Kamis, 06 Mei 2010

Pengalaman kami sewaktu Yansen kelas empat.

Fase ini adalah priode yang genting bahkan banyak orang tua berpendapat anak SN kalau sudah sampai kelas empat ngak bisa naik lagi, jadi ada kemungkinan drop out. Bila tidak bisa ikuti pelajaran yang makin dalam, math juga makin susah, banyak PR, banyak ulangan, dan anak juga harus mengarang cerita dengan judul bebas, atau menceritakan kembali apa yang didengarnya lewat TV atau radio (topik berita aktual).

Anak kami Yansen juga mengalami hal sama. Karena banyak tugas yang dibebankan
kepadanya, jadi seringkali dia mogok mengerjakannya atau mengerjakan tapi memakan waktu, mungkin dia kecapean atau lagi bete, oleh sebab itu begitu ada libur dia ngajak pergi jalan jalan, refreshing……kali ya maksudnya. Apalagi waktu libur sekolah sebelum kelas 4 mulai, pengasuhnya juga minta cuti dengan alasan ortu sakit dikampung walaupun kami berat mengijinkan pulang karena baru kerja 2 bulan itupun kami didrop dari salah satu daerah transmigrasi di Sumsel dengan iming-iming naik pesawat dari Palembang ke Jakarta tapi karena mohon terus kami biarkan pulang tapi naik bis. Janjinya kalau Yansen masuk sekolah mau datang ternyata tidak datang datang.........janji tinggal janji. Sementara waktu yang fix buat mama Yansen berhenti kerja baru boleh akhir september jadi praktis waktu itu tidak ada lagi penggantian pengasuh Yansen kecuali seorang pekerja RT yang sudah berumur 50 an.

Yansen pagi-pagi kami antar dengan bekal makanan dari rumah dan terpaksa tidak ditungguin. Pada awalnya memang tidak ada masalah, malah kami pikir kalau sudah bisa ditinggal biarkan saja Yansen belajar mandiri. Tetapi apa yang kami lakukan menuai badai, Yansen yang selama tiga bulan tidak ada yang dampingi di sekolah ternyata jadi tidak terkendali karena waktu dia coba coba melakukan hal hal yang negative tidak ada yang mengarahkan bahkan menurut cerita ada teman temannya yang mengerjai Yansen saat makan ada makanan yang terjatuh dilantai disuruh ambil dan dimakannya. Ada gurunya yang ngak tega kemudian simpati dan menyuapkan Yansen. Dan banyak lagi cerita yang kami dengar tapi tidak bisa berbuat banyak sebab mau cari pekerja yang bisa dampingi Yansen tidak gampang. Pengasuh baru tidak gampang adaptasi, tunggu yang lama tidak nongol-nongol jadi vakum pendamping berbulan bulan.

Wali kelasnya Yansen di kelas 4 yang tadinya bersedia memberi les ternyata baru 3 bulan pertama menarik diri dengan alasan tidak punya waktu tetapi kalau Yansen dicampur les dengan orang banyak ganggu konsentrasi yang lain, katanya memberi alasan. Jadi Yansen makin berat mengikuti pelajaran dan menurut laporan gurunya sering tidak mau mencatat. Mungkin karena banyak ketinggalan, Yansen menjadi kesel dan mogok melakukan tugasnya di sekolah, oleh karena itu saat pulang ke rumah mamanya musti kerja extra mengejar ketinggalannya seringkali sampai larut malam tugasnya belum selesai sehingga dia bete dan ortupun cape.

Waktu cawu pertama karena dipicu banyak hal kemajuan Yansen sangat minim, bahkan boleh dibilang stagnan tetapi kami tetap berusaha supaya Yansen bisa bertahan dan melewati masa masa sulitnya. Suatu hari Yansen bikin ulah lagi di sekolahnya dia kencing langsung dari depan kelasnya yang ada dilantai dua dan ada guru yang memergokinya dan melaporkan kepada Kep Sek. Kemudian Yansen mau distrab/dihukum tetapi dia berontak mengamuk di ruang Kepsek dan memecahkan kaca nako dan guru kelasnya yang katanya kewalahan menangani Yansen juga memberi api. Setelah Yansen dibawa pulang, semua guru dan pengurus meeting dengan kep sek dan .........hasilnya atas kesepakatan semua memutuskan "MENGELUARKAN YANSEN DARI SEKOLAH".

Besok pagi kami dipanggil menghadap kep Sek dan beliau mulai bercerita: Kami sudah kasih kesempatan Yansen untuk belajar dan memang selama ini secara akademis anak bapak bisa ikuti, tetapi tingkah lakunya masih belum bisa kami kendalikan. Kemarin malah kencing dari lantai dua dan untung bukan jam istirahat sehingga tidak ada yang jadi korban kucuran air kencing anak bapak. Malah sekarang anak bapak sering keluar kelas bahkan masuk kelas lain yang sedang belajar, sering masuk ruang guru dan mengacak-acak lemari buku yang dia lagi suka. Guru-guru sering melaporkan mereka terganggu bahkan karena tubuhnya makin besar sering melawan kalau ditegor dan.......masih banyak ini ...dan itu..........

Saya sudah menangkap kemana arahnya pembicaraan tertuju, tiba tiba hati saya menjadi hancur, tak sadar saya mulai meneteskan air mata,.......rupanya saya menangis ..... sampai terisak-isak dan mengalirlah air mata bahkan air hidung ikut keluar sambil mendengar perkataan Kep Sek yang belum sampai kesimpulan....... Saya tidak sanggup lagi berkata-kata sesudah Kep Sek mengucapkan:
"Dengan sangat terpaksa kami pihak sekolah atas keputusan rapat mengeluarkan Yansen dari Sekolah ini" dan kami kasih waktu 1 minggu untuk mencari sekolah lain.

Seorang bapak menangis dihadapan kep sek dan beberapa staffnya mungkin baru dengar ceritanya tapi ini kisah nyata lho. Papanya Yansen menangisi anaknya yang mau dikeluarkan dari sekolah, kok bisa ya?? Belakangan baru sadar pada waktu Yansen kelas tiga dan pernah sakit tifus 12 hari dan dalam pergumulannya saya diberi kesempatan merasakan hati Bapa. Waktu itu saya menangis lebih dari 2 jam (yang pernah baca posting saya berjudul "Punya anak SN adalah anugrah sekaligus amanah") pasti lebih meresapi ceritanya. Ternyata Tuhan sudah menyediakan semua kebutuhan kami:

1. Waktu pengasuhnya mau berhenti secara naluri bisa mempraktekkan Sosial Stories yang belum pernah kami tahu dan tidak pernah belajar sebelumnya. Hasilnya sangat
memuaskan.

2.Waktu Yansen mau dikeluarkan dari sekolah, Tuhan sudah sediakan Hati BAPA jauh sebelumnya.

Menurut manusia jasmani, saya tidak bisa apa apa lagi, karena semua fakta tidak bisa dipungkiri, maka pikiran secara akal sehat mengatakan tamatlah riwayat sekolah Yansen kali ini tetapi.......masih ada Dimensi manusia rohani, karena tiap hari kami bangun dimensi rohani terasa lebih kuat. Aku mulai bangkit dan bersemangat setelah diberikan tissu untuk menghapus segala air yang mengalir deras tadi, saya mulai kuat dan dengan kekuatan manusia rohanilah saya mulai berbicara: Saya mengerti semua kesulitan sekolah karena anak kami. Kalaupun saya ada di pihak sekolah mungkin saya akan memutuskan hal yang sama karena hanya satu orang yang bermasalah,ya dikeluarkan saja ...habis perkara...kenapa banyak orang harus menanggung derita karena satu orang???. Tapi saya mau ketuk hati nurani Bapak, tidakkah bapak punya belas kasihan kalau Yansen dikeluarkan dan berhenti sekolah padahal dia ingin sekolah dan dia sanggup mengikutinya secara akademis !! Yansen pasti stress kalau tiba tiba dia diberhentikan dari sekolah.

Kemudian kep sek menjawab ini adalah keputusan rapat jadi apapun alasannya tidak dapat kami batalkan. Sebelum meninggalkan sekolah saya cuma ngomong Pak tolong kasih kesempatan Yansen untuk sampai tamat SD di sekolah ini, kemudian saya pulang dengan hati yang hancur. Sepanjang jalan saya menangis, hati BAPA mencengkram sangat kuat, sampai di rumah saya masih menangis langsung masuk kamar dan istri saya yang sudah mulai tidak bekerja di kantornya waktu itu, masuk dan menanyakan masalahnya karena tadi tidak ikut waktu menghadap Kep sek. Setelah tahu Yansen mau dikeluarkan, kami suami istri mulai berdoa, ya Tuhan secara manusia kami tidak berdaya, tetapi kami mau serahkan semua yang kami hadapi atas Yansen. Kami serahkan ketanganMU ya Allah, Engkau maha kuasa dan tidak ada yang mustahil. Tak lupa kami mendoakan pengurus pengurus sekolah dan masalah masalahnya.

Apa yang terjadi? kami mau saksikan ternyata kuasa doa itu dasyat. Seminggu kemudian waktu yang diberikan mencari sekolahpun tiba dan kamipun tidak panik dan mencari cari sekolah sebab kami percaya kalau Tuhan yang telah menyediakan sekolah buat Yansen tidak ada seorangpun yang dapat menggagalkannya. Kami dipanggil menghadap, saya dan istri pergi menemui kep sek dan mau tahu apa yang terlontar dari mulut sang kep sek "Kami memang sudah sepakat lewat rapat guru dan pengurus untuk Mengeluarkan Yansen dari sekolah ini tetapi kami tidak sanggup melaksanakan keputusan rapat sekolah karena KAMI TIDAK TEGA. Waduh ini sungguh luar biasa, bukan pekerjaan manusia tapi ini adalah campur tangan Tuhan. Kami sangat terharu dan berterima kasih atas kebijaksanaan pengurus sekolah yang mau memenuhi permintaan kami supaya Yansen boleh sampai tamat di sekolah itu.

Segala puji syukur hanya bagi DIA yang menyediakan segala sesuatu bagi keperluan umatNya. Kami merasa lebih kaya dari siapapun sebab apa yang yang kami perlukan Tuhan sediakan tepat waktunya dan tidak pernah terlambat. Yansen kembali mendapatkan kesempatan sekolah. Setelah itu, kami sepakat menyediakan pendamping full time yaitu mamanya yang mengasihi dan mencintai juga papa dan kakaknya Yanni yang mendukung kelancaran belajar Yansen. Dan kesemuanya itu karena anugrahNya.

Pesan yang ingin kami sampaikan adalah jangan takut dan khawatir, kalau Tuhan titipkan anak SN dalam hidup kita. Itu adalah bagian hidup kita, syukurilah dan terimalah sebagai anugrah dan sekaligus amanah.
http://puterakembara.org/archives10/00000062.shtml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar