Kamis, 06 Mei 2010

Pengalaman mengajar anak SN belajar supaya tetap bertahan di sekolah umum.

Saat Yansen kelas 4, mamanya mengambil alih penanganan Yansen secara penuh setelah melepaskan pekerjaannya dikantor yang sudah ditekuni 18 tahun. Mamanya selalu stand by di rumah, memberikan sebagian besar waktunya untuk mengajar Yansen, karena sudah tidak ada les dari guru kelasnya maka prestasi belajar Yansen mulai beranjak naik, pelan tapi terus naik.

Memang tidak gampang mengajar anak yang punya predikat special ini. Mesti extra sabar sebab kalau lagi tidak mood kerjakan PR satu soal 1 jam belum tentu selesai. Mesti ditongkrongi terus baru dikerjain, kalau tidak ditemanin langsung perhatiannya ketempat lain dan PR tidak selesai. Karena tidak bisa focus, maka mamanya harus menunggui terus, kalau ada yang ngak ngerti, bantu cariin kuncinya. Kalau mamanya mentok telpon gurunya atau telpon teman temannya.

Untuk pelajaran pelajaran hafalan biasanya mamanya merangkum inti sari dari tex book dan kemudian diprint menjadi kertas kerja untuk latihan........sebab kalau disuruh baca dibuku terlalu banyak Yansen menjadi bete dan sama sekali ngak mau baca. Jadi kalau ada ulangan Yansen hanya belajar dari rangkuman-rangkuman itu. Dimulai dari 10 soal kemudian ditanyain mamanya, kemudian lanjut 10 soal lagi, dan kembali ditanyai, sampai berulang ulang dan hasilnya sedikit banyak pasti hafal.

Untuk mengajar anak SN carikan metode yang memang dia suka atau enjoy, contoh Yansen lebih tertarik belajar kalau soal soal dibuat teka teki silang, dan dia semangat untuk mencari jawabannya. Pilihan ganda lebih menarik minatnya, sekaligus mengasah daya pikirnya. Kalau bisa seperti program family 100 itu dia suka, jadi ada pelajaran sekolah masukan soalnya dan sediakan pilihan jawabnya. Pada umumnya anak anak SN tertarik sebab kalau benar jawabannya ada musiknya yang khas seakan memberikan aplaus, itu suatu reward baginya.

Untuk pelajaran ilmu pasti yang ada rumusnya, Yansen lebih baik penguasaannya, cuma ketelitian kurang, sebab Yansen inginnya cepat selesai, dan suka tidak teliti, padahal dia sudah menguasai. Karena kurang teliti hasilnya bisa salah, jadi kami selalu ingatin untuk lebih teliti kalau membaca soal sebab kadang kadang soal banyak jebakannya.

Di sekolah setelah Yansen bermasalah, sejak itu didampingi full, tetapi karena mamanya merintis usaha travel di rumah, jadi yang dampingi asisten mamanya yang sudah ditraining ala kadarnya untuk khusus mendampingi Yansen dan mamanya hanya ke sekolah kalau jam istirahat karena jarak rumah dan sekolah hanya 1,5 km. Hanya hari-hari tertentu mamanya mendampingi Yansen di sekolah.

Akhirnya semua guru dan juga kep sek bisa melihat kemajuan Yansen dan perestasi belajarpun meningkat, bahkan sampai akhir kelas 4 prestasi Yansen terus membaik bahkan waktu kenaikan kelas dari hasil rapornya ternyata Yansen sudah masuk 10 besar.

Kami bersyukur karena Tuhan selalu membuka jalan saat kami merasa tidak punya jalan, dan anak kami yang special itu pun naik kelas 5. Walaupun banyak liku-likunya tapi misi kami Yansen harus tetap bertahan disekolah umum sampai tamat.
http://puterakembara.org/archives10/00000062.shtml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar