maka pengambilan keputusan menjadi sangat mudah dan tidak berperasaan. Kita tentu miris juga bila melihat proses penggusuran yang dilakukan tanpa pandang bulu, atau, kenaikan biaya pendidikan yang seolah hanya berorientasi bisnis dan tidak mempertimbangkan kesempatan bagi siswa dari keluarga yang kurang mampu. Sebaliknya, ketika seorang pemimpin ragu dan ingin mempertimbangkan aspek-aspek di luar yang terukur, maka ada proses tanya jawab dengan kata hatinya. Kita menyaksikan betapa beberapa tokoh mengelak dan membela diri, bahkan berbohong di persidangan atau konferensi pers dengan begitu ringan dan terasa tanpa rasa bersalah. Kita jadi bertanya-tanya, bagaimana mekanisme individu mendengarkan kata hatinya? Apakah pada setiap individu, ukuran kata hati berbeda-beda? Ada orang yang langsung resign dari kursi empuknya ketika dituduh mendapat rumah gratis dari perusahaan properti, tetapi ada juga orang yang sudah telak-telak bersalah, tetapi masih dengan lantang mondar-mandir di publik dengan mengatakan: ”Saya tidak bersalah”. Apakah kata hati kadang bekerja, kadang tidak? Bagaimana mengasah agar kata hati terus tajam dan membantu kita dalam mengambil tindakan dan keputusan? Melandasi keputusan dengan misi yang etis Belajar dari situasi di Jepang, kita bisa melihat betapa begitu banyak pertimbangan yang dilakukan pemerintah dalam menangani bahaya peledakan nuklir di Okuma. Pemerintah perlu menjaga informasi agar tidak menimbulkan kepanikan, tetapi juga berusaha agar tidak satu pun rakyat Jepang menderita karena dampak radiasi yang mungkin terjadi akibat rusaknya pusat tenaga nuklir ini, setahun yang lalu. Pemerintah Jepang bahkan mengijinkan pihak independen untuk meninjau lapangan untuk mendapatkan evaluasi obyektif mengenai kondisinya. Bisakah kita membayangkan betapa beratnya pejabat-pejabat negara itu untuk mendapatkan keseimbangan dalam pengambilan keputusan? Siapa yang akan dibela? Gengsi atau uang negara? Ekonomi yang macet karena penduduk harus diungsikan? Atau, pertahanan negara? Apa misinya dan seberapa etiskah misi ini diperjuangkan? Dalam bisnis, banyak orang berpendapat bahwa uang, produktivitas, dan kinerja adalah landasan yang “ultimate”. Namun, bisakah kita membayangkan seorang CEO yang tidak mempunyai pertimbangan bagaimana mempengaruhi anak buahnya untuk menjadi orang berintegritas? Bila kita mengamati pemimpin yang kita kagumi, kita selalu akan melihatnya sebagai orang yang tidak saja mengambil keputusan bisnis yang tepat, tetapi juga mempunyai misi yang jelas terhadap hal-hal yang tidak teraga seperti trust, kreativitas, fokus, kecepatan, fleksibilitas, loyalitas dan komitmen. Seorang CEO sebuah bank terkenal bahkan bisa menjamin bahwa dengan menguatkan integritas karyawan di perusahaan, NPL alias kredit macet bisa dikurangi. Kata hati individu bekerja pada saat individu dibingungkan apakah benar-salahnya suatu keputusan dilandasi pada pertimbangan kebaikan, kepantasan, fairness, dan kemanusiaan yang optimal. Inilah misi yang perlu dipegang teguh dalam pengambilan keputusan, apalagi oleh pimpinan dan pejabat “C-level” di perusahaan. Menguatkan kata hati Kuat-tidaknya kata hati seseorang bisa menggambarkan kekuatan karakternya. Ada orang yang tidak mampu memenangkan kata hatinya, karena adanya tekanan dari otoritas. Ada orang yang perlu mengalahkan kata hatinya karena tugas negara. Ada pula orang yang sengaja tidak mau mendengarkan kata hatinya karena serakah. Bisa juga kata hati tidak dilatih untuk berbicara dan didengar, sehingga seorang individu terlihat berinteligensi emosi rendah. Individu yang berkatahati kuat melakukan hal yang benar bukan karena aturan atau perintah, tetapi karena hal ini memang dianggapnya benar. Pertanyaannya, bagaimana individu mengasah dan mengembangkan kata hatinya? Seorang ahli manajemen mengatakan bahwa tumbuhnya karakter berkata hati, dimulai dari tanggung jawab. Pimpinan yang bertanggung jawab terhadap suatu kejadian dan tidak asal cuci tangan, terbukti bersahabat dengan kata hatinya. Tanggung jawabnya tidak sebatas konsekuensi yang terlihat saja, tetapi kepada intensi, kehendak, dan keterlibatan dari para pelaku yang menjadi tanggung jawabnya. Orang yang bertanggungjawab penuh juga biasanya terlihat mematuhi aturan, biasa antri, mau mengikuti aturan lalu lintas. Bila ia dokter, ia akan mengikuti etika dan kaidah praktik kedokteran yang benar. Bila ia ahli hukum, maka etika penegak hukum pun akan dijadikan patokan perilaku. Kepatuhan pada aturan ini mempermudah seseorang untuk membangun pagar yang jelas antara baik dan buruk, sehingga ketika ia mengambil keputusan, kata hatinya pun dengan mudah membantunya membuat alasan moral yang tepat untuk kebaikan diri, masyarakat dan negara. (Eileen Rachman/Sylvina Savitri, EXPERD Consultant) Sumber: Kompas Cetak

Proaktif sejak Magang agar Sukses Berkarier

KOMPAS.com - Pencari kerja, termasuk Anda yang tengah merintis karier di bidang yang Anda minati dan memiliki persaingan kerja tinggi, penting untuk bersikap proaktif. Kesuksesan dalam dunia kerja tak hanya disumbangkan oleh kegigihan mencari peluang, namun juga menciptakan kesempatan. Sikap proaktif ini juga perlu ditumbuhkan sejak masa magang, yang merupakan bagian penting dalam perjalanan karier Anda. Desainer fashion Ardistia Dwiasri membuktikannya. Kesuksesannya mengangkat label fashion siap pakai Ardistia New York, yang kini dikenal di lima benua, juga turut disumbangkan oleh pengalaman dari masa magang. Perempuan yang akrab disapa Disti ini mengedepankan sikap proaktif, baik saat menjalani dua tahun masa magang hingga tiba waktunya mencari pekerjaan selepas menuntaskan pendidikan fashion design di Parsons School of Design, New York, Amerika Serikat pada 2003 silam. Pengalaman yang didapatkannya dari magang, bekerja freelance dan full time, di berbagai perusahaan fashion internasional ternama menjadi bekal baginya merintis label secara mandiri. Ia merintis label sejak 2005 dan meluncurkan koleksi perdana Ardistia New York pada 2007. Sukses berkiprah di dunia internasional, Disti fokus menyasar pecinta mode di Indonesia sejak 2011 lalu. "Pengalaman magang saya, total dua tahun. Setelah lulus kuliah sebelum bekerja full time, saya bekerja freelance. Dalam satu semester masa kuliah, saya magang di tiga perusahaan fashion yang berbeda. Saya mulai magang sejak semester pertama saat kuliah. Setelah lulus, saya membuat daftar perusahaan fashion yang ingin saya kirimkan resume. Saya membuat 300 resume yang berbeda untuk dikirimkan ke perusahaan fashion tersebut. Dari 300 resume itu, saya mendapatkan kesempatan 33 kali wawancara kerja, dan akhirnya mendapatkan dua tawaran kerja," ungkap Disti kepada Kompas Female melalui hubungan telepon, Senin (26/3/2012). Kompetisi kerja yang tinggi di New York, dan kecilnya kesempatan bekerja di perusahaan fashion ternama, menjadi tantangan sekaligus kondisi yang harus disikapi dengan cara kreatif dan proaktif. Kebiasaan bersikap proaktif menciptakan peluang kerja sesuai passion. Menurut Disti, persaingan kerja yang ketat sebaiknya memang disikapi dengan cara-cara proaktif. Ia menyontohkan, kesempatan magang di departemen desain perusahaan fashion ternama Diane von Furstenberg (DVF) di New York, didapatkannya karena proaktif menciptakan peluang. Membuat daftar perusahaan fashion yang diincar, menyusun resume, mengirimkan resume ke perusahan tersebut, menghubungi perusahaan fashion untuk mengkonfirmasi lamaran yang dikirim, merupakan sejumlah cara proaktif yang dilakukan Disti sejak masa magang. "Setelah berhasil magang di DVF, saya baru mengetahui ternyata DVF tidak membuka kesempatan magang. Kebanyakan mahasiswa yang magang di sana mencari sendiri kesempatan magang tersebut, dengan proaktif mengirimkan resume dan menanyakan kembali melalui telepon dan fax. Saat itu belum menggunakan email," jelasnya. Proaktif tak hanya dibutuhkan saat mencari perusahaan tempat anda magang atau bekerja freelance maupun penuh waktu. Anda juga membutuhkan sikap proaktif saat menjalani berbagai tugas di berbagai tahapan dalam karier. Saat magang misalnya, Anda bisa menawarkan diri untuk membantu bidang kerja di luar tugas Anda untuk mencari pengalaman dan menambah pengetahuan. Dengan memelajari berbagai hal seputar bidang kerja yang akan Anda geluti nantinya, Anda akan lebih siap menghadapi tantangan berkarier. Disti membuktikan buah manis dari sikap proaktif ini. Satu tahun sejak menyelesaikan pendidikan di sekolah fashion, Disti berhasil menempati posisi sebagai technical design pada perusahaan fashion Tommy Hilfiger, New York, pada 2004. Sebelumnya, di tahun yang sama ia mengumpulkan pengalaman bekerja freelance dari Ann Taylor dan GAP Inc., keduanya berbasis di New York. Cara proaktif ini tak hanya berlaku bagi mereka yang ingin menggeluti dunia fashion. Kesempatan kerja tak hanya bisa dicari, tapi juga bisa diciptakan. Saat merintis karier, Anda tak hanya mengandalkan lowongan pekerjaan yang tersedia. Anda juga bisa membuat daftar perusahaan yang Anda incar, mengirimkan resume kepadanya dan proaktif menindaklanjutinya. Di era persaingan kerja yang semakin ketat, sikap proaktif dapat membantu Anda meraih sukses mendapatkan pekerjaan idaman dan karier ideal.

Kata-kata Motivasi Bikin Anda Jadi Impulsif

KOMPAS.com - Untuk bisa mencapai sukses, baik itu dalam urusan pekerjaan maupun percintaan, tidak jarang Anda butuh dorongan motivasi. Sebaliknya, Anda juga pasti sering memberi semangat pada orang lain untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Tetapi ternyata yang namanya motivasi, bukanlah sekadar melontarkan kata-kata yang membakar semangat. Anda juga perlu tahu formulasi yang tepat, agar hasil yang didapat juga tidak malah berbalik merugikan teman Anda. Studi yang dimuat dalam jurnal Motivation and Emotion menemukan, orang-orang yang diberi semangat lewat kata-kata yang sifatnya mendorong untuk bertindak, ternyata bisa memicu orang untuk mengambil keputusan secara impulsif. Menurut Justin Hepler, peneliti dari University of Illinois, justru hal ini dapat menggagalkan tujuan untuk meraih keberhasilan. "Agar bisa mengendalikan diri dan meraih sukses, banyak orang sering menggunakan ungkapan seperti 'tunjukkan' keinginan, 'lawan' godaan, 'kalahkan' tantangan, dan 'kendalikan' dorongan. Namun, pada akhirnya reaksi yang timbul bisa saja berlebihan," kata Hepler, yang melakukan penelitiannya bersama Dolores Albarracín, seorang profesor di bidang psikologi. "Orang-orang yang berusaha untuk menjadi aktif, seperti yang digambarkan lewat kata-kata motivasi itu, cenderung mengambil risiko, misalnya saja dengan menaruh investasi tanpa perhitungan matang. Atau, mereka akan memertahankan berbagai perilaku yang jelas-jelas tidak akan membuat mereka sukses," imbuh Albarracín. Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa sukses? Kedua peneliti bersama rekan-rekannya dari Idaho State University dan University of Southern Mississippi menganjurkan Anda untuk menggunakan kata-kata yang sifatnya menghentikan dorongan untuk bereaksi. Misalnya kata "berhenti" atau "tunggu sebentar". Menurut Hepler, orang yang dimotivasi dengan cara seperti ini akan terdorong untuk terlebih dulu menenangkan diri dan berpikir panjang, sehingga terhindar dari keputusan yang impulsif. "Memang, kata seperti 'berhenti' juga bisa memicu perilaku yang tidak diinginkan. Tapi para peneliti sepakat bahwa kata-kata ini dapat membuat orang menjadi rileks. Sementara dalam kondisi rileks, orang bisa lebih bijak mengambil keputusan," tambah Albarracín. Sumber: Medical News Today

Arti Mimpi Buruk Soal Kerja

KOMPAS.com - Melalui bukunya berjudul Dream On It, Unlock Your Dreams Change Your Life, Lauri Loewenberg berpendapat, ketakutan tidak bisa melakukan yang terbaik menjadi salah satu penyebab mimpi buruk. Tak hanya sebagai bunga tidur, mimpi-mimpi itu juga memiliki arti yang bisa kita gunakan untuk melesatkan karier. "Saat mimpi buruk menghampiri, jangan terlalu larut untuk memikirkannya. Melainkan lihatlah apa isi pesan di dalamnya. Sebab, mimpi merupakan warning system alam bawah sadar yang bisa membantu Anda terhindar dari hal yang tidak diinginkan," kata Loewenberg yang berprofesi sebagai Dream Expert. * Mimpi melanggar deadline. Loewenberg berpendapat tak menepati deadline akibat kejadian tak terduga atau di luar logika adalah mimpi yang paling banyak dialami karyawan yang bekerja dengan target. Walau buruk, mimpi ini mengingatkan Anda untuk membuat daftar pekerjaan. Jangan hanya menggunakan agenda, sebaiknya manfaatkan kehadiran smartphone untuk memberi warning alarm satu hari sebelumnya. Sebab, disiplin menunjukkan kredibilitas Anda di mata atasan. Datanglah 15 menit sebelum jam yang ditentukan atau selesaikan laporan sebelum hari deadline untuk mengantisipasi kejadian tak terduga. Jangan lupa untuk mem-backup data penting agar mimpi tak jadi kenyataan. Di level yang lebih dalam, mimpi ini menandakan kalau Anda sebenarnya cnta dengan pekerjaan ini dan ingin melakukan yang terbaik. Kecuali jika Anda bermimpi punya pekerjaan di tempat lain dan merasa bahagia. Itu berarti sudah waktunya Anda pergi dan mencari pekerjaan baru yang lebih baik. * Mimpi proyek yang dijalankan tak sesuai rencana. Mimpi buruk menyimpan nasihat yang baik. Dalam kasus ini, Loewenberg mengartikan, kemampuan manajerial Anda tampaknya perlu ditingkatkan, baik dalam mengatur jadwal hingga membangun kerjasama dalam tim. Anda telah dipercaya perusahaan untuk menjalankan sebuah proyek, jadi pastikan pekerjaan tersebut ditangani oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya. * Mimpi dipermalukan di depan umum. Mimpi yang memalukan menunjukkan kalau Anda sangat memerhatikan penilaian orang lain dan selalu ingin tampil sempurna. Namun, tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kadang kita harus menerima kondisi itu dan move on! Berhati-hatilah dalam menggunakan media sosial, jaga sikap di depan umum, serta terima konsekuensi atas apa yang Anda kerjakan. * Mimpi gagal meraih pekerjaan impian. Kegagalan yang dialami dalam mimpi mengingatkan Anda untuk mengubah pola pikir menjadi lebih positif dan percaya diri. Termasuk lebih sabar dalam meraih pekerjaan impian, sebab tak ada yang instan di dunia ini. Apa pun bisa terjadi, atau tidak terjadi, semua itu bergantung pada keyakinan pikiran dan hati. (Ayunda Pininta Kasih)

4 Gaya Mencari Kerja

KOMPAS.com - Saat mencari kerja, pastikan semua orang yang Anda kenal mengetahui rencana Anda melamar. Ini bisa membuka peluang Anda untuk direkomendasikan. Lantas seperti apa gaya dan strategi Anda mencari kerja? Boleh jadi Anda termasuk satu dari empat gaya pencari kerja ini. 1. The Doer. Ketimbang membuang waktu untuk berpikir panjang atau sharing dengan orang lain, The Doer lebih senang memulai langkahnya dengan tindakan. Sifat yang gemar berkompetisi membuat Anda bersahabat baik dengan target dan tekanan. Kalau ada yang bilang tidak, Anda akan terus berjuang sampai "titik darah penghabisan" atau kata lainnya, anti ditolak. Strategi mencari kerja: Kemampuan berkomunikasi membuat Anda mudah menjaring relasi dan memperluas networking. Cobalah untuk mencari informasi lewat kerabat tentang posisi lowong di perusahaan atau kesempatan mengembangkan karier di tempat lain. Sharing soal pekerjaan dengan orang lain baik rekan satu level atau senior bisa menambah wawasan. Kebiasaan Anda gemar melakukan pekerjaan secara one man show kadang membuat lupa untuk mendengarkan saran mereka. Cenderung tidak sabar dalam mencari kerja. Proaktif bertanya tentang kelanjutan setelah wawancara pada perusahaan boleh saja kok, asal jangan terlalu agresif. Cari kesempatan di tempat lain dibanding hanya menunggu yang itu-itu saja. 2. The Preparer. Soal mengatur waktu atau pekerjaan, tipe ini jagoannya. Senang merencanakan segala hal sebelum melakukannya demi mengurangi risiko. Cenderung tidak senang bila ada hal yang terjadi tanpa rencana. Merasa nyaman dengan rutinitas, tidak suka show up, dan senang dimintai bantuan sebagai wujud eksistensi. Strategi mencari kerja: Sikap menerima penolakan, pasrah, dan memiliki mencari pekerjaan lain tak selamanya baik. Tunjukkan antusiasme dengan lebih agresif dalam melakukan self marketing. Jangan ragu untuk "membeberkan" kemampuan lewat CV dan saat wawancara. Senang menjadi pendengar dan tempat curhat membuat Anda sering merasa "tidak enakan". Belajarlah untuk berkata tidak bila memang tak sanggup daripada menyusahkan diri sendiri. Lebih memilih untuk mengejar lowongan yang ada di depan mata padahal masih banyak kesempatan yang bisa Anda cari, misalnya lewat kerabat. Kuatkan networking dan manfaatkan mereka untuk mengembangkan karier. Mudah hanyut dalam zona nyaman? Hati-hati, ini bisa menghambat Anda untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. 3. The Energizer. Selalu tampak antusias dalam segala kondisi, terutama dalam melakukan apa yang sesuai dengan passion. Walau sebenarnya merasa lelah dan butuh bantuan. Tak terlalu pandai dalam berencana namun semangat membuat ia yakin dalam meraih sesuatu. Mudah bergaul, menikmati berbagai macam pekerjaan, dan mudah beradaptasi. Strategi mencari kerja: Semangat yang tinggi membuat Anda tak ingin melewatkan kesempatan yang ada. Namun, ini bisa menghabiskan energi bila harus wawancara namun ternyata pekerjaan itu tak sesuai keinginan. Sebaiknya pilih pekerjaan yang memang sesuai dengan passion dan kemampuan diri. Saking kreatif, Anda kerap berkreasi sendiri dalam mendesain resume. Tapi jangan lupa untuk membuatnya tetap terlihat profesional. Tipe ini terbilang tidak terlalu lihai dalam me-manage sesuatu, baik waktu, pekerjaan, atau uang. Selain itu cenderung ceroboh. Untuk mengatasi hal ini siapkan buku catatan, pengingat di ponsel, atau membuat arsip di laprop bisa membantu dalam mengatur jadwal interview, balasan e-mail dari calon perusahaan, atau aktivitas lain. 4. The Thinker. Apa yang dilakukan harus sesuai logika, termasuk dalam mencari kerja. Mengikuti rules yang ada dan enggan mencoba cara-cara baru yang belum terbukti efektif. Bisa dibilang cukup perfeksionis, hanya memilih pekerjaan yang mereka suka. Strategi mencari kerja: Tidak salah kok untuk percaya pada perasaan. Walau pekerjaan itu bukan biadang yang digeluti tapi hati Anda yakin bisa beradaptasi, cobalah gunakan kesempatan. Kalau tak pernah mencoba Anda takkan pernah tahu bukan? Punya kemampuan yang baik dalam membuat resume dan CV. Siapkan sebaik mungkin karena bisa menjadi kunci sukses dalam mencari kerja. Metode mencari kerja seperti mengirim lamaran melalui e-mail atau pos lalu menunggu jawaban masih menjadi andalan. Walau perusahaan minta Anda menunggu, sedikit agresif dengan mengontak bagian HRD bersangkutan bisa membuat Anda terlihat lebih antusias. (Ayunda Pininta Kasih)

Faktor Penghambat Karier Perempuan

KOMPAS.com - Anggapan yang meremehkan peran perempuan di dunia kerja tak semestinya terpelihara. Perempuan memiliki kualifikasi tinggi yang membuatnya berhasil meraih pencapaian tertinggi dalam karier termasuk sebagai pengambil keputusan. Kualifikasi seperti intelejensi yang tinggi, kemauan bekerja keras, mudah akrab, sampai tingkat ketelitian yang tinggi, dimiliki kaum hawa. Bahkan, menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan nirlaba, Catalyst, bos perempuan justru akan membuat laba perusahaan akan semakin meningkat. "Di Indonesia sendiri, perempuan juga sudah banyak mengambil peranan penting dalam bisnis dan dunia kerja," ungkap Neneng Goenadi, Executive Director Accenture Indonesia, dalam acara Accenture ThePath Forward beberapa waktu lalu di Jakarta. Namun, untuk mendapatkan posisi tinggi dalam bisnis dan karier, para perempuan harus berjuang keras dan menempuh cara yang tak mudah. Menurut riset yang dilakukan oleh Accenture, pertumbuhan karier perempuan di Indonesia didorong oleh beberapa hal. Di antaranya, 40 persen eksekutif perempuan Indonesia lebih mengedepankan kerja keras untuk meraih sukses dalam karier, 22 persen kepercayaan diri, 14 persen soft skill. Riset Accenture ini melibatkan 3.900 eksekutif bisnis, laki-laki dan perempuan dari 31 negara, termasuk Indonesia. Selain itu, riset ini juga menunjukkan bagaimana para perempuan mengambil langkah aktif untuk mengelola karier mereka, termasuk untuk menerima tanggung jawab yang berbeda (58 persen), mengikuti pendidikan atau pelatihan lanjutan (46 persen), sampai bekerja dengan waktu yang lbih panjang (36 persen). Faktor penghambat Meski perempuan memiliki kemampuan untuk mengembangkan karier, mereka masih mengalami beberapa hal yang menghambat kemajuan kariernya. "Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh perempuan Indonesia, termasuk untuk mendapatkan kesempatan yang sama seperti rekan-rekan pria lainnya. Perusahaan di Indonesia perlu menyesuaikan fungsi-fungsi sumber daya manusianya untuk sepenuhnya bisa memanfaatkan kemampuan dan kompetensi perempuan Indonesia di tingkat eksekutif," tukas Neneng. Penelitian yang dilakukan Accenture menyebutkan sejumlah hambatan terbesar yang dialami perempuan dalam meningkatkan kariernya. Di antaranya minimnya kesempatan yang diberikan, sekitar 42 persen responden mengakuinya. Faktor lain yang juga menghambat karier perempuan adalah ketidakjelasan jenjang karier di perusahaan tempat bekerja. Responden yang mengakui hal ini jumlahnya dua kali lipat lebih besar dibandingkan mereka yang melihat tanggung jawab keluarga seperti mengurus anak dan keluarga sebagai penghambat dalam berkarier. Ada sekitar 20 persen eksekutif perempuan yang mengakui bahwa karier mereka terhambat ketika sudah berkeluarga dan punya anak. Hal ini disebabkan karena perempuan kesulitan mengatur keseimbangan waktu antara pekerjaan dan keluarga. Tak hanya itu, penelitian ini juga menyebutkan karier perempuan cenderung melambat, 40 persen disebabkan penurunan ekonomi pada 2008. Krisis ekonomi ini nyatanya berakibat pada penurunan karier dan ekonomi kaum perempuan, termasuk PHK. Bagaimana dengan karier Anda, apa yang menjadi penghambat terbesarnya?

5 Kategori "Shopaholic"

KOMPAS.com - Ada lima kategori shopaholic yang harus Anda kenali agar terhindar dari kebiasaan belanja yang dapat membahayakan keuangan.Simak penjelasan Financial Planner, Freddy Pieloor, CFP berikut ini. 1. Tidak memiliki rencana saat berbelanja. Belanja juga membutuhkan rencana. Kurang bijak bila Anda pergi berbelanja tanpa perencanaan terlebih dahulu. Ada beberapa poin yang harus diperhatikan, yaitu: Mau belanja di mana? Apa saja yang dibelanjakan? Dan siapkan dananya. Tuliskan itu dalam selembar kertas atau ponsel Anda. Mereka yang tidak memiliki rencana, cenderung akan membelanjakan apa yang dilihat dan diinginkan seketika itu juga. Namun setelahnya, mereka mengalami penyesalan. Apalagi kalau barang yang dibeli adalah barang-barang konsumtif yang nilainya menyusut dengan sangat cepat dalam waktu singkat. 2. Belanja menggunakan kartu kredit dan tidak memiliki uang tunai untuk membayarnya. Jangan membeli barang memakai kartu kredit bila Anda tidak memiliki uang untuk membayar lunas saat tagihan tiba. Kartu kredit dipakai untuk keadaan mendesak seperti sakit dan untuk menghindari risiko membawa uang tunai. "Hantu lapar" akan selalu membujuk Anda untuk memenuhi keinginannya, mendorong Anda menggesek kartu kredit untuk berbelanja apa saja. 3. Belanja dengan memakai uang yang belum di tangan. Tipe ini akan berbelanja dengan asumsi bahwa nanti ia akan membayar menggunakan dana THR atau uang bonus, warisan, apa pun itu yang belum ada di tangan. Tipe ini berasumsi dan berandai-andai sehingga tidak memiliki masa depan, karena ia sudah mengambil masa depannya untuk dipakai hari ini. Jangan berbelanja jika Anda tak punya uang saat ini. Tunda sampai Anda memilikinya di tangan. 4. Pecandu diskon. Ke mana pun Anda melangkah, akan selalu ada tulisan "SALE" atau "Diskon 30 persen up to 70 persen". Tipe pecandu diskon akan sangat mudah terperdaya dan terkecoh dengan godaan ini. Tak butuh waktu panjang baginya untuk langsung tancap gas berbelanja. Mereka yang sale addict bisa betah berlama-lama di pusat belanja, seharian penuh hanya untuk mencari-cari barang diskon yang dia sendiri tidak tahu kegunaannya. Membeli barang diskonan tidak akan membuat Anda kaya. Tung Desem Waringin, dalam "Financial Revolution" mengatakan, orang kaya lebih bahagia bila berbelanja saat ada "New arrival" di butik ternama, di mana hanya sedikit orang yang "mampu" datang dan berbelanja ke sana. Sehingga saat orang kaya tersebut datang mereka akan dilayani secara penuh oleh penjaga butik. Mereka tidak suka berdesak-desakan, berebutan atau saling mendorong dan mengantri saat bayar di kasir. 5. Belanja memakai uang tabungan pensiun. Saat belanja semestinya uang yang akan dipakai telah disiapkan dalam pos belanja bulanan atau belanja rekreasi. Selain pos yang telah ditetapkan, maka "haram" hukumnya bila sampai menganggu pos-pos lain, apalagi sampai memakai pos uang pensiun, uang asuransi, dan tabungan hari tua. Bila Anda tidak memiliki dana lagi untuk berbelanja, yang memang tidak terjadwal, maka tundalah dan jadwalkan pada bulan berikutnya. Sebelum berbelanja, entah kebutuhan rutin rumah tangga atau lainnya, segera buat daftar barang yang akan dibeli pada sehelai kertas dan bawalah sejumlah uang sejumlah barang yang akan dibeli. Anda boleh membawa uang lebih banyak tapi hanya untuk makan dan minum yang diambil dari pos pengeluaran yang sudah dialokasikan sebelumnya. Bila belum direncanakan atau dialokasikan, berarti Anda tidak perlu berbelanja. Pilih mana, bersikap lembek atau keras terhadap diri sendiri? Dengan bersikap keras, dunia akan mudah ditaklukkan. Keputusan di tangan Anda, karena Anda adalah tuannya.

Atasi 5 Ketakutan dalam Pekerjaan

KOMPAS.com - Takut gagal mencapai target, takut bosan dengan pekerjaan sekarang, atau jadi minder kala ditawari naik jabatan? Bila ketakutan ini juga menghantui Anda, temui sebab dan solusinya segera. Survei yang dilakukan oleh CareerBuilder.com kepada para follower mereka di Twiiter menyebutkan, ada beberapa professional fears yang kerap menghantui para jobseeker hingga CEO, berkaitan dengan kinerja dan kemampuan diri walau sebenarnya semua berjalan dengan baik-baik saja, yaitu: 1. Dikalahkan oleh si anak bawang. Hal yang hampir dirasakan oleh semua senior: tak mau kalah banding junior, baik soal gaji hingga kemampuan diri. Hal ini menjadi salah satu faktor munculnya rasa takut kalau si anak bawang memiliki nilai lebih baik di mata atasan atau mendapat promosi lebih dulu dibanding Anda. Ruth Mott, pemilik dari Mott Consulting di Chicago mengatakan banyak orang cenderung meremehkan kemampuan diri saat bersaing dengan rekan lain. Solusi: Evaluasi kinerja. Anda perlu tahu sampai mana kemampuan Anda bila dibandingkan dengan si anak bawang. Lama bekerja kini bukan patokan satu-satunya yang digunakan perusahaan untuk menilai siapa yang lebih layak mendapat promosi. Saat merasa jenuh dengan pekerjaan dan ini membuat si anak bawang berlari lebih cepat, lakukan kegiatan yang bisa menyegarkan kembali pikiran dan tubuh. Lalu, buat ulang target karier ke depan. Bila tujuan Anda ingin naik jabatan, bangkitkan lagi semangat, asah skill, dan perluas pengalaman demi masa depan cerah. 2. Gagal mencapai target perusahaan. Misalnya saat ingin diangkat menjadi manajer, di samping rasa bangga, ada rasa takut kalau nantinya tak bisa menjadi atasan yang baik, tak bisa mencapai target, atau mengambil keputusan yang salah. Ini juga yang kerap dialami oleh sebagian klien Jeffrey Millano, Business Consultant ThePeopleChemist.com. Solusi: Berpikir matang sebelum mengambil keputusan memang mutlak, namun tak perlu berlarut-larut mendekati deadline. Lebih baik cepat mengambil keputusan sehingga cepat memperbaiki bila itu salah. Percaya bahwa di dunia ini ada yang namanya kebetulan atau bahkan keberuntungan. Segalanya sesuatunya dapat diupayakan, dipersiapkan dengan matang, dan tentunya dibarengi dengan doa. 3. Tak bisa membagi waktu antara kehidupan pribadi dan profesi. Bagi sebagian perempuan, mungkin Anda salah satu yang mengalami ketakutan ini. Usia seperempat baya dianggap waktu yang pas untuk punya suami dan anak. Namun, ketakutan tak bisa membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan kerap menghantui kala pernikahan sudah di depan mata. Hal ini dialami oleh perempuan karier yang sudah berkeluarga. “Bukan hal mudah menjalani dua peran sekaligus, namun selalu ada solusi,” ujar Bronagh Hanley, Entertainment Publicist di San Francisco. Solusi: Buatlah daily plan, selesaikan pekerjaan tepat waktu dan hindari lembur. Bila pekerjaan terlalu banyak, percayalah kalau Anda punya peluang untuk merasakan kerja di tempat lain. Bila bekerja full time tak memungkinkan, coba cari peluang untuk part time, seperti menjadi freelancer atau berbisnis sebagai kegiatan positif untuk mengembangkan diri. 4. Takut mencoba karier baru. Tak banyak berubah dan berakhir dengan karier yang statis, Anda tentu tak ingin mengalami hal ini bukan? Setiap orang memang wajib bersyukur dengan karena telah mendapat pekerjaan, namun tak ada salahnya untuk mencoba kesempatan lain bila memang kurang afdol dengan pekerjaan sekarang, entah lingkungan kerja atau gaji. Hanley mengatakan,”Sebagian orang mungkin akan menjatuhkan semangat Anda dengan berkata kalau mencari pekerjaan itu sulit. Akhirnya Anda terpaksa makan hati terus karena budaya kerja yang tak sesuai.” Solusi: Bila keluhan lebih sering keluar dibanding rasa syukur, sebaiknya lakukan sesuatu yang bisa membuat Anda bahagia, berkarier di tempat lain misalnya. Sebelumnya, cari informasi tentang perusahaan itu, apakah sesuai dengan pribadi Anda atau tidak. Jangan memberikan surat pengunduran diri sebelum mendapat pekerjaan pengganti. Pertimbangkanlah biaya hidup Anda sebelum berhenti kerja. 5. Dikucilkan oleh rekan lain. Ketakutan ini kerap dialami oleh karyawan baru. Apalagi bila rekan senior tampak tak mau terkalahkan. Alhasil Anda bekerja biasa-biasa saja, menolak ajakan makan siang bos, atau merasa tidak enak terus-terusan agar mereka bersikap baik. Solusi: Bila Anda punya poin plus di mata perusahaan karena kinerja yang memuaskan, jelas ini bukan kesalahan. Namun bila kedekatan dengan bos membuat pihak lain iri dan melakukan hal yang mengganggu ketenangan, tak ada salahnya meminta solusi pada si bos. Jaga hubungan baik dengan semua rekan dengan tetap bersosialisasi. Tak perlu mengasingkan diri karena hanya akan memperburuk keadaan. (Ayunda Pininta Kasih)

Apakah Atasan Anda Terlalu Bossy?

KOMPAS.com - Salah satu keistimewaan menjadi seorang atasan adalah Anda berhak mendelegasikan tugas kepada bawahan. Anda juga harus memutuskan apa dan bagaimana suatu tugas harus dilakukan. Otoritas sebagai atasan tentunya datang bersama dengan tanggung jawab yang kurang menyenangkan. Memberi perintah memberi kesan bahwa Anda memiliki kekuasaan, tetapi jika Anda cuma bisa memberi perintah, salah-salah Anda malah dianggap terlalu bossy. Agar Anda tidak dicap sekadar sebagai tukang perintah, simak ciri-ciri atasan yang bossy dan tidak bossy berikut ini. 1. Mendelegasikan tugas Atasan yang baik akan melimpahkan tugas, bukan cuma memerintah. Karyawan diberi kesempatan untuk menggunakan caranya sendiri untuk menjalankan tugas, dan tidak terpatok pada satu cara yang diinginkan atasannya. Dengan melimpahkan tugas, Anda memungkinkan pemberdayaan karyawan agar lebih kreatif dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah. Anda memberi kebebasan yang bertanggung jawab pada anak buah, dengan tetap memberi pengawasan pada mereka untuk menjalankan tugas. Atasan yang bossy hanya bisa memerintahkan bawahan untuk mengerjakan sesuatu, kadang-kadang karena ia sendiri tak mampu melakukannya. Atau, ia tak ingin melakukan pekerjaan yang akan menyita waktu luangnya. Kemungkinan lain, ia terlalu menikmati perannya sebagai bos sehingga memanfaatkan momen tersebut untuk menunjukkan kekuasaannya. 2. Memotivasi Selama atasan masih mendengarkan keinginan, dan umpan balik dari karyawan, serta mempertahankan rasa saling pengertian antarkaryawan, maka ia bisa dikategorikan sebagai atasan yang baik. Perbedaan antara bos yang tegas dan bos yang suka memerintah adalah, bos yang tegas memahami bahwa dia harus tegas mengarahkan, punya rasa saling membutuhkan, dan mengajak anggota timnya untuk lebih maju. Sementara, bos yang suka memerintah tidak akan peduli dengan anggota timnya, dan berpikir untuk dirinya sendiri. Atasan yang hanya suka memerintah cenderung menggabungkan ketegasan mereka dalam ukuran yang tinggi, tidak menghormati, serta cenderung merendahkan orang lain. Sedangkan atasan yang baik tahu bagaimana cara bersikap tegas dengan cara positif, dan mendukung para karyawannya agar terus merasa termotivasi dalam bekerja. 3. Mengakui kesalahan Seorang atasan yang sangat suka memerintah berarti berkeinginan untuk membatasi ekspresi dan kebebasan ide dari orang lain. Faktanya setiap orang dipekerjakan karena masing-masing dari mereka memiliki keterampilan, ide, dan perspektif unik bagi pekerjaannya. Jika bos terlalu memonopoli dan memanfaatkan wewenangnya untuk membenarkan semua hal yang dilakukannya, maka kerjasama tim tidak akan terbentuk. Seorang atasan yang terlalu bossy biasanya hanya melihat kekurangan anggota timnya, dan bukan kontribusi positif dari masing-masing individu. Ia akan memberikan tekanan terus-menerus kepada bawahannya, tanpa tahu kapan memberi waktu bagi bawahan untuk "bernafas", atau membantu memberi solusi atas masalah yang terjadi. Atasan yang baik tahu bagaimana cara memperlakukan anggota timnya dengan hormat dan baik, bahkan ketika mereka harus berkata tidak. Selain itu, ketika melakukan sebuah kesalahan, seorang atasan yang baik tidak sungkan untuk mengakui kesalahannya. Hal ini umumnya tidak akan dilakukan oleh atasan yang suka memerintah. Ia gengsi mengakui kesalahannya, dan kemungkinan akan melempar kesalahannya pada orang lain. Sumber: MSN

3 Bahasa Asing Penunjang Karier

KOMPAS.com - Berencana mengembangkan karier di dunia internasional? Ke depannya diperkirakan ada tiga bahasa yang semakin populer, yakni Mandarin, Jepang dan Jerman. Perubahan kepentingan suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh seberapa penting arti perekonomian negara tersebut di mata dunia internasional. Diprediksikan, China yang berpenduduk paling banyak di dunia, kelak menjadi negara yang menguasai perekonomian dunia, Jadi, jika Anda ingin memiliki daya jual tinggi di bursa tenaga kerja internasional, cobalah menguasai bahasa Mandarin. Begitu pun bahasa Jepang yang tak kalah penting. Walau Jepang kini tak lagi menguasai perekonomian Asia, masih banyak perusahaan Jepang yang menanamkan investasinya di Indonesia. Sedangkan Jerman, negara ini merajai teknologi di kawasan Eropa dan banyak membuka peluang kerja bagi WNI. Bahkan pemerintah Jerman juga dikenal royal menawarkan beasiswa untuk mahasiswa Indonesia. (Bestari)

Perempuan Lebih Bermoral daripada Pria?

KOMPAS.com - Menurut sebuah penelitian, ada hubungan antara usia seseorang dengan tingkat moral yang dimilikinya. Empat tahun lalu, Profesor Roger Steare, pakar etika dan pengajar Ethics and Corporate Sustainability di Cass Business School di London, mengembangkan sebuah tes DNA Moral untuk mengukur moralitas seseorang, dilihat dari sistem nilai mereka ketika memasuki tempat kerja. Moralitas yang dimaksud meliputi nilai kejujuran, kesopanan, perhatian, dan alasan seseorang melakukan suatu pekerjaan. Sekitar 60.000 relawan dari 200 negara, mulai dari CEO sampai ibu rumah tangga, mengikuti tes ini. Dalam tes ini mereka diminta untuk menilai serangkaian pertanyaan tentang kehidupan pribadi dan pekerjaan mereka. Tes yang dilakukan ini meliputi penilaian diri untuk "membaca" nilai mereka di mata rekan kerja, dan dari diri sendiri. Steare mengungkapkan bahwa jenis kelamin dan usia merupakan hal yang paling mempengaruhi moralitas seseorang. "Dari hasil tes ini, perempuan yang berusia lebih dari 30-an adalah orang yang paling bermoral. Perbedaan ini muncul sangat mencolok ketika mengambil keputusan di tempat kerja," tukasnya. Steare mengungkapkan bahwa perempuan lebih suka membuat keputusan berdasarkan dampak yang ditimbulkan kepada orang lain. Hasil keputusan mereka dinilai cenderung menghasilkan pengaruh yang lebih baik bagi banyak orang. Sedangkan pada pria, pengambilan keputusan mereka cenderung lebih mementingkan diri sendiri dan terkesan egois. "Hal ini terjadi karena pria menempatkan ego mereka pada satu sisi, yaitu di kantor, sedangkan sisi lemah lembutnya diletakkan di sisi kehidupan pribadinya," bebernya. Namun, bukan berarti pria tidak bisa menunjukkan sikap lebih bermoral seiring bertambahnya usia. Steare mengungkapkan bahwa menurut hasil jawaban tes yang diperolehnya, semakin muda usia pria, kejujurannya semakin berkurang. Sementara dengan bertambahnya usia, lebih banyak pengalaman berharga yang bisa digunakan untuk menambah pengalaman dan mendewasakan diri. Usia 30-an dinilai merupakan usia matang saat seseorang menjadi orang yang dewasa. Proses pendewasaan akan berlanjut sampai awal usia 60-an, dan Steare mengungkapkan bahwa kisaran usia tersebut merupakan puncak kekuatan intelektual dan moral seseorang. Namun, pada dasarnya tidak semua orang muda dan dari golongan pria ini memiliki moral yang lebih rendah. Hasil tes tadi bukanlah hasil yang mutlak, karena didasarkan kembali pada pribadi seseorang, serta pilihannya untuk menjadi seseorang yang bermoral tinggi atau kurang bermoral. Sumber: Daily Mail

3 Hal yang Bisa Dicantumkan di CV

KOMPAS.com - Anda begitu bersemangat ketika akhirnya menemukan lowongan pekerjaan yang sudah lama Anda impikan. Tetapi ketika sedang menyusun CV atau daftar riwayat hidup, tiba-tiba muncul rasa minder. CV Anda tampak kosong, tidak seperti milik teman-teman Anda. Ketika kita hanya memiliki satu pengalaman kerja, atau beberapa projek magang di kampus, bagaimana kita bisa menunjukkan bagaimana kepribadian kita dan "menjualnya" pada perusahaan yang kita lamar? Namun, Anda tidak perlu berpikir terlalu muluk. Ashley Faus, konsultan marketing dan penulis di ConsciouslyCorporate.com, menyarankan untuk tidak sekadar melihat posisi dan gelar sarjana yang Anda miliki sekarang. Jika Anda memiliki beberapa kegiatan di luar kantor, hal itu juga bisa menjadi pengalaman yang cukup berarti untuk dicantumkan ke dalam CV. Menurut Ashley setidaknya ada tiga hal di luar pendidikan dan pengalaman kerja formal yang bisa ditambahkan ke dalam CV, yaitu: Kerja suka rela Contoh: Kegiatan pelayanan di mesjid atau gereja, menjadi relawan di komunitas non-profit yang selalu menjadi passion Anda, mengajar di sanggar atau rumah singgah untuk anak-anak kurang mampu, dan lain sebagainya. Kegiatan suka rela, khususnya bila dilakukan dalam jangka panjang, memberikan Anda peluang untuk memimpin projek dari awal hingga akhir. Dengan demikian, kegiatan ini pun sebenarnya bisa dianggap sebagai kerja penuh waktu yang bisa dimasukkan ke dalam daftar "pengalaman" dalam CV Anda. Beberapa perusahaan atau organisasi akan memberikan penilaian khusus untuk orang yang sering melakukan kegiatan suka rela, jadi tak perlu ragu untuk memasukkan pengalaman ini ke dalam daftar riwayat hidup Anda. Cantumkan juga pencapaian utama Anda, dan apa yang Anda pelajari selama keterlibatan Anda di sana. Hobi yang relevan dengan kemampuan profesional Contoh: Menulis, fotografi, atau mendesain Hobi menunjukkan pencapaian, kreativitas, dan inisiatif, yang bisa menjadi portfolio Anda. Hobi main bowling atau nonton mungkin tidak bisa memberi gambaran akan menjadi karyawan seperti apa Anda kelak, tetapi berbeda jika Anda menuliskan hobi seperti fotografi atau desain grafis. Keduanya akan sangat memberi nilai tambah jika Anda kebetulan melamar sebagai food stylist, misalnya. Jika aktivitas atau bakat Anda tergolong lebih abstrak, Anda bisa memasukkannya ke daftar "interests" pada CV. Bermain teater, misalnya, akan menunjukkan kepercayaan diri, kreativitas, dan kemampuan public speaking, dan bisa berguna jika Anda melamar posisi seperti marketing, sales, corporate training, atau mengajar. Pengalaman non profesional Contoh: Mengikuti short course di luar negeri, menulis di blog, atau side jobs lain Aktivitas seperti ini menunjukkan inisiatif, kemampuan memanfaatkan waktu luang, juga ketrampilan berbahasa atau ketrampilan teknis yang mungkin diperlukan dalam prosesnya. Meskipun saat ini Anda tidak mempunyai pekerjaan tetap, namun aktivitas Anda tersebut akan tetap menjadi pengganti pengalaman profesional yang cukup baik. Blogger profesional, misalnya, saat ini sudah dianggap setara dengan pekerjaan wartawan, dan mereka juga diundang ke event-event resmi untuk menuliskan pengalamannya. Bila short course yang Anda ikuti berada di negara yang menggunakan bahasa asing selain Inggris, Anda bisa memasukkan kemampuan berbahasa asing tersebut ke seksi "Skills". Sumber: Shine

5 Arti Bila Malas Kembali Bekerja Seusai Cuti

KOMPAS.com - Setelah waktu cuti berlalu, entah itu untuk liburan atau karena melahirkan, rasa malas bisa saja menyerang. Padahal, di lain sisi, kita juga merasa tertantang untuk segera bergelut dengan rutinitas harian. Menurut pakar psikologi yang juga spesialis di bidang dunia kerja, Dr Mary Casey, rasa malas ini sebenarnya wajar saja dirasakan. Namun, bila perasaan ini ditambah lagi dengan tekanan stres, depresi, atau cemas, ada baiknya Anda mulai mengevaluasi diri. "Kemungkinan ada masalah dalam pekerjaan yang selama ini mungkin tidak Anda sadari karena sibuk bekerja. Ketika Anda mengambil cuti panjang, kemudian harus kembali bekerja, perasaan negatif ini barulah terasa," jelas Casey. Untuk itu, Casey menganjurkan untuk mulai meninjau kembali karier Anda selama ini di kantor, dengan menerapkan langkah-langkah berikut: 1. Evaluasi kembali tingkat kepuasan bekerja Anda Sejauh mana Anda merasa bahagia di tempat kerja? "Jika Anda merasa tertantang dalam bekerja dan mendapatkan hasil yang sebanding, lanjutkan. Tetapi jika selama beberapa tahun belakangan ini Anda merasa tidak puas, mungkin Anda harus membuka diri terhadap hal-hal baru," kata Dr Casey. Misalnya dengan memelajari keahlian baru atau pekerjaan yang baru. 2. Lihat relasi Anda dengan sesama rekan kerja Lingkungan tempat bekerja dapat memberi dampak besar pada kinerja Anda. Bila selama ini Anda selalu dihambat oleh rekan-rekan yang menyusahkan dalam bekerja, Casey menyarankan untuk belajar mengendalikan emosi. "Tetapkan batas yang jelas, berusahalah untuk selalu berlaku profesional," sarannya. 3. Temukan hal-hal positif Dengan mengetahui berbagai hal positif yang didapat di dunia kerja, Anda akan bisa merasa lebih bersyukur serta bersemangat untuk kembali bekerja. "Namun jika Anda tidak bisa menemukan hal positif sama sekali dari pekerjaan, mungkin ini adalah saat yang tepat untuk berubah," kata Casey. 4. Hentikan kerja lembur Wajar saja bila Anda malas untuk kembali bekerja bila selama ini hari-hari Anda di kantor selalu diwarnai dengan lembur. Jam kerja yang terlalu lama akan membuat Anda rentan terhadap stres dan juga kelelahan. Untuk itu, Anda perlu meneliti lagi pekerjaan apa saja yang selama ini dikerjakan. "Tanyakan pada atasan bila perlu, mengapa pekerjaan itu didelegasikan pada Anda. Begitu juga bila beban pekerjaannya berlebihan," kata Casey. Atau jangan-jangan selama ini Anda sering melakukan pekerjaan untuk orang lain? Bila demikian, hentikan mulai sekarang agar Anda bisa bekerja dengan lebih efektif dan produktif. Sumber: NineMSN

Mencegah Rapuhnya Hubungan Baik

KOMPAS.com - Pernahkah Anda takut berbisnis bersama teman karena khawatir hubungan pribadi bisa rusak? Mengapa banyak di antara kita sering tidak bisa membedakan pertemanan dengan hubungan bisnis? Bila situasinya seperti ini, hubungan baik antara dua orang teman seolah bisa dengan mudah rusak semata karena uang. Benarkah hubungan baik serapuh itu? Apa jadinya bila hubungan baik antar manusia bisa dikalahkan dengan mudah? Bukankah keberhasilan dalam bisnis, negosiasi, lobby, coaching, dan persuasi, sangat mengandalkan terjalinnya hubungan baik? Bila sedemikian pentingnya membangun hubungan baik, mengapa topik membina hubungan baik tidak diajarkan dengan serius di sekolah dan di universitas? Di era internet, di mana banyak orang berhubungan secara "cyber", banyak yang menyangka bahwa kekurangannya dalam bergaul atau menjalin kontak dengan orang lain bisa ditanggulangi dengan menjalin kontak melalui facebook, twitter, dan media sosial lainnya. Nyatanya, setelah membina kontak melalui udara, tetap saja ada kebutuhan kopi darat dan bertemu muka. Ini berarti hubungan yang berkualitas memang tidak bisa semata basa-basi ataupun di permukaan saja. Dalam pameran, di mana penjaga stand bertemu dengan calon pelanggan, kesuksesan hasil tindaklanjut hubungan tersebut ternyata mempunyai persentase yang rendah, kecuali bila penjaga stand yang dipilih benar-benar jago membina hubungan dan menindaklanjutinya. Tidak heran bila saat sekarang, tiba-tiba banyak perusahaan yang merasakan perlunya meningkatkan kemampuan membina hubungan interpersonal di kalangan karyawannya. Hal yang sebetulnya sangat common sense ini seketika dirasakan sebagai kebutuhan utama di lingkungan kerja. Hubungan baik yang begitu sering dianggap gampang, ternyata bila kita benar-benar amati memang bisa jadi persoalan. Kita bisa dengan mudah menemukan contoh orang tidak mau membuka pembicaraan karena merasa tidak bisa mengambil posisi sejajar dengan orang lain. Ada orang yang kapok karena pernah mengalami sikap yang tidak berkenan di hati, atau tidak yakin bahwa pihak lain akan berespons positif. Woody Allen mengatakan, “A relationship, I think, is like a shark, you know? It has to constantly move forward or it dies. And I think what we got on our hands is a dead shark.” Pada kenyataannya, kita memang menemui lebih banyak berita mengenai “dead sharks” daripada hubungan yang maju terus. Di dunia kita yang makin kompleks, kita bisa melihat bahwa banyak orang salah mendefinisikan hubungan baik. Kita melihat bagaimana para wakil rakyat sulit mendapatkan kata sepakat. Sedikit beda pendapat sering dibumbui kesulitan mengontrol emosinya, bahkan banyak individu yang bangga bila ia bersikap tidak peduli terhadap perasaan orang lain. Sungguh disayangkan bila hubungan baik dipersepsikan sebagai fenomena yang hitam putih, tetapi tetap tidak menjadi prioritas untuk dibina. Padahal, kita semua yang sudah memasuki usia matang pastilah sudah makan asam garam dalam membina hubungan interpersonal. Bukankah kita bisa berhasil menjaga hubungan suami-isteri, atasan-bawahan? Berarti, kita hanya perlu sedikit lebih berupaya menomorsatukan hubungan baik dan juga mengembangkannya. Personal chemistry Bila kita diminta menyebutkan nama seseorang yang jago dalam membangun hubungan baik, biasanya yang terbayang di kepala kita pastilah orang yang supel dalam bergaul. Ya, ini memang bisa jadi salah satu kriteria, namun masih ada pula kriteria-kriteria lain yang tidak kalah penting. Orang yang pandai menjaga hubungan baik adalah juga orang yang mampu meminimalisir kegagalan dalam hubungan interpersonalnya. Percuma bila ia banyak teman, namun juga sering menyinggung perasaan orang yang tidak disukainya. Seseorang tidak bisa kita sebut pandai membina hubungan, bila ia hanya nyaman berhubungan dengan orang dari kalangan tertentu saja, misalnya teman sebaya, seprofesi, atau justru dengan orang yang lebih rendah tingkat sosialnya daripada dia. Ada orang yang dikenal sangat pintar, namun ia seolah tidak punya "personal chemistry" yang bisa dimanfaatkan untuk berorganisasi, melakukan coaching, mempersuasi anak buah, bernegosiasi, atau berpolitik dengan halus. Ada orang yang luwes berbasa-basi di permukaan saja, padahal hubungan yang berkualitas adalah hubungan yang dalam, tidak perlu terlalu banyak basa-basi, namun terasa halus dan penuh perasaan. Kehalusan hubungan ini, bukan saja terbatas pada tutur kata, tetapi lebih pada kemampuan untuk menyadari, mengontrol, dan memotivasi diri sendiri untuk senantiasa berupaya agar pihak lain happy dengan keberadaannya. Individu yang personal chemistry-nya kuat senantiasa sadar bahwa ia perlu bisa bertenaga untuk memberi inspirasi pada orang lain. Saat orang berinteraksi dengannya, orang lain akan nyaman dan menikmati hubungan yang tulus. Kapasitas membangun personal chemistry juga ditandai kepiawaian dalam menyelesaikan konflik dalam waktu yang relatif cepat, tidak ditunda, apalagi dikubur, atau bahkan tidak diselesaikan sama sekali. Berinisiatif untuk selalu positif Seorang teman yang piawai dalam membina hubungan baik, saat ditanya apa rahasianya, mengatakan bahwa sikap positif yang tulus sangat diperlukan. Ini berarti, kita harus menanamkan pikiran bahwa hubungan baik itu memang keinginan semua orang. Inisiatif untuk membina hubungan positif perlu datang dari kita. Niat untuk memberikan servis dan pertolongan juga perlu datang dari kita. Kita kadang lupa bahwa dengan keyakinan positif yang tumbuhkan, otomatis akan membuat kita lebih berani membuka diri, lebih jujur untuk memberikan informasi personal tentang diri kita, sehingga kesempatan memiliki hubungan yang transparan lebih mudah dicapai. Dengan melakukan hal ini, kegiatan coaching, negosiasi, menegur, me-manage atasan, atau apapun yang seringkali dianggap sulit dalam people handling seketika akan terlihat manusiawi dan wajar. (Eileen Rachman/Sylvina Savitri, EXPERD Consultant)

Mengapa Perempuan Bahagia Jika Pasangannya Marah?

KOMPAS.com - Pria selalu dikenal sebagai sosok yang sulit mengekpresikan perasaan. Mereka tak ingin terkesan cengeng atau terdengar seperti perempuan karena mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Kadang kala, hal itu mereka lakukan untuk menghindari perdebatan dan menjauh dari masalah. Padahal, di pihak perempuan, kita jauh merasa lebih puas dengan hubungan kita bila pasangan mau menunjukkan apa yang membuat mereka marah atau tidak bahagia, demikian menurut studi dari Harvard University. "Bagi kaum perempuan, mungkin melihat pasangannya marah dapat merefleksikan tingkat keterlibatan emosional dalam hubungan mereka, bahkan pada waktu-waktu yang sulit," ujar Shiri Cohen, pemimpin studi ini. Bukankah perempuan selalu mendambakan pengakuan atas hubungan emosional mereka sebagai pasangan? Hal ini sejalan dengan ketidakpuasan yang kerap dialami kaum perempuan ketika pasangan mereka menarik diri secara emosional dan memilih menghindari konflik. Para peneliti menemukan fakta ini ketika memelajari 156 pasangan heteroseksual dari latar belakang budaya dan sosioekonomi yang berbeda. Masing-masing responden diminta menggambarkan ketika pasangan mereka merasa kesal, kecewa, atau frustrasi dalam beberapa bulan terakhir. Pasangan-pasangan ini lalu datang untuk mengamati pernyataan mereka satu sama lain, dan diminta mendiskusikannya. Peneliti merekam sesi saat diskusi tersebut berlangsung. Sesudah itu tiap pasangan menonton rekaman diskusi mereka dengan pasangannya masing-masing, dan menilai bagaimana perasaan mereka dengan skala penilaian dari "sangat negatif" hingga "sangat positif". Dengan menggunakan penilaian ini, para peneliti memilih enam klip dari rekaman tersebut yang memiliki emosi positif dan negatif yang tertinggi dari masing-masing pasangan. Peserta studi lalu diminta mengisi survei yang menggambarkan perasaan mereka, kepuasan mereka terhadap hubungan secara keseluruhan, dan apakah mereka merasa pasangan mereka cukup berempati. Seperti telah diduga, terlihat bahwa kepuasan hubungan langsung dikaitkan dengan kemampuan pria membaca emosi pasangan mereka dengan benar. Namun yang mengejutkan, para perempuan ternyata jauh lebih puas dengan hubungan mereka jika pasangan mereka sedang kesal, daripada jika sedang bahagia. Bertentangan dengan apa yang dirasakan kaum wanita, pria jauh tidak puas dengan hubungannya jika pasangannya tidak bahagia. Tingkat kepuasan mereka lebih tinggi ketika mendapati pasangan mereka bahagia. Menurut Cohen, penemuan ini menunjukkan manfaat ketika kita mencoba lebih berempati pada pasangan. Sumber: NineMSN

6 Makanan yang Membebani Kandung Kemih

KOMPAS.com - Punya masalah dengan kandung kemih? Anda tidak sendirian. Menurut National Kidney Foundation, satu dari lima perempuan pernah setidaknya terkena gangguan infeksi saluran kemih, dan 20 persen di antaranya pernah kena berkali-kali. Infeksi pada saluran kemih terjadi akibat bakteri, sehingga Anda mengalami rasa nyeri saat buang air kecil, bahkan bisa disertai dengan nyeri di perut. Meski konsumsi antibiotik dapat mengatasi gangguan ini, akan lebih baik bila Anda juga melakukan tindak pencegahan dengan mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang bisa memberi beban berlebihan bagi kandung kemih, serta memperburuk gejala infeksi. Ada enam jenis makanan dan minuman yang disorot oleh National Kidney Foundation. Coba intip apa saja: 1. Kopi Kandungan kafein di dalam kopi dapat menstimulasi otot kandung kemih. Selain itu, kopi juga minuman yang bersifat diuretik, sehingga dapat membuat Anda sering buang air kecil. Selain kopi, minuman lain yang perlu dicermati adalah teh, kola, cokelat, dan minuman energi. 2. Minuman beralkohol Kebiasaan minum bir, wine, atau jenis alkohol lain tidak hanya berpengaruh buruk pada lambung, namun juga memberi beban berlebihan pada kandung kemih. Hindari konsumsi minuman ini saat Anda sedang mengalami infeksi saluran kemih dan minum banyak air putih untuk membantu mengeluarkan bakteri dari tubuh dan memulihkan infeksi. 3. Minuman yang rasanya asam dan jus Minuman dengan rasa jeruk atau lemon dapat mengiritasi kandung kemih. Begitu juga dengan jus tomat, nanas, atau anggur, karena sifatnya yang asam. Sifat asam ini dapat memperburuk gejala infeksi pada saluran kemih. Hindari juga konsumsi jus yang terbuat dari buah apel, persik, plum, dan stroberi. 4. Makanan yang pedas Banyak orang merasa tidak nyaman pada kandung kemih setelah menyantap makanan yang pedas. Jenis makanan ini ternyata bisa menyebabkan iritasi pada kandung kemih dan memperburuk gejala infeksi saluran kemih yang sedang dialami. Sebaiknya, masaklah makanan Anda tanpa cabai, lada, atau saus sambal. Hindari juga menyantap bawang bombay mentah-mentah, lebih baik dimasak dulu agar efeknya tidak terlalu buruk bagi kandung kemih. 5. Pemanis buatan Banyak orang menggunakannya ketika ingin mengurangi asupan kalori. Namun, menurut penelitian, pemanis buatan dapat memperburuk gejala infeksi pada orang yang mengidap interstitial cystitis kronis. Belum ada bukti bahwa pemanis buatan juga bisa mengiritasi kandung kemih pada orang yang mengalami infeksi saluran kemih. Namun, mencegah akan selalu lebih baik. 6. Minuman bersoda Mereka yang mengidap radang kronis pada kandung kemih, perlu menghindari minuman jenis ini, termasuk minuman soda tanpa tambahan rasa. Jadi, sebaiknya diganti dengan lebih banyak minum air putih. Sumber: Everyday Health