Rabu, 11 Mei 2011

Sudah Berobat, Apakah Masih Tularkan TB?

TANYA :

Dok, apakah penderita penyakit paru-paru (TB Paru) yang mengonsumsi obat secara teratur juga berisiko menularkan penyakitnya ke orang lain? Penularannya melalui apa saja dok? Apa dengan berbicara juga menular? Lalu adakah efek samping dari meminum obat selama 6 bulan berturut-turut? terima kasih atas jawabannya.

Zahra, 23, Jakarta





JAWAB :

Mbak Zahra yang baik, perlu kita pahami dahulu bahwa penularan dari kuman TB pada mayoritas kasus disebabkan oleh infeksi dari mycobacterium tuberculosis. Yang perlu diketahui bahwa penggandaan kuman TB ini sangatlah lambat dibandingkan dengan infeksi bakterial lainnya. Dan karena bakteria ini aerobik atau membutuhkan udara untuk bisa bertahan hidup, maka akan berlipat ganda lebih banyak pada jaringan paru, terutama pada bagian puncak paru di mana konsentrasi oksigen terdapat lebih banyak dibanding dengan organ lainnya.

Penularan TB ini memang melalui perantara manusia dan penularan utamanya melalui udara. Tentunya, sumber utama penularan adalah bakteri yang berasal dari pasien yang sedang sakit TB paru atau TB laring yang tidak sengaja sedang batuk. Saat pasien batuk, berbicara, ataupun bersin, maka akan keluar setitik cairan yang bisa menginfeksi orang lannya.

Tetesan cairan yang keluar dapat bertahan hingga di udara selama beberapa jam dan akibatnya penularan bisa terjadi saat udara yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh kita. Sinar matahari dan ventilasi yang baik bisa mengurangi risiko terjadinya penularan tersebut.

Kadar dari risiko tingginya penularan sangat berkaitan dengan pemeriksaan dahak yang positif ataupun negatif. Pasien yang pemeriksaan dahaknya positif tentunya sangat berisiko tinggi menularkan pada orang lain. Sedangkan yang hasil pemeriksaannya negatif dan juga biakan negatif biasanya tidak menularkan.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya TB aktif bisa bergantung pada ketahanan tubuh seseorang di mana yang berisiko lebih tinggi adalah mereka yang imunitas kurang seperti anak-anak, orang berusia lanjut, penderita HIV-AIDS, diabetes, keganasan, malnutrisi, kehamilan, pengguna steroid lama, perokok, alkohol dan imunosupresan. Faktor lainnya bisa disebabkan karena banyaknya jumlah bakteri, sering kontak dengan sumber yang infeksius, lamanya terpapar, dan status bakteri si sumber penularan.

Terapi pengobatan yang dijalankan dengan baik dan efektif dapat mengurangi risiko penularan pada orang lain setelah melakukan terapi selama kurang dari satu bulan, dalam hal ini sekitar 2 - 3 minggu. Hal ini pun berlaku untuk pasien dengan pemeriksaan dahak yang positif kuman TB, tentunya jangan lupa untuk evaluasi berkala.

Efek samping pada pasien yang mengonsumsi obat harus diperhatikan apalagi untuk penggunaan yang sangat lama sampai 6 bulan. Banyak studi menyebutkan efek obat ini bila dikonsumsi terus menerus sangatlah bervariasi. Efek tersebut mulai dari perubahan kulit menjadi kuning karena fungsi hati terganggu, terganggunya fungsi ginjal, rasa kesemutan, baal, nyeri sendi, gangguan penglihatan yang umumnya pulih saat pemakaian obat dihentikan.

Tetapi sebaiknya Anda tak perlu takut. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika anda rutin melakukan kontrol pada dokter untuk mengevaluasi kesehatan, risiko penularan, dan tentu saja efek samping dari penggunaan obat.
Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar