Kamis, 06 Mei 2010

Mengawal Anak Special Need Sampai Lulus SD

Pengalaman mengajar anak SN komunikasi dengan visualisasi.
Setelah Yansen menguasai bagian tubuhnya, kami mulai mengajarkan benda benda
sekitarnya yang terlihat (visual object) misalnya meja, lemari, kasur, bantal, guling, bangku, baju, buku, lampu, kipas angin dll. Pokoknya semua yang dapat dilihat mata yang berupa benda kami perkenalkan dan ajarkan untuk meniru dan mengucapkan-nya. Dan Rupanya memori visualnya itu kuat. Apa yang pernah Yansen lihat secara visual dia hafal, jadi metodenya disebut PECS ataupun apalah istilahnya kami ngak tahu, tapi yang jelas anak bisa mengerti dan ada kemajuan.

Kami melihat ada kemajuan yang pesat dan pertambahan perbendaharaan katanya
terus meningkat, dan dalam waktu setengah tahun (waktu Yansen berumur 3,5 tahun), dia sudah bisa mengenal mamanya, papanya, bahkan tantenya oma opanya, om-om nya, sepupu-sepupunya dan orang yang ada disekitarnya. Hal ini bisa kami buktikan saat kami menunjukan foto keluarga kami dan menunjuk orang orang tertentu dia langsung jawab ini tante anu, ini om anu, ini mama, ini papa, kalaupun ada yang lupa kami ingatkan lagi, setelah diulang ternyata sudah hafal.

Setelah semua yang ada di rumah dia kuasai, kami mulai membawa Yansen keluar
rumah sambil belajar apa saja yang bisa dilihatnya, contoh ke super market anak kami naikan di kereta dorong sambil belanja, saya ajarkan untuk ditirukan misalnya di stand buah buahan sambil tunjukan objecknya saya sebut ini apel, ini mangga, ini jeruk, ini anggur, ini melon ini semangka, ini pepaya, ini wortel dstnya. Pokoknya visual objeck, dan untuk membuktikannya kami beli gambar buah buahan yang dibawahnya ada tulisannya. Di rumah kami tanyakan kembali ini apa sambil menunjukan objectnya ternyata dia tahu dan bisa jawab. Atau kalau ada yang lupa diulang lagi tidak lama ternyata hasilnya bagus.

Jadi kalau saya lihat menurut pengalaman kami, suasana harus ketika anak sedang senang sehingga bisa enjoy. Jadi kalau anak lagi tidak mood berhenti dulu, jangan dipaksakan waktunya harus berapa jam sehari dan monoton, tapi kalau anak lagi tidak konsen release aja percuma habiskan energi hasilnya minim sekali.

Selanjutnya kami mulai ajarkan kata kerja, bagaimana caranya? Kalau kata benda relatif mudah ada wujudnya tinggal kita tunjukan dan ucapkan, tetapi kata kerja ya harus diberi contoh sambil kita kerjakan misalnya: makan sambil memasukan sesuatu ke dalam mulut dan mengunyah terus ditelan, secara alami dia sudah lakukan tapi tindakan itu disebut “apa”, kita ajarkan. Saat mandi ada beberapa kata kerja masuk km, siram air, gosok sabun, sikat gigi, kemudian pakai handuk, keringkan badan, pakai bedak, pakai celana, pakai baju, pakai kaos kaki, pakai sepatu sambil memberi perintah kerja sekaligus motoriknya. Tentunya pertama kali kita bantu dulu pakai baju dan suruh dia kancingin, pakai kaos kaki kita masukin separuh dia suruh naikkan, kemudian dirapihkan.

Tahap berikutnya setelah anak kami mengerti perintah kerja, kami mulai mengajarkan membedakan (kata sifat & keterangan) mulai dengan membedakan warna, ini mesti hafal ;: kuning, merah, hijau, biru, dan tidak terlalu sulit sebab semua mainan pasti warna warni. Setelah hafal, kita tinggal sosialisasikan pada mainannya ini warna ini, ini warna anu dan umumnya cepat hafal, karena warna memang menarik perhatiannya tetapi kalau kata sifat agak susah misalnya basah dan kering, panjang dan pendek, cepat dan lambat, terang dan gelap. Bagaimana caranya supaya anak SN bisa nangkap, kalau pengalaman kami tetap harus pakai bantuan visual contoh cari gambar yang ada opositnya, kami tunjukan tinggi dan rendah misalnya gambar pohon, gemuk dan kurus gambar 2 orang yang satu gemuk yang lainnya kurus. Kalau kering dan basah agak susah visual digambar jadi praktek langsung baju kita rendam air, atau siram air jadi basah, kemudian kita jemur jadi kering, terang dan gelap kita praktekan pasang lilin lampu matikan ada terang lilin kemudian tiup jadi gelap dstnya

Jadi semua terapi kami lakukan sendiri, dengan visualisasi, jadi kalau ditanya metode kami ngak tahu, boleh jadi Picture/visual Exchange communication system. Tanya yang pakar yang jelas anak kami ada kemajuan. Kalau kontak mata kami latih tiap pagi habis mesbah keluarga, saya sebagai Imam di keluarga memberkati istri dan anak anak, dan untuk Yansen special treatment biasanya setelah doa bersama dan terima berkat kami saling merangkul dan mengatakan papa mengasihi Yansen dan sebaliknya diantara anggota keluarga lainnya, kemudian giliran Yansen saya suruh tatap mata papa dan aku menubuatkan "Engkau diberkati makin hari makin baik, makin besar makin baik, engkau bisa bersosialisasi, bisa berinteraksi, berkomunikasi dengan baik, menjadi berkat bagi orang-orang disekitarmu dan dia respon dengan amiem,amien,amien.

Yansen 02

http://puterakembara.org/archives10/00000062.shtml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar