Kamis, 04 Maret 2010

Psikolog: Babeh Seorang "Child Molester"

Perilaku menyimpang dari sosok Babeh alias B (48), tersangka kasus mutilasi Ardiansyah (9), dari kaca mata seorang psikolog dapat dikategorikan sebagai “child molester” atau pelaku penganiayaan seksual pada anak.

Walau sempat menyodomi korban, Babeh bukanlah dengan seorang pedofil. Ia lebih pas dicap seorang "child molester" karena memiliki perilaku yang lebih bejat.

"Dia bukan pedofil. Dia seorang child molester, kata Psikolog Reza Indragiri Amriel, yang dihubungi Kompas.com, Rabu (13/1/2010).

Reza menjelaskan, perilaku Babeh yang berhubungan badan dengan kanak-kanak hanya sebagai manifestasi watak amoralnya dan bukan untuk memuaskan hasrat seksualnya. Walaupun kepada polisi Babeh mengaku merasa mencapai kenikmatan seksual saat menjerat leher dan memutilasi korbannya, namun Reza merasa yakin kalau Babeh tidak sedang memuaskan kebutuhan seksnya.

"'Semua orang bisa menggunakan mutilasi sebagai cara menghabisi korban. Ini berarti kita bicara tentang modus. Namun, berdasarkan pengakuan Babeh, saya bisa katakan bahwa modus tidak lagi terlalu penting dibicarakan. Kita perlu bicara tentang signature, yakni kekhasan psikologis yang membedakan antara satu individu dengan individu lain. Perilaku sodomi adalah aktivitas seksual. Namun motif atau kebutuhan di balik aktivitas tersebut belum tentu bersifat seksual pula," ujar dosen Psikologi Forensik Universitas Bina Nusantara Jakarta ini.

Reza menambahkan, kata pedofilia memang kerap digunakan bergantian dengan child molestation. Padahal keduanya berbeda. Seorang pedofil, kata Reza, bisa saja memilih tidak melakukan hubungan apapun dengan anak-anak, walau hasrat itu ada. Dengan kata lain, hasrat seksual pedofil semata-mata hanya tertuju pada anak-anak.

"Tetapi, karena ia mematuhi norma-norma kemasyarakatan, ia memilih untuk menahan diri dan tidak melakukan kontak seksual apapun dengan anak-anak, meski itu tetap tidak mematikan gairah seksualnya," terangnya.

Sebaliknya, seorang molester atau pelaku perundungan bisa saja orang yang pada dasarnya memiliki dorongan laiknya orang dewasa normal. Namun, ia berhubungan badan dengan kanak-kanak sebagai manifestasi watak amoralnya.

"Jadi walaupun pedofil punya kelainan, namun ada kebejatan yang lebih kentara pada pelaku perundungan," imbuh lulusan Psikologi Forensik Universitas Melbourne ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar